Obesitas

OlehShauna M. Levy, MD, MS, Tulane University School of Medicine;
Michelle Nessen, MD, Tulane University School of Medicine
Ditinjau OlehGlenn D. Braunstein, MD, Cedars-Sinai Medical Center
Ditinjau/Direvisi Nov 2023 | Dimodifikasi Jun 2024
v8486690_id

Obesitas adalah gangguan kompleks kronis dan berulang yang ditandai dengan berat badan berlebih.

  • Obesitas dipengaruhi oleh kombinasi berbagai faktor yang mencakup genetik, hormon, perilaku, dan lingkungan.

  • Menderita penyakit obesitas meningkatkan risiko banyak gangguan, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan kanker tertentu, dan dapat menyebabkan kematian dini.

  • Meningkatkan aktivitas dan mengurangi asupan kalori merupakan komponen penting dalam mengobati obesitas.

  • Obat-obatan dan pembedahan untuk menurunkan berat badan (bariatrik) juga penting untuk keberhasilan pengobatan jangka panjang bagi banyak orang dengan obesitas.

  • Penurunan 5 hingga 10% berat badan dapat membantu mengurangi masalah terkait berat badan, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol tinggi.

(Lihat juga Obesitas pada Remaja.)

Indeks massa tubuh (IMT) digunakan untuk menentukan kelebihan berat badan dan obesitas. IMT adalah berat (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi (dalam meter persegi):

  • Kelebihan berat badan didefinisikan sebagai IMT antara 25 hingga 29,9.

  • Obesitas didefinisikan sebagai IMT antara 30 hingga 39,9.

  • Obesitas berat didefinisikan sebagai IMT 40 atau lebih.

Bagi orang-orang yang keturunan Asia dan beberapa kelompok etnis lainnya, IMT yang dianggap normal dan kelebihan berat badan memiliki angka sedikit lebih rendah. Definisi untuk anak-anak dan remaja juga berbeda.

IMT tidak membedakan antara otot (tanpa lemak) dan jaringan lemak. Dengan demikian, berdasarkan IMT saja, sebagian orang mungkin didiagnosis mengalami obesitas ketika persentase lemak tubuh mereka sangat rendah. Misalnya, sebagian orang, seperti binaragawan, memiliki IMT yang tinggi karena mereka memiliki sejumlah besar otot (yang lebih berat daripada lemak), meskipun lemak mereka sangat sedikit. Orang-orang tersebut tidak dianggap mengalami obesitas.

Obesitas telah menjadi hal yang umum di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, obesitas sangat umum terjadi dan meningkat hampir dua kali lipat sejak akhir tahun 1970-an. Tingkat obesitas nasional untuk orang dewasa antara tahun 2017 hingga 2020 adalah 41,9%. Tingkat obesitas remaja nasional adalah 19,7% dalam rentang waktu ini. Selain itu, obesitas berat telah menjadi lebih umum terjadi.

Obesitas jauh lebih mudah dicegah daripada diobati. Setelah mengalami kelebihan berat badan, tubuh akan menolak menurunkan berat badan. Misalnya, ketika orang menjalani diet atau mengurangi jumlah kalori yang mereka konsumsi, tubuh mengimbanginya dengan meningkatkan nafsu makan dan mengurangi jumlah kalori yang dibakar selama istirahat.

Penyebab Obesitas

Obesitas berasal dari kombinasi berbagai faktor, termasuk berkurangnya peluang aktivitas fisik, meningkatnya ketersediaan makanan berkalori tinggi, dan adanya gen yang membuat obesitas lebih cenderung terjadi. Namun pada akhirnya, obesitas terjadi karena mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang dibutuhkan tubuh dalam jangka waktu yang lama. Kelebihan kalori disimpan dalam tubuh sebagai lemak (jaringan adiposa).

Jumlah kalori yang dibutuhkan berbeda-beda pada setiap orang, bergantung pada usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas, dan laju metabolisme. Laju metabolisme istirahat (basal) seseorang—jumlah kalori yang terbakar tubuh saat beristirahat—ditentukan oleh jumlah jaringan otot (tanpa lemak) yang dimiliki seseorang dan total berat badan orang tersebut. Semakin banyak otot yang dimiliki orang, semakin tinggi laju metabolismenya.

Perubahan bakteri yang biasanya ada dalam sistem pencernaan (disebut flora usus) dapat meningkatkan risiko obesitas. Biasanya, bakteri ini juga membantu tubuh mencerna makanan. Perubahan jumlah dan jenis bakteri dalam sistem pencernaan dapat mengubah cara tubuh memproses makanan.

Tempat tinggal seseorang dapat memengaruhi pilihan gaya hidup dan perilaku mereka. Ada komunitas yang tidak dapat mengakses buah dan sayuran segar. Komunitas ini cenderung memiliki tingkat obesitas yang lebih tinggi. Akses ke ruang rekreasi yang aman (taman dan jalur bersepeda) membantu mendorong aktivitas fisik. Menggunakan transportasi umum, alih-alih mengemudi, juga dapat membantu karena lebih banyak berjalan dan lebih sedikit duduk.

Obesogen adalah senyawa kimia yang mengganggu perkembangan dan metabolisme normal (misalnya, asap rokok, bisfenol A, polusi udara, penghambat api, ftalat, bifenil terpoliklorinasi). Paparan obesogen di awal kehidupan dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas.

Kurangnya aktivitas fisik

Di negara-negara berteknologi maju, kurangnya aktivitas fisik banyak terjadi dan berkontribusi terhadap peningkatan obesitas. Semakin banyak peluang aktivitas fisik yang ditiadakan oleh kemajuan teknologi, seperti lift, mobil, dan pengendali jarak jauh. Lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk melakukan aktivitas sambil duduk, seperti menggunakan komputer, menonton televisi, dan bermain video game. Selain itu, pekerjaan semakin banyak menuntut untuk duduk karena pekerjaan kantor atau di balik meja telah menggantikan pekerjaan manual. Orang yang memiliki gaya hidup kurang aktif mengonsumsi lebih sedikit kalori daripada orang yang aktif, sehingga membutuhkan lebih sedikit kalori dalam pola makannya. Jika asupan kalori tidak dikurangi dengan baik, orang akan bertambah berat badannya.

Diet

Makanan padat energi, yang merupakan makanan yang mengandung banyak kalori dalam jumlah yang relatif kecil (volume), meningkatkan penambahan berat badan. Sebagian besar makanan ini mengandung lebih banyak karbohidrat olahan, lebih banyak lemak, dan lebih sedikit serat. Lemak, secara alami, padat akan energi. Lemak memiliki 9 kalori per gram, tetapi karbohidrat dan protein memiliki 4 kalori per gram. Makanan padat energi banyak ditemukan di negara-negara berteknologi maju.

Makanan praktis, seperti kudapan padat energi yang ditawarkan di mesin penjual otomatis dan restoran cepat saji, berkontribusi terhadap peningkatan obesitas. Minuman berkalori tinggi, termasuk soda, jus, aneka minum kopi, dan alkohol, juga memberikan kontribusi yang signifikan. Misalnya, soda atau sebotol bir 12 ons memiliki 150 kalori, dan minuman kopi 12 ons (mengandung susu dan gula) atau smoothie buah dapat memberikan 500 kalori atau lebih. Sirop jagung tinggi fruktosa (digunakan sebagai pemanis dalam banyak minuman botolan) sering kali dituding sebagai penyebab obesitas. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa sirup ini memiliki kemungkinan yang sama untuk menyebabkan obesitas seperti makanan lain dengan jumlah kalori serupa dalam gula.

Ukuran porsi yang lebih besar di restoran dan dalam makanan serta minuman kemasan mendorong orang untuk makan berlebihan. Selain itu, restoran dan makanan kemasan sering kali disiapkan dengan cara yang menambah kalori. Akibatnya, orang dapat mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang mereka sadari.

Gen

Obesitas cenderung diturunkan dalam keluarga. Gen membantu menentukan indeks massa tubuh (IMT) pada lebih dari 60% orang. Namun demikian, keluarga tidak hanya mewariskan gen tetapi juga lingkungan, dan memisahkan kedua pengaruh tersebut tergolong sulit dilakukan. Gen dapat memengaruhi seberapa cepat tubuh membakar kalori saat istirahat dan selama berolahraga. Gen juga dapat memengaruhi nafsu makan dan dengan demikian berpengaruh terhadap berapa banyak makanan yang dikonsumsi. Gen dapat memiliki efek yang lebih besar pada di mana lemak akan berkumpul, terutama lemak di sekitar pinggang dan di perut, dibandingkan pada berapa banyak lemak tubuh yang akan terakumulasi.

Banyak gen memengaruhi berat badan, tetapi setiap gen hanya memiliki efek yang sangat kecil. Obesitas jarang terjadi jika hanya satu gen yang abnormal.

Meskipun jarang terjadi, mutasi pada gen berikut menyebabkan obesitas:

  • Gen untuk reseptor melanokortin 4: Reseptor adalah struktur pada permukaan sel yang menghambat atau menghasilkan aksi dalam sel ketika zat tertentu (seperti pengantar pesan kimia) berikatan dengan reseptor. Reseptor Melanokortin 4 terdapat terutama di dalam otak. Reseptor ini membantu tubuh mengatur penggunaan energi. Mutasi pada gen ini dapat menyebabkan obesitas pada 1 hingga 4% anak-anak.

  • Gen ob: Gen ini mengontrol produksi leptin, hormon yang dibuat oleh sel lemak. Leptin bergerak ke otak dan berinteraksi dengan reseptor di hipotalamus (bagian otak yang membantu mengatur nafsu makan). Pesan yang dibawa oleh leptin adalah menurunkan asupan makanan dan meningkatkan jumlah kalori (energi) yang dibakar. Mutasi pada gen ob menghalangi produksi leptin dan menyebabkan obesitas berat pada sejumlah kecil anak. Dalam kasus ini, pemberian leptin mengurangi berat badan hingga taraf normal.

Latar Belakang

Karakteristik tertentu dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan atau obesitas. Obat-obat tersebut antara lain:

  • Latar belakang ras dan etnis tertentu, seperti Kulit Hitam, Hispanik, dan Penduduk Kepulauan Pasifik

  • Tingkat pendidikan lebih rendah

  • Obesitas selama masa kanak-kanak, yang cenderung bertahan hingga dewasa

Kejadian trauma masa kanak-kanak atau riwayat kekerasan verbal, fisik, atau seksual pada anak-anak berkaitan dengan risiko obesitas yang lebih tinggi. Menurut studi kejadian trauma masa kanak-kanak dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, riwayat kekerasan verbal, fisik, atau seksual selama masa kanak-kanak meningkatkan risiko obesitas sebesar 8% dan risiko obesitas berat sebesar 17,3%. 

Kehamilan dan menopause

Penambahan berat badan selama kehamilan adalah hal yang normal dan memang diperlukan. Namun demikian, kehamilan dapat menjadi awal masalah berat badan jika seorang wanita tidak kembali ke berat badan mereka sebelum kehamilan. Sekitar 15% wanita secara permanen mendapatkan berat 20 pon atau lebih dalam setiap kehamilan. Memiliki beberapa anak dengan jarak berdekatan dapat menambah masalah. Menyusui dapat membantu wanita kembali ke berat badan sebelum kehamilan.

Jika wanita hamil mengalami obesitas atau merokok, pengaturan berat badan dapat terganggu, sehingga menyebabkan penambahan berat badan pada masa kanak-kanak dan di kemudian hari.

Setelah menopause, banyak wanita mengalami penambahan berat badan. Penambahan berat badan ini dapat terjadi akibat berkurangnya aktivitas. Perubahan hormon dapat menyebabkan lemak didistribusikan kembali dan terakumulasi di sekitar pinggang. Lemak di lokasi ini meningkatkan risiko masalah kesehatan (seperti sindrom metabolik).

Penuaan

Obesitas menjadi lebih umum terjadi seiring bertambahnya usia (lihat ). Seiring bertambahnya usia, komposisi tubuh dapat berubah seiring penurunan massa jaringan otot. Hasilnya adalah persentase lemak tubuh yang lebih tinggi dan laju metabolisme basal yang lebih rendah (karena otot membakar lebih banyak kalori).

Gaya Hidup

Tidak bisa tidur atau kurang tidur (biasanya dianggap kurang dari 6 hingga 8 jam setiap malam) dapat menyebabkan penambahan berat badan. Keadaan kurang tidur menyebabkan perubahan hormon yang meningkatkan nafsu makan dan keinginan untuk mengonsumsi makanan padat energi.

Berhenti merokok biasanya menyebabkan penambahan berat badan dan dapat menghalangi orang untuk berhenti merokok. Nikotin menurunkan nafsu makan dan meningkatkan laju metabolisme. Ketika nikotin dihentikan, orang dapat mengonsumsi lebih banyak makanan, dan laju metabolismenya menurun, sehingga lebih sedikit kalori yang terbakar. Akibatnya, berat badan dapat meningkat sebesar 5 hingga 10%.

Hormon

Gangguan hormonal jarang menyebabkan obesitas. Berikut ini adalah salah satu yang paling umum:

  • Sindrom Cushing disebabkan oleh kadar kortisol yang berlebihan dalam tubuh. Sindrom ini dapat terjadi akibat tumor jinak di kelenjar pituitari (adenoma pituitari) atau tumor di kelenjar adrenal atau di tempat lain, seperti di paru-paru. Sindrom Cushing biasanya menyebabkan lemak terakumulasi di wajah, membuatnya terlihat penuh (disebut wajah bulan), dan di belakang leher (disebut punuk sapi).

  • Sindrom ovarium polikistik dialami sekitar 5 hingga 10% wanita. Wanita yang terkena sindrom ini cenderung mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Kadar testosteron dan hormon pria lainnya meningkat, sehingga menyebabkan lemak terakumulasi di pinggang dan perut, yang lebih berbahaya daripada lemak yang didistribusikan ke seluruh tubuh.

Tahukah Anda...

  • Gangguan hormonal jarang menyebabkan obesitas.

Gangguan makan

Dua gangguan makan dikaitkan dengan obesitas:

  • Gangguan makan berlebihan ditandai dengan mengonsumsi makanan secara berlebihan—yaitu mengonsumsi makanan dalam jumlah besar dalam waktu singkat—dan biasanya dengan merasa bersalah, menyesal, atau di luar kendali. Sebagian besar orang yang terkena dampak tidak mengeluarkannya (misalnya, dengan muntah atau menggunakan laksatif atau diuretik). Gangguan makan berlebihan didiagnosis ketika peristiwa yang berlebihan terjadi setidaknya dua kali seminggu selama 6 bulan atau lebih.

  • Sindrom makan di malam hari melibatkan tidak banyak makan di siang hari, mengonsumsi banyak makanan atau kalori di malam hari, dan bangun untuk makan di tengah malam. Meskipun jarang terjadi, menggunakan obat zolpidem untuk tidur dapat menyebabkan masalah serupa.

Obat-obatan

Banyak obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan umum yang dapat meningkatkan penambahan berat badan. Obat-obatan ini termasuk yang digunakan untuk mengobati hal-hal berikut:

Gejala Obesitas

Gejala obesitas yang paling jelas adalah perubahan penampilan seseorang.

Komplikasi

Mengalami obesitas meningkatkan risiko banyak masalah kesehatan. Hampir setiap sistem organ dapat terpengaruh. Masalah kesehatan terkait berat badan ini dapat menyebabkan gejala, seperti sesak napas, kesulitan bernapas selama beraktivitas, mendengkur, kelainan kulit termasuk stretch marks, serta nyeri sendi dan punggung.

Obesitas meningkatkan risiko hal-hal berikut:

Apnea tidur obstruktif dapat terjadi jika lemak berlebih di leher menekan saluran napas selama tidur. Berhenti bernapas selama beberapa saat, hingga ratusan kali dalam satu malam. Gangguan ini sering kali tidak terdiagnosis. Kondisi ini dapat menyebabkan dengkuran keras dan mengantuk berlebihan di siang hari serta meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, irama jantung abnormal, sindrom metabolik, serangan jantung, gagal jantung, dan stroke.

Obesitas dapat meningkatkan risiko kematian dini. Semakin parah obesitas, semakin tinggi risikonya. Ini adalah penyebab kedua yang paling umum untuk kematian yang dapat dicegah (merokok adalah yang paling umum). Penelitian menunjukkan bahwa selama periode 15 tahun, angka kematian 30% lebih rendah untuk orang-orang yang menjalani bedah penurunan berat badan dibandingkan dengan orang-orang yang tidak menjalani pembedahan.

Obesitas dapat menyebabkan masalah sosial, ekonomi, dan psikologi. Misalnya, orang dengan obesitas mungkin kurang diterima di dunia kerja atau bahkan menjadi pengangguran, atau mereka mungkin memiliki citra tubuh yang buruk dan rendah diri.

Jika tidak diobati, obesitas cenderung memburuk, sehingga meningkatkan risiko dan keparahan komplikasi.

Setelah penurunan berat badan, sebagian besar orang kembali ke berat badan sebelum pengobatan dalam 5 tahun. Selain itu, ketika obat penurun berat badan dihentikan, berat badan cenderung akan kembali.

Diagnosis Obesitas

  • Indeks massa tubuh (IMT)

  • Lingkar pinggang

  • Penentuan komposisi tubuh

Obesitas didiagnosis dengan menentukan indeks massa tubuh (IMT). Namun, IMT memiliki beberapa keterbatasan. IMT tidak mempertimbangkan jenis kelamin dan usia serta hanya membuat beberapa penyesuaian berdasarkan kelompok etnis. Bagi orang-orang yang keturunan Asia dan beberapa kelompok etnis lainnya, angka IMT-nya sedikit lebih rendah untuk dianggap kelebihan berat badan.

Selain itu, IMT tidak membedakan antara jaringan tanpa lemak dan jaringan lemak. Oleh karena itu, dokter mungkin tidak yakin apakah IMT yang tinggi disebabkan oleh otot (misalnya, pada binaragawan) atau lemak berlebih. Dalam kasus tersebut, mereka menentukan komposisi tubuh (persentase lemak tubuh dan otot).

Lingkar pinggang akan diukur. Pengukuran ini membantu mengidentifikasi dan mengukur obesitas perut (viseral), yaitu lemak yang terakumulasi di sekitar pinggang dan perut. Obesitas perut jauh lebih berbahaya daripada lemak yang didistribusikan ke seluruh tubuh di bawah kulit (lemak subkutan). Mengetahui seberapa besar pinggang dan apakah terdapat sindrom metabolik membantu dokter memperkirakan risiko komplikasi tertentu (seperti gangguan jantung) dengan lebih baik daripada mengetahui berapa IMT seseorang.

Komposisi tubuh (persentase lemak tubuh dan otot) dapat ditentukan dengan menggunakan yang berikut ini:

  • Pengukuran ketebalan lipatan kulit dan lingkar lengan atas

  • Impedansi bioelektrik, yang dapat dilakukan di klinik dokter

  • Penimbangan bawah air (hidrostatik)

Ketebalan lipatan kulit biasanya diukur di atas trisep, di bagian belakang lengan atas. Lapisan kulit adalah kulit dan lapisan lemak di bawahnya yang diukur dengan mencubit kulit.

Analisis impedansi bioelektrik memperkirakan persentase total air tubuh secara langsung dan menentukan persentase lemak tubuh secara tidak langsung. Hal ini paling dapat diandalkan pada orang-orang yang sehat dan pada orang-orang yang hanya mengalami beberapa gangguan kronis, seperti obesitas sedang atau diabetes melitus.

Penimbangan di bawah air adalah metode paling akurat untuk mengukur persentase lemak tubuh. Namun, prosedur ini membutuhkan biaya mahal dan memakan waktu. Dengan demikian, cara tersebut lebih sering digunakan dalam penelitian dibandingkan dalam perawatan klinis.

Pria dianggap mengalami obesitas saat kadar lemak tubuh >25%. Pada wanita, kadarnya adalah >32%.

Biasanya, tes darah dilakukan. Gula darah (glukosa) diukur untuk memeriksa pradiabetes atau diabetes, serta kadar kolesterol dan lemak lainnya diukur untuk memeriksa kadar kolesterol tinggi dan kadar lemak abnormal lainnya. Dokter juga mengukur tekanan darah untuk memeriksa tekanan darah tinggi. Tes ini membantu dokter menentukan apakah seseorang mengalami sindrom metabolik (yang mencakup ketiga gangguan).

Dokter juga memeriksa gangguan lain yang umum terjadi pada orang-orang yang mengalami obesitas, seperti apnea tidur obstruktif, hati berlemak, dan depresi.

Pengobatan untuk Obesitas

  • Diet

  • Aktivitas fisik

  • Perubahan perilaku

  • Obat penurun berat badan

  • Bedah bariatrik dan metabolik

Pada awalnya, pengobatan obesitas melibatkan perubahan gaya hidup, yang meliputi perubahan pola makan, peningkatan aktivitas fisik, dan perubahan perilaku. Obat-obatan dan bedah penurunan berat badan (bariatrik) juga penting untuk penurunan berat badan jangka panjang dan sering kali kurang digunakan karena orang mungkin kesulitan mendapatkan akses atau mendapatkan penggantian biaya oleh perusahaan asuransi atau karena preferensi dokter atau orang tersebut.

Penurunan berat badan sebesar 5 hingga 10% dapat membantu mengurangi risiko atau keparahan masalah kesehatan terkait berat badan, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol tinggi.

Penurunan berat badan yang berhasil membutuhkan motivasi dan rasa kesiapan. Orang-orang yang paling berhasil memiliki tujuan yang realistis dan menyadari bahwa penurunan berat badan yang sehat hanya dapat dicapai dengan perubahan gaya hidup seumur hidup dan bukan sekadar pengobatan ajaib atau pola makan tidak umum yang sulit dipertahankan.

Mencari dukungan dari praktisi perawatan kesehatan seperti ahli gizi atau dokter dapat memberikan manfaat. Dukungan dari anggota keluarga juga penting.

Program yang membutuhkan kontak rutin, seperti WW (sebelumnya dikenal sebagai Weight Watchers), meningkatkan akuntabilitas dan dapat meningkatkan peluang keberhasilan. Biasanya, pertemuan mingguan dilakukan oleh konselor dan dilengkapi dengan materi berupa petunjuk dan panduan.

Karena orang cenderung mengalami kenaikan berat badan kembali setelah pengobatan berakhir, obesitas membutuhkan program pengelolaan seumur hidup yang serupa dengan program pengelolaan untuk gangguan kronis lainnya.

Tahukah Anda...

  • Menurunkan berat badan 5 hingga 10% dapat mengurangi risiko kesehatan terkait berat badan.

Perubahan dalam diet

Makan sehat dan seimbang untuk menurunkan berat badan membutuhkan pengurangan jumlah kalori yang dikonsumsi dan memilih berbagai makanan yang memberikan nutrisi yang baik.

Mengurangi jumlah kalori yang dikonsumsi sebesar 500 hingga 1.000 kalori per hari dapat memberikan tingkat penurunan berat badan yang sehat. Pendekatan ini biasanya dapat diartikan sebagai mengonsumsi 1.200 hingga 1.500 kalori sehari. Meskipun demikian, tubuh dapat menyesuaikan dengan penurunan kalori (misalnya, dengan menurunkan laju metabolisme). Dengan demikian, penurunan berat badan mungkin kurang dari yang diharapkan. Namun, mengonsumsi pola makan tinggi serat ditambah dengan mengurangi jumlah kalori sekitar 600 kalori sehari dan mengganti karbohidrat dengan protein tampaknya menjadi cara terbaik untuk menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Berat badan dapat hilang lebih cepat dengan pola makan sangat rendah kalori, tetapi pola makan tersebut harus di bawah pengawasan dokter.

Berikut ini perubahan dalam pola makan yang dianjurkan:

  • Mengonsumsi makanan dalam jumlah kecil dan menghindari atau memilih kudapan dengan hati-hati

  • Tidak melewatkan sarapan (melewatkan sarapan dapat menyebabkan mengonsumsi terlalu banyak kalori pada waktu berikutnya)

  • Makan 5 porsi buah dan sayuran atau lebih dalam sehari

  • Mengganti karbohidrat rafinasi dan makanan olahan dengan buah dan sayuran segar serta salad

  • Mengonsumsi protein tanpa lemak—misalnya, ikan atau dada ayam atau protein nabati, seperti kedelai

  • Beralih dari produk susu berlemak tinggi ke produk susu tanpa lemak atau rendah lemak

  • Meniadakan konsumsi minuman berkalori tinggi, seperti soda, jus, atau alkohol, dan meminum air sebagai gantinya

  • Membatasi konsumsi hidangan restoran dan makanan cepat saji

  • Membatasi konsumsi alkohol

  • Beralih dari lemak berbahaya (seperti lemak lemak jenuh dan lemak trans) ke lemak baik, seperti lemak tak jenuh tunggal (dalam minyak zaitun dan minyak kanola) dan lemak tak jenuh ganda (dalam minyak ikan laut dalam dan minyak sayur), serta membatasi jumlah lemak yang dikonsumsi.

Makan makanan dengan indeks glikemik rendah dan makanan yang mengandung minyak ikan (termasuk ikan laut dalam seperti salmon dan tuna) atau lemak tak jenuh tunggal yang berasal dari tanaman (seperti minyak zaitun) dapat mengurangi risiko gangguan jantung dan diabetes.

Produk susu tanpa lemak atau rendah lemak, yang mengandung vitamin D, harus disertakan untuk membantu mencegah defisiensi vitamin ini.

Menggunakan pengganti makanan, secara berkala atau sesekali waktu, dapat membantu beberapa orang menurunkan berat badan dan mempertahankannya.

Aktivitas fisik

Peningkatan aktivitas fisik dapat membantu orang menurunkan berat badan secara sehat dan mempertahankannya. Aktivitas fisik tidak hanya meliputi olahraga (yaitu aktivitas fisik terstruktur) tetapi juga aktivitas gaya hidup, seperti menaiki tangga alih-alih menggunakan lift, berkebun, dan berjalan alih-alih mengemudi jika memungkinkan. Aktivitas gaya hidup dapat membakar sejumlah besar kalori. Orang-orang yang tidak berolahraga saat melakukan diet lebih cenderung mencapai kembali berat badan yang sempat mereka turunkan.

Olahraga aerobik, seperti jogging, berjalan cepat (3 hingga 4 mil [5 hingga 6 kilometer] per jam), bersepeda, tenis tunggal, seluncur, dan ski lintas alam, dapat membakar lebih banyak kalori daripada olahraga yang kurang aktif (lihat Memilih Olahraga yang Tepat). Misalnya, berjalan dengan cepat dapat membakar sekitar 4 kalori per menit, sehingga 1 jam jalan cepat per hari dapat membakar sekitar 240 kalori. Berlari membakar sekitar 6 sampai 8 kalori per menit (sekitar 360 sampai 480 kalori per jam). Sebagai panduan umum, orang-orang perlu berjalan setidaknya 150 menit setiap minggu untuk menjaga kesehatan. Untuk menurunkan berat badan dan mempertahankannya, orang perlu mengalokasikan waktu 300 hingga 360 menit setiap minggu untuk melakukan aktivitas fisik sedang atau 150 menit setiap minggu untuk melakukan latihan aerobik yang berat (seperti berlari atau menggunakan mesin eliptis). Manfaat kesehatan lainnya dari latihan aerobik yang berat termasuk mengurangi risiko penyakit arteri koroner dan meningkatkan ketahanan tubuh.

Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari olahraga, seseorang harus melakukan latihan kekuatan (dengan beban atau latihan kekuatan lainnya) sekitar 3 hari dalam seminggu. Latihan kekuatan meningkatkan jumlah jaringan otot, yang meningkatkan laju metabolisme, sehingga tubuh membakar lebih banyak kalori saat beristirahat.

Perubahan perilaku

Pada akhirnya, agar penurunan berat badan efektif dan tahan lama, seseorang harus mengubah perilaku mereka. Program penurunan berat badan yang membantu orang mengubah perilaku mereka adalah yang paling efektif. Untuk mengubah perilaku, seseorang memerlukan keterampilan tertentu, seperti

  • Pemecahan masalah

  • Manajemen stres

  • Pemantauan mandiri

  • Manajemen kontingensi

  • Kontrol stimulus

Pemecahan masalah melibatkan identifikasi dan perencanaan sebelumnya untuk menghadapi situasi yang meningkatkan kemungkinan pola makan tidak sehat (seperti pergi makan malam di luar atau bepergian) atau yang mengurangi peluang untuk melakukan aktivitas fisik (seperti berkendara jarak jauh).

Untuk mengelola stres, orang dapat belajar mengidentifikasi situasi yang membuat stres dan mengembangkan berbagai cara untuk mengelola stres yang tidak harus melibatkan makan—misalnya, dengan berjalan-jalan, menenangkan diri, atau mengambil napas dalam.

Untuk memantau diri mereka sendiri, seseorang dapat membuat catatan makanan, termasuk jumlah kalori dalam makanan, dan menimbang berat badan mereka secara teratur. Mereka mungkin mencatat di mana dan kapan mereka makan, suasana hati mereka saat mereka makan, dan siapa yang bersama mereka. Dengan informasi ini, mereka dapat mengamati dan mencatat pola perilaku dan pola makan serta mungkin dapat menghindari situasi yang menyebabkan penambahan berat badan atau konsumsi makanan yang tidak sehat.

Manajemen kontingensi melibatkan pemberian imbalan (selain makanan) atas perilaku yang berkontribusi terhadap penurunan atau pemeliharaan berat badan. Misalnya, jika orang lebih banyak berjalan atau mengurangi konsumsi makanan tertentu, mereka dapat menghadiahi diri sendiri dengan membeli pakaian baru atau pergi ke bioskop. Penghargaan juga dapat datang dari orang lain—misalnya, pujian dari anggota keluarga atau anggota kelompok dukungan. Orang dapat memperoleh dukungan dengan menggunakan media sosial untuk terhubung satu sama lain dan dengan tenaga kesehatan profesional.

Untuk mengendalikan rangsangan yang dapat memicu pola makan yang tidak sehat, orang dapat belajar mengidentifikasi hal-hal yang menghambat pola makan sehat dan gaya hidup aktif. Kemudian mereka dapat mengembangkan strategi untuk mengatasinya. Misalnya, orang mungkin menghindari pergi ke restoran cepat saji dalam perjalanan mereka ke tempat kerja atau tidak menyediakan kudapan manis di rumah. Untuk mengembangkan gaya hidup aktif, mereka dapat melakukan hobi aktif (seperti berkebun), lebih banyak berjalan, terbiasa menaiki tangga alih-alih menggunakan lift, atau memarkir kendaraan di ujung tempat parkir yang jauh (sehingga dapat berjalan lebih jauh).

Sumber daya internet, aplikasi untuk perangkat seluler, dan perangkat teknologi lainnya juga dapat membantu orang mengembangkan gaya hidup aktif dan mempertahankan penurunan berat badan. Tersedia pula aplikasi yang membantu seseorang menetapkan target penurunan berat badan, memantau kemajuan mereka, melacak konsumsi makanan, dan mencatat aktivitas fisik.

Obat-obatan

Bagi orang-orang yang mengalami obesitas atau kegemukan dan gangguan terkait berat badan, obat penurun berat badan (juga disebut obat-obat antiobesitas) dapat turut membantu. Obat-obatan paling efektif jika digunakan bersama dengan perubahan pola makan, peningkatan aktivitas fisik, dan program terstruktur yang mencakup perubahan perilaku.

Beberapa obat penurun berat badan ditujukan untuk digunakan dalam waktu singkat. Sebagian lainnya ditujukan untuk digunakan untuk waktu yang lama. Obat penurun berat badan harus dihentikan atau diganti jika berat badan tidak mengalami penurunan setelah pengobatan selama 12 minggu.

Obat-obatan antiobesitas yang saat ini tersedia meliputi

  • Orlistat

  • Fentermin

  • Kombinasi fentermin dan topiramat

  • Lorkaserin (tidak tersedia di Amerika Serikat)

  • Kombinasi antara natrekson dan bupropion

  • Liraglutide

  • Semaglutida

  • Tirzepatide

Obat-obatan ini digunakan jika seseorang memiliki indeks massa tubuh (IMT) 30 atau lebih tinggi atau jika seseorang memiliki IMT 27 atau lebih tinggi dan mengalami komplikasi seperti tekanan darah tinggi atau diabetes.

Orlistat membatasi penguraian dan penyerapan lemak di usus, sehingga sebagai efeknya akan menghasilkan diet rendah lemak. Orlistat dapat dibeli dengan bebas atau dengan resep dokter. Obat ini menyebabkan lemak tidak terserap dalam saluran pencernaan. Lemak ini dapat menyebabkan kembung, gas, dan tinja tidak berbentuk, tetapi masalah ini cenderung membaik seiring waktu. Orlistat harus diminum bersama makanan yang mengandung lemak. Orlistat dapat mengganggu penyerapan vitamin larut lemak: A, D, E, dan K. Jika vitamin D tidak cukup diserap, sebagian orang mengalami osteoporosis, sehingga membuat fraktur lebih mungkin terjadi. Orang yang meminum orlistat harus mengonsumsi suplemen vitamin yang mengandung zat gizi ini. Suplemen harus diminum setidaknya 2 jam sebelum atau setelah meminum orlistat.

Fentermin mengurangi nafsu makan dengan memengaruhi pembawa pesan kimia di bagian otak yang mengontrol nafsu makan. Obat ini hanya tersedia dengan resep dokter. Obat ini hanya digunakan untuk waktu yang singkat. Penggunaan obat ini dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung serta menyebabkan insomnia, kecemasan, dan konstipasi.

Fentermin plus topiramat (digunakan untuk mengobati kejang dan migrain) hanya tersedia dengan resep dokter. Kombinasi ini menyebabkan penurunan berat badan hingga 2 tahun. Namun demikian, penggunaan obat ini dapat menyebabkan cacat lahir, sehingga wanita usia subur hanya boleh meminumnya jika mereka menggunakan metode kontrasepsi dan melakukan tes kehamilan setiap bulan. Obat-obatan ini dapat menyebabkan gangguan tidur dan konsentrasi serta dapat meningkatkan detak jantung.

Lorkaserin hanya diberikan dengan resep dokter. Obat ini tidak tersedia di Amerika Serikat karena kekhawatiran tentang kemungkinan peningkatan risiko kanker. Obat ini menekan nafsu makan dengan memengaruhi reseptor tertentu di otak. Efek sampingnya meliputi sakit kepala, mual, pusing, kelelahan, mulut kering, dan konstipasi, tetapi efek ini cenderung membaik seiring waktu. Wanita hamil tidak boleh mengonsumsi lorkaserin. Orang yang meminum lorkaserin tidak boleh meminum obat antidepresan tertentu (penghambat penyerapan kembali serotonin selektif, penghambat penyerapan kembali serotonin-norepinefrin, serta penghambat monoamin oksidase).

Naltrekson plus bupropion hanya tersedia dengan resep dokter. Obat ini dapat membantu menurunkan berat badan jika digunakan bersama diet dan olahraga. Naltrekson digunakan sendiri untuk menghambat efek opioid dan membantu pecandu alkohol untuk berhenti mengonsumsi alkohol. Naltrekson juga dapat membantu mengendalikan rasa lapar. Bupropion hanya digunakan untuk mengobati depresi dan membantu agar orang berhenti merokok. Bupropion juga dapat menurunkan nafsu makan. Efek samping dari kombinasi obat tersebut antara lain peningkatan tekanan darah, mual, muntah, dan sakit kepala. Orang yang memiliki tekanan darah tinggi yang tidak terkendali, pernah mengalami kejang, atau memiliki gangguan kejang tidak boleh meminum obat ini.

Liraglutida digunakan untuk mengobati diabetes tipe 2 dan obesitas. Liraglutida bekerja dengan memperlambat perjalanan makanan dari lambung. Obat ini harus diberikan melalui injeksi. Efek sampingnya meliputi sakit kepala, diare, mual, muntah, peradangan pankreas (pankreatitis), dan kadar gula darah rendah (hipoglikemia). Orang yang menderita kanker tiroid yang disebut karsinoma tiroid meduler tidak boleh meminum liraglutida.

Semaglutida adalah obat injeksi yang digunakan untuk mengobati diabetes tipe 2 dan obesitas. Semaglutida membantu pankreas melepaskan insulin dalam jumlah yang tepat dan merupakan penekan nafsu makan. Seperti liraglutida, efek samping semaglutida yang paling umum adalah mual dan diare. Semaglutida tidak boleh digunakan oleh penderita kanker tiroid meduler atau memiliki kerabat yang pernah menderitanya. Selain itu, orang yang memiliki gangguan sistem endokrin yang disebut sindrom neoplasia endokrin multipel tipe 2 (MEN 2) tidak boleh menggunakan semaglutida.

Tirzepatida digunakan untuk mengobati diabetes tipe 2. Obat ini dapat menyebabkan penurunan berat badan secara substansial dan berkelanjutan pada orang dewasa yang tidak menderita diabetes. Obat ini juga mengurangi risiko gangguan jantung dan endokrin. Tirzepatida belum disetujui untuk pengobatan obesitas tetapi diperkirakan akan ada dalam waktu dekat. Kemungkinan efek sampingnya meliputi pankreatitis, kadar gula darah rendah, dan tumor tiroid. Orang dengan sindrom neoplasia endokrin multipel tipe 2 tidak boleh meminumnya.

Beberapa alat bantu diet yang dijual bebas, termasuk obat-obatan herbal, mengklaim dapat membantu penurunan berat badan dengan meningkatkan metabolisme atau dengan meningkatkan rasa kenyang. Suplemen ini belum terbukti efektif dan dapat mengandung aditif atau stimulan berbahaya (seperti efedra, kafein, guarana, dan fenilpropanolamin) dan harus dihindari.

Obesitas pada Lansia

Di Amerika Serikat, persentase lansia yang mengalami obesitas telah meningkat. Obesitas pada lansia menjadi kekhawatiran karena kelebihan berat badan meningkatkan risiko masalah kesehatan tertentu yang cenderung menjadi lebih umum seiring bertambahnya usia: diabetes, kanker, kadar lemak (lipid) abnormal dalam darah (dislipidemia), tekanan darah tinggi, gagal jantung, penyakit arteri koroner, dan gangguan sendi.

Beberapa perubahan terkait usia yang berkontribusi dalam menambah berat badan:

  • Penurunan aktivitas fisik: Beberapa alasan penurunan aktivitas berkaitan dengan penuaan. Termasuk di dalamnya pensiun, secara fisik tidak mampu berolahraga, mengalami gangguan yang membuat gerakan terasa nyeri (seperti artritis), dan mengalami masalah keseimbangan. Faktor lain juga dapat membatasi aktivitas fisik. Misalnya, orang mungkin tidak ingin berjalan karena tidak ada trotoar, lalu lintas terlalu padat, atau masalah keselamatan.

  • Menyusutnya jaringan otot: Jaringan otot menyusut sebagian karena kadar hormon pertumbuhan dan hormon seks (estrogen pada wanita dan testosteron pada pria) menurun. Namun, penyebab utama lansia kehilangan jaringan otot adalah karena tidak ada aktivitas fisik. Semakin sedikit jaringan otot yang dimiliki seseorang, semakin sedikit kalori yang terbakar tubuh saat beristirahat dan semakin mudah untuk menambah berat badan.

  • Peningkatan lemak tubuh: Ketika jumlah jaringan otot menurun, persentase lemak dalam tubuh meningkat. Jaringan lemak membakar lebih sedikit kalori. Selain itu, persentase lemak yang lebih tinggi berarti lansia dengan indeks massa tubuh (IMT) normal, yang hanya didasarkan pada berat dan tinggi badan, mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan terkait berat badan daripada yang diperkirakan. Pada lansia, lingkar pinggang merupakan indikator yang lebih baik untuk memprediksi risiko kesehatan dibandingkan IMT.

  • Pergeseran lemak tubuh ke pinggang: Seiring penuaan, lemak tubuh cenderung bergeser ke pinggang. Lemak yang terakumulasi di sekitar pinggang dan perut (berlawanan dengan pinggul dan paha) meningkatkan risiko masalah kesehatan, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit arteri koroner.

Untuk lansia yang perlu menurunkan berat badan, dokter menyarankan untuk meningkatkan aktivitas fisik dan mengubah pola makan. Aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan kekuatan otot, ketahanan, dan kesejahteraan secara eseluruhan serta mengurangi risiko berkembangnya gangguan kronis seperti diabetes. Aktivitas harus mencakup latihan kekuatan dan latihan ketahanan.

Lansia berisiko lebih besar mengalami kekurangan gizi dibandingkan orang dewasa yang lebih muda. Oleh karena itu, ketika mereka mencoba menurunkan berat badan, mereka harus memastikan untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang.

Obat penurun berat badan belum diteliti pada lansia, dan risikonya mungkin lebih besar daripada manfaatnya. Namun demikian, orlistat dapat berguna bagi lansia penderita diabetes atau tekanan darah tinggi yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Bedah penurunan berat badan (bariatrik) telah terbukti aman dan efektif bagi lansia dengan fungsi tubuh normal.

Apakah penurunan berat badan pada lansia memiliki risiko kesehatan masih menjadi perdebatan. Dokter membantu lansia merancang strategi penurunan berat badan berdasarkan keadaan mereka masing-masing. Pada lansia, penurunan berat badan harus di bawah pengawasan dokter.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!