Diabetes Mellitus (DM)

OlehErika F. Brutsaert, MD, New York Medical College
Ditinjau OlehGlenn D. Braunstein, MD, Cedars-Sinai Medical Center
Ditinjau/Direvisi Oct 2023 | Dimodifikasi Apr 2025
v772788_id

Diabetes mellitus adalah gangguan di mana tubuh tidak memproduksi cukup atau merespons insulin secara normal, menyebabkan kadar gula darah (glukosa) menjadi sangat tinggi.

  • Gejala diabetes dapat meliputi peningkatan buang air kecil dan rasa haus, dan berat badan seseorang dapat turun meski mereka tidak berusaha melakukannya.

  • Diabetes dapat merusak saraf dan menyebabkan masalah dengan indra peraba.

  • Diabetes dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, penyakit ginjal kronis, dan kehilangan penglihatan.

  • Dokter mendiagnosis diabetes dengan mengukur kadar gula darah.

  • Seseorang dengan diabetes harus mengikuti pola makan sehat yang rendah karbohidrat murni (termasuk gula), lemak jenuh, dan makanan olahan. Mereka juga perlu berolahraga, mempertahankan berat badan yang sehat, dan biasanya meminum obat untuk menurunkan kadar gula darah dan mendorong penurunan berat badan jika berat badan mereka melebihi tingkat yang sehat.

Diabetes mellitus adalah gangguan di mana kadar gula dalam darah meningkat. Dokter sering menggunakan nama lengkap diabetes melitus, bukan diabetes saja, untuk membedakan gangguan ini dari defisiensi arginine vasopressin, yang sebelumnya disebut diabetes insipidus. Defisiensi argininevasopresin adalah gangguan yang relatif jarang terjadi yang tidak memengaruhi kadar glukosa darah tetapi, seperti halnya diabetes melitus, menyebabkan peningkatan buang air kecil.

(Lihat juga Diabetes Mellitus pada Anak-anak dan Remaja.)

Gula darah

Tiga nutrisi utama yang membentuk sebagian besar makanan adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Gula adalah salah satu dari tiga jenis karbohidrat, bersama dengan pati dan serat.

Ada banyak jenis gula. Sebagian gula bersifat sederhana, sementara yang lain bersifat kompleks. Gula meja (sukrosa) terbuat dari dua gula yang lebih sederhana yang disebut glukosa dan fruktosa. Gula susu (laktosa) terbuat dari glukosa dan gula sederhana yang disebut galaktosa. Karbohidrat dalam pati, seperti roti, pasta, beras, dan makanan serupa, merupakan rantai panjang molekul gula sederhana yang berbeda. Sukrosa, laktosa, karbohidrat, dan gula kompleks lainnya harus dipecah menjadi gula sederhana oleh enzim dalam saluran pencernaan sebelum diserap oleh tubuh.

Setelah tubuh menyerap gula sederhana, biasanya akan mengubah semua menjadi glukosa, yang merupakan sumber bahan bakar penting bagi tubuh. Glukosa adalah gula yang diangkut melalui aliran darah dan diserap oleh sel. Tubuh juga dapat membuat glukosa dari lemak dan protein. "Gula" darah benar-benar berarti glukosa darah.

Tahukah Anda...

  • Ada beberapa jenis gula, "gula darah" diukur dengan tes darah untuk glukosa.

Insulin

Insulin, hormon yang dilepaskan dari pankreas (organ di belakang perut yang juga menghasilkan enzim pencernaan), mengendalikan kadar glukosa dalam darah. Glukosa dalam aliran darah merangsang pankreas untuk memproduksi insulin. Insulin membantu glukosa untuk bergerak dari darah ke dalam sel. Setelah berada di dalam sel, glukosa diubah menjadi energi, yang segera digunakan, atau glukosa disimpan sebagai lemak atau glikogen pati sampai diperlukan.

Kadar glukosa dalam darah bervariasi secara normal sepanjang hari. Kadar glukosa naik setelah makan dan kembali ke tingkat sebelum makan dalam waktu sekitar 2 jam setelah makan. Setelah kadar glukosa dalam darah kembali ke kadar sebelum makan, produksi insulin akan menurun. Variasi kadar glukosa darah biasanya berada dalam kisaran sempit, sekitar 70 hingga 110 miligram per desiliter (mg/dL), atau 3,9 hingga 6,1 milimol per liter (mmol/L) darah pada orang sehat. Jika seseorang memakan karbohidrat dalam jumlah besar, kadar glukosa dapat meningkat lebih banyak. Seseorang yang berusia lebih dari 65 tahun cenderung memiliki kadar glukosa yang sedikit lebih tinggi, terutama setelah makan.

Jika tubuh tidak memproduksi insulin yang cukup untuk memindahkan glukosa ke dalam sel, atau jika sel berhenti merespons secara normal terhadap insulin (disebut resistensi insulin), kadar glukosa tinggi yang dihasilkan dalam darah bersama dengan jumlah glukosa yang tidak memadai dalam sel akan menghasilkan gejala dan komplikasi diabetes.

Tipe-tipe diabetes

Pradiabetes

Pradiabetes adalah kondisi di mana kadar glukosa darah terlalu tinggi untuk dianggap normal tetapi tidak cukup tinggi untuk diberi label diabetes. Seseorang dianggap memiliki pradiabetes jika kadar glukosa darah puasa mereka adalah antara 100 mg/dL (5,6 mmol/L) hingga 125 mg/dL (6,9 mmol/L) atau jika kadar glukosa darah mereka 2 jam setelah uji toleransi glukosa adalah antara 140 mg/dL (7,8 mmol/L) hingga 199 mg/dL (11,0 mmol/L). Pradiabetes memiliki risiko lebih tinggi menderita diabetes di masa depan serta penyakit jantung. Penurunan berat badan sebesar 5 hingga 10% melalui diet dan olahraga dapat secara signifikan mengurangi risiko berkembangnya diabetes.

Diabetes tipe 1

Pada diabetes tipe 1 (sebelumnya disebut diabetes ketergantungan insulin atau diabetes pemula), sistem imun tubuh menyerang sel-sel pankreas yang memproduksi insulin, dan lebih dari 90% dari sel-sel tersebut dihancurkan secara permanen. Oleh karena itu, pankreas menghasilkan sedikit atau tidak menghasilkan insulin sama sekali. Kurang dari 10% dari semua orang yang menderita diabetes menderita penyakit tipe 1. Sebagian besar orang yang menderita diabetes tipe 1 menderita penyakit ini sebelum usia 30 tahun, meskipun dapat berkembang di kemudian hari.

Para ilmuwan meyakini bahwa faktor lingkungan—kemungkinan infeksi virus atau faktor nutrisi selama masa kanak-kanak atau awal masa dewasa—menyebabkan sistem imun menghancurkan sel pankreas yang memproduksi insulin. Kecenderungan genetik membuat beberapa orang lebih rentan terhadap faktor lingkungan.

Ketika sistem kekebalan tubuh orang dewasa menyerang sel pankreas, diabetes dapat berkembang lebih lambat daripada ketika sistem kekebalan tubuh anak-anak menyerang. Beberapa orang dewasa tidak membutuhkan insulin saat diabetes pertama kali berkembang. Bentuk diabetes ini, yang disebut diabetes autoimun laten pada masa dewasa (LADA), jarang terjadi tetapi pada awalnya dapat disalahartikan sebagai diabetes tipe 2.

Diabetes tipe 2

Pada diabetes tipe 2 (sebelumnya disebut diabetes yang tidak bergantung pada insulin atau diabetes yang menyerang orang dewasa), pankreas sering kali terus memproduksi insulin, terkadang bahkan pada kadar yang lebih tinggi dari kadar normal, terutama pada awal penyakit. Namun, tubuh mengalami resistensi terhadap efek insulin, sehingga tidak ada cukup insulin untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Seiring berkembangnya diabetes tipe 2, kemampuan pankreas untuk memproduksi insulin menurun.

Sebelumnya Diabetes tipe 2 jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tetapi kini menjadi lebih sering terjadi. Meskipun demikian, diabetes tipe ini biasanya banyak dimulai pada orang yang berusia lebih dari 30 tahun dan semakin sering terjadi seiring bertambahnya usia. Sekitar 30% orang yang berusia lebih dari 65 tahun menderita diabetes tipe 2.

Obesitas merupakan faktor risiko utama berkembangnya diabetes tipe 2, dan 80 hingga 90% pengidap diabetes tipe 2 mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Karena obesitas menyebabkan resistensi insulin, seseorang dengan obesitas mungkin memerlukan insulin dalam jumlah besar untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal.

Orang-orang keturunan Afrika, Asia Amerika, India Amerika, Penduduk asli Alaska, dan Spanyol atau Amerika Latin berisiko lebih tinggi menderita diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 cenderung menurun pada keluarga.

Gangguan dan obat-obatan tertentu dapat memengaruhi cara tubuh menggunakan insulin dan dapat menyebabkan diabetes tipe 2.

Contoh keadaan umum (kondisi) yang mengakibatkan gangguan penggunaan insulin adalah

Diabetes juga dapat terjadi pada orang-orang dengan produksi hormon pertumbuhan yang berlebihan (akromegali) dan pada orang-orang dengan tumor yang mengeluarkan hormon tertentu. Pankreatitis parah atau berulang dan gangguan lain yang secara langsung merusak pankreas dapat menyebabkan diabetes.

Gejala Diabetes Mellitus

Banyak pasien dengan diabetes mungkin tidak memiliki gejala apa pun, terutama pada fase awal penyakit. Namun demikian, kedua jenis diabetes tersebut dapat memiliki gejala yang sangat mirip jika glukosa darah meningkat secara signifikan.

Gejala kadar glukosa darah yang tinggi meliputi

  • Meningkatnya rasa haus

  • Meningkatnya buang air kecil

  • Meningkatnya rasa lapar

Ketika kadar glukosa darah naik di atas 160 hingga 180 mg/dL (8,9 hingga 10,0 mmol/L), glukosa tercampur ke dalam urine. Ketika kadar glukosa dalam urine meningkat semakin tinggi, ginjal akan mengeluarkan air tambahan untuk mengencerkan glukosa dalam jumlah besar. Karena ginjal menghasilkan urine yang berlebihan, pengidap diabetes sering buang air kecil dalam jumlah besar (poliuria). Buang air kecil yang berlebihan menyebabkan rasa haus yang tidak normal (polidipsia). Karena kalori berlebih hilang di dalam urine, seseorang mungkin akan kehilangan berat badan. Sebagai akibatnya, orang tersebut akan sering merasa sangat lapar.

Gejala diabetes lainnya meliputi

  • Penglihatan kabur

  • Mengantuk

  • Mual

  • Berkurangnya daya tahan selama berolahraga

Diabetes tipe 1

Pada pengidap diabetes tipe 1, gejalanya sering dimulai secara tiba-tiba dan dramatis. Kondisi serius yang disebut ketoasidosis diabetik, komplikasi di mana tubuh menghasilkan kelebihan asam, dapat berkembang dengan cepat. Selain gejala diabetes biasa berupa rasa haus yang berlebihan dan buang air kecil yang berlebihan, gejala awal ketoasidosis diabetik juga meliputi mual, muntah, kelelahan, dan—terutama pada anak-anak—nyeri perut. Pernapasan cenderung menjadi dalam dan cepat saat tubuh mencoba memperbaiki keasaman darah (lihat Asidosis), dan napas berbau seperti buah atau penghilang cat kuku. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetik terkadang dapat berkembang sangat cepat hingga mengakibatkan koma dan kematian.

Diabetes melitus tipe 1 berkembang secara bertahap:

  • Tahap 1: Adanya dua atau lebih antibodi spesifik diabetes (zat atau penanda yang menunjukkan adanya inflamasi atau kerusakan pada sel penghasil insulin di pankreas) dalam darah pada orang dengan kadar gula darah normal dan tidak memiliki gejala diabetes

  • Tahap 2: Kadar glukosa yang lebih tinggi dari kadar normal dalam darah pada orang yang tidak menunjukkan gejala

  • Tahap 3: Gejala diabetes

Setelah diabetes tipe 1 dimulai, beberapa orang dapat memiliki fase sementara kadar glukosa mendekati normal (fase bulan madu) karena pemulihan parsial sekresi insulin.

Diabetes tipe 2

Orang dengan diabetes tipe 2 mungkin tidak memiliki gejala apa pun selama bertahun-tahun atau beberapa dekade sebelum mereka didiagnosis. Gejalanya mungkin tidak kentara. Awalnya, peningkatan buang air kecil dan rasa haus akan terasa ringan namun dapat memburuk secara bertahap selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Pada akhirnya, seseorang merasa sangat lelah, penglihatan cenderung menjadi kabur, dan dapat mengalami dehidrasi.

Karena orang dengan diabetes tipe 2 memproduksi beberapa insulin, ketoasidosis biasanya tidak berkembang bahkan ketika diabetes tipe 2 tidak diobati untuk waktu yang lama. Kadar glukosa darah menjadi sangat tinggi (bahkan melebihi 1.000 mg/dL [55,5 mmol/L]). Peningkatan yang tinggi tersebut sering terjadi akibat stres yang berlebihan, seperti infeksi atau penggunaan obat-obatan. Ketika kadar glukosa darah sangat tinggi, seseorang dapat mengalami dehidrasi berat, yang dapat menyebabkan kebingungan mental, mengantuk, dan kejang, suatu kondisi yang disebut kondisi hiperglikemik hiperosmolar. Banyak orang dengan diabetes tipe 2 didiagnosis dengan pengujian glukosa darah rutin sebelum mereka mengalami kadar glukosa darah yang sangat tinggi.

Komplikasi diabetes

Diabetes dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah menyempit dan akibatnya mempersempit aliran darah. Karena pembuluh darah di seluruh tubuh terpengaruh, seseorang dapat mengalami banyak komplikasi diabetes. Banyak organ yang dapat terpengaruh, terutama organ-organ berikut ini:

Kadar glukosa darah yang tinggi juga menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan tubuh, sehingga pengidap diabetes melitus sangat rentan terhadap infeksi bakteri dan jamur.

Diagnosis Diabetes Mellitus

  • Mengukur kadar glukosa dalam darah

Diagnosis diabetes dibuat ketika orang-orang memiliki kadar glukosa yang sangat tinggi dalam darah. Dokter melakukan tes skrining pada orang-orang yang berisiko terkena diabetes tetapi tidak memiliki gejala apa pun.

Tahukah Anda...

  • Seseorang mungkin dapat menderita diabetes tipe 2 dan tidak memiliki gejala apa pun, sehingga penting bagi orang-orang dengan faktor risiko untuk menjalani tes skrining yang direkomendasikan.

Pengukuran glukosa darah

Dokter memeriksa kadar glukosa darah pada orang-orang yang memiliki gejala diabetes, seperti peningkatan rasa haus, buang air kecil, atau rasa lapar. Selain itu, dokter dapat memeriksa kadar glukosa darah pada orang-orang yang memiliki gangguan yang dapat menyebabkab komplikasi diabetes, seperti infeksi yang sering terjadi, borok pada kaki, dan infeksi jamur.

Untuk mengevaluasi kadar glukosa darah secara akurat, dokter biasanya menggunakan sampel darah yang diambil setelah seseorang berpuasa semalaman. Diabetes dapat didiagnosis jika kadar glukosa darah puasa adalah 126 mg/dL (7,0 mmol/L) atau lebih tinggi. Namun demikian, sampel darah yang diambil setelah orang makan juga dapat digunakan. Peningkatan kadar glukosa darah setelah makan memang normal, namun kadarnya tidak boleh terlalu tinggi sekalipun setelah makan. Diabetes dapat didiagnosis jika kadar glukosa darah acak (tidak dilakukan setelah puasa) lebih tinggi dari 200 mg/dL (11,1 mmol/L).

Hemoglobin A1C

Dokter juga dapat mengukur kadar protein, hemoglobin A1C (disebut juga hemoglobin glikosilasi atau terglikolasi), dalam darah, yang mencerminkan kecenderungan jangka panjang kadar glukosa darah seseorang dalam menghadapi perubahan yang cepat.

Hemoglobin adalah zat pembawa oksigen dalam sel darah merah. Ketika darah terpapar kadar glukosa darah yang tinggi selama jangka waktu tertentu, glukosa melekat dapat pada hemoglobin dan membentuk hemoglobin glikosilasi. Tes kadar darah hemoglobin A1C dilaporkan sebagai persentase hemoglobin yaitu A1C.

Pengukuran hemoglobin A1C dapat digunakan untuk mendiagnosis diabetes ketika pengujian dilakukan oleh laboratorium bersertifikat (bukan oleh instrumen yang digunakan di rumah atau di ruang dokter). Seseorang dengan kadar hemoglobin A1C 6,5% atau lebih dinyatakan sebagai pengidap diabetes. Jika tingkatnya antara 5,7 hingga 6,4, mereka dianggap memiliki pradiabetes dan berisiko mengalami diabetes.

Uji Lab

Uji toleransi glukosa oral

Tes darah lainnya, seperti tes toleransi glukosa oral, dapat dilakukan pada situasi tertentu, contohnya skrining diabetes gestasional pada wanita hamil atau pengujian pada lansia yang memiliki gejala diabetes tetapi memiliki kadar glukosa normal saat puasa. Meski demikian, pengetesan tersebut tidak dapat dilakukan secara rutin untuk menguji diabetes karena tes ini bisa sangat merepotkan.

Dalam pengetesan oral, dilakukan pengambilan sampel darah setelah seseorang berpuasa, kemudian orang tersebut akan meminum larutan khusus yang mengandung glukosa dalam jumlah besar dan standar. Lebih lanjut, sampel darah kemudian diambil dalam kurun waktu 2 hingga 3 jam ke depan dan diuji untuk menentukan apakah glukosa dalam darah meningkat ke kadar yang sangat tinggi.

Skrining untuk Diabetes

Kadar glukosa darah sering diperiksa selama pemeriksaan fisik rutin. Memeriksa kadar glukosa dalam darah secara teratur sangat penting pada lansia karena diabetes sangat umum terjadi seiring bertambahnya usia. Seseorang mungkin menderita diabetes, terutama diabetes tipe 2, dan tidak mengetahuinya.

Skrining untuk diabetes tipe 1

Skrining untuk diabetes tipe 1 tidak direkomendasikan untuk semua anak-anak atau orang dewasa. Dokter terkadang melakukan tes untuk memeriksa adanya diabetes tipe 1 pada orang-orang yang berisiko tinggi mengidap diabetes tipe 1 (seperti saudara kandung atau anak-anak pengidap diabetes tipe 1). Pengujian antibodi insulin memungkinkan dokter untuk mengidentifikasi orang-orang dengan diabetes tipe 1 tahap awal dan dapat memulai langkah-langkah pencegahan.

Skrining untuk diabetes tipe 2

Penting untuk melakukan tes skrining pada orang-orang yang berisiko mengidap diabetes tipe 2, termasuk mereka yang

  • Berusia 35 tahun ke atas

  • Memiliki kelebihan berat badan atau obesitas

  • Memiliki gaya hidup yang jarang bergerak

  • Memiliki riwayat diabetes dalam keluarga

  • Memiliki pradiabetes

  • Menderita diabetes selama kehamilan atau memiliki bayi dengan berat lebih dari 9 pon (4.000 gram) pada saat lahir

  • Memiliki tekanan darah tinggi

  • Memiliki gangguan lipid seperti kolesterol tinggi

  • Menderita penyakit kardiovaskular

  • Menderita penyakit hati steatotis (sebelumnya disebut penyakit perlemakan hati [fatty liver])

  • Mengalami penyakit polikistik ovarium

  • Memiliki keturunan ras atau etnis yang terkait dengan risiko tinggi diabetes

  • Menderita infeksi HIV

Orang-orang dengan faktor risiko ini harus diskrining untuk diabetes setidaknya setiap tiga tahun sekali.

Risiko diabetes juga dapat diperkirakan dengan menggunakan kalkulator risiko dari American Diabetes Association. Dokter dapat mengukur kadar glukosa darah puasa dan kadar hemoglobin A1C, atau melakukan tes toleransi glukosa oral. Jika hasil tes berada di ambang batas antara normal dan tidak normal, maka dokter akan lebih sering melakukan tes skrining, setidaknya sekali dalam setahun.

Pengobatan Diabetes Mellitus

  • Diet

  • Olahraga

  • Penurunan berat badan

  • Edukasi

  • Pada diabetes tipe 1, injeksi insulin

  • Pada diabetes tipe 2, sering kali diberikan obat minum dan terkadang insulin atau obat-obatan lain melalui injeksi

Diet, olahraga, dan edukasi merupakan fondasi untuk pengobatan diabetes. Penurunan berat badan penting bagi orang-orang yang kelebihan berat badan. Beberapa orang dengan diabetes tipe 2 dan kadar glukosa yang sedikit meningkat dapat memulai diet, olahraga, dan menurunkan berat badan. Namun demikian, pada orang-orang dengan kelainan glukosa yang lebih parah, atau ketika perubahan gaya hidup tidak memberikan dampak yang cukup untuk menormalkan glukosa, mereka memerlukan obat-obatan diabetes. Orang dengan diabetes tipe 1 (tanpa memandang kadar glukosa darahnya) memerlukan obat-obatan saat pertama kali didiagnosis.

Karena kemungkinan terjadinya komplikasi akan lebih kecil jika pengidap diabetes benar-benar mengendalikan kadar glukosa darahnya, maka pengobatan diabetes bertujuan untuk menjaga kadar glukosa darah sedekat mungkin dengan batas normal.

Akan sangat bermanfaat bagi pengidap diabetes untuk membawa atau memakai identifikasi medis (seperti gelang atau tag) untuk memperingatkan tenaga perawatan kesehatan profesional mengenai adanya diabetes. Informasi ini memungkinkan tenaga perawatan kesehatan profesional untuk memulai perawatan untuk menyelamatkan nyawa dengan cepat, terutama dalam kasus cedera atau perubahan status mental.

Ketoasidosis diabetik dan keadaan hiperglikemik hiperosmolar merupakan kondisi darurat medis karena dapat menyebabkan koma dan kematian. Pengobatannya serupa untuk kedua hal tersebut dan berpusat pada pemberian cairan intravena dan insulin.

Pengobatan umum diabetes

Pengidap diabetes mendapatkan manfaat besar dari mempelajari tentang gangguan tersebut, memahami bagaimana diet dan olahraga memengaruhi kadar glukosa darah mereka, dan mengetahui cara menghindari komplikasi. Perawat yang terlatih dalam pendidikan diabetes dapat memberikan informasi tentang mengelola diet, berolahraga, memantau kadar glukosa darah, dan meminum obat.

Pengidap diabetes harus berhenti merokok dan hanya mengonsumsi alkohol dalam jumlah sedang (maksimal satu minuman per hari untuk wanita dan dua minuman untuk pria).

Diet untuk pengidap diabetes

Mengelola diet sangat penting bagi orang-orang yang menderita diabetes melitus. Dokter akan merekomendasikan diet yang sehat dan seimbang serta cara untuk mempertahankan berat badan yang sehat. Orang dengan diabetes dapat memperoleh manfaat dari pertemuan dengan ahli gizi atau mentor diabetes untuk mengembangkan rencana makan yang optimal. Rencana tersebut mencakup

  • Menghindari gula sederhana dan makanan olahan

  • Peningkatan serat pangan

  • Membatasi porsi makanan kaya karbohidrat dan berlemak (terutama lemak jenuh)

Orang yang menggunakan insulin harus menghindari jeda waktu yang panjang di antara waktu makan untuk mencegah hipoglikemia. Meskipun protein dan lemak dalam diet berkontribusi terhadap jumlah kalori yang dimakan seseorang, hanya jumlah karbohidrat yang memiliki efek langsung pada kadar glukosa darah. American Diabetes Association memiliki banyak kiat bermanfaat tentang diet, termasuk resep masakan. Bahkan ketika seseorang mengikuti diet yang tepat, mereka masih memerlukan obat penurun kolesterol untuk mengurangi risiko penyakit jantung.

Orang dengan diabetes tipe 1 dan orang-orang tertentu dengan diabetes tipe 2 dapat menggunakan penghitungan karbohidrat atau sistem pertukaran karbohidrat untuk mencocokkan dosis insulin mereka dengan kandungan karbohidrat dari makanan mereka. "Menghitung" jumlah karbohidrat dalam makanan digunakan untuk menghitung jumlah insulin yang dikonsumsi orang tersebut sebelum makan. Namun, rasio karbohidrat-ke-insulin (jumlah insulin yang diambil untuk setiap gram karbohidrat dalam makanan) bervariasi untuk setiap orang, dan pengidap diabetes perlu bekerja sama dengan ahli gizi yang memiliki pengalaman dalam bekerja dengan pengidap diabetes untuk menguasai teknik tersebut. Beberapa ahli menyarankan penggunaan indeks glikemik (ukuran dampak makanan yang mengandung karbohidrat yang dikonsumsi terhadapa kadar glukosa darah) untuk membedakan antara karbohidrat yang dimetabolisme dengan cepat dan lambat, meskipun hanya ada sedikit bukti yang mendukung pendekatan ini.

Olahraga untuk pengidap diabetes

Olahraga, dalam jumlah yang tepat (setidaknya 150 menit per minggu yang dibagi setidaknya selama 3 hari), juga dapat membantu seseorang untuk mengontrol berat badan mereka dan meningkatkan kadar glukosa darah. Karena kadar glukosa darah turun selama olahraga, seseorang harus waspada terhadap gejala hipoglikemia. Sebagian orang perlu memakan kudapan kecil selama olahraga dalam waktu yang lama, menurunkan dosis insulin mereka, atau keduanya.

Penurunan berat badan bagi pengidap diabetes

Banyak orang, terutama mereka yang menderita diabetes tipe 2, mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Beberapa orang dengan diabetes tipe 2 mungkin dapat menghindari atau menunda kebutuhan untuk mengonsumsi obat-obatan dengan mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat. Penurunan berat badan juga penting bagi orang-orang tersebut karena kelebihan berat badan dapat berkontribusi terhadap komplikasi diabetes. Ketika pengidap obesitas dan diabetes mengalami kesulitan ketika menurunkan berat badan hanya dengan diet dan olahraga, dokter dapat memberikan obat penurun berat badan atau merekomendasikan operasi bariatrik (pembedahan untuk membantu penurunan berat badan). Obat diabetes tertentu dapat menginduksi penurunan berat badan, terutama obat penghambat peptida seperti glukagon 1 (GLP-1) dan co-transporter-2 (SGLT2).

Tahukah Anda...

Pengobatan untuk mencegah komplikasi diabetes

Karena diabetes pada akhirnya dapat memengaruhi pembuluh darah di seluruh tubuh, pengidap diabetes cenderung mengalami komplikasi yang terkait dengan masalah pembuluh darah. Glukosa yang tetap tinggi dalam jangka waktu yang lama menyebabkan penumpukan di dinding pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah menebal dan bocor serta berisiko mengalami ateroskelerosis, stroke, gangguan mata, dan gangguan lainnya.

Karena risiko komplikasi sangat tinggi pada pengidap diabetes, penting bagi penderita untuk mengontrol kadar glukosa darah mereka dengan hati-hati. Dokter juga merekomendasikan agar orang-orang tersebut menjalani pemantauan rutin untuk mencegah komplikasi.

Pengobatan diabetes

Ada banyak obat yang digunakan untuk mengobati diabetes. Orang pengidap diabetes tipe 1 membutuhkan suntikan insulin untuk menurunkan kadar glukosa darah. Sebagian besar pengidap diabetes tipe 2 memerlukan obat minum untuk menurunkan kadar glukosa darah tetapi beberapa juga membutuhkan insulin atau obat suntik lainnya.

Transplantasi pankreas

Orang yang menderita diabetes tipe 1 terkadang menerima transplantasi pankreas atau hanya sel yang memproduksi insulin dari pankreas donor. Prosedur ini memungkinkan pengidap diabetes melitus tipe 1 untuk mempertahankan kadar glukosa normal. Namun, karena obat-obatan imunosupresan harus diberikan untuk mencegah tubuh menolak sel yang ditransplantasikan, transplantasi pankreas biasanya hanya dilakukan pada orang yang mengalami komplikasi serius akibat diabetes atau yang menerima organ transplantasi lainnya (seperti ginjal) dan akan tetap membutuhkan imunosupresan.

Orang yang lemah atau memiliki masalah medis

Lansia dan orang yang menginap banyak masalah medis, terutama masalah serius, perlu mengikuti prinsip-prinsip umum yang sama tentang manajemen diabetes—pendidikan, diet, olahraga, dan obat-obatan—seperti orang-orang yang lebih muda atau lebih sehat. Namun demikian, mencoba mengendalikan kadar glukosa darah secara ketat dapat berbahaya bagi orang yang lemah atau orang yang memiliki banyak masalah medis karena menimbulkan resiko hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah).

Penglihatan yang buruk dapat menyulitkan seseorang untuk membaca pengukur glukosa dan skala dosis pada jarum suntik insulin. Orang yang menderita artritis atau penyakit Parkinson atau yang pernah mengalami stroke dapat mengalami masalah dalam menggunakan jarum suntik.

Edukasi

Selain mempelajari tentang diabetes itu sendiri, orang yang memiliki banyak masalah medis mungkin harus belajar tentang bagaimana cara menyesuaikan pengendalian diabetes dengan pengendalian kondisi lainnya. Sangat penting untuk mempelajari cara menghindari komplikasi, seperti dehidrasi, kerusakan kulit, dan masalah sirkulasi, serta mengelola faktor yang dapat berkontribusi terhadap komplikasi diabetes, seperti tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol tinggi. Masalah tersebut akan menjadi lebih sering terjadi seiring bertambahnya usia, baik pada mereka yang menderita diabetes maupun yang tidak.

Diet

Banyak lansia mengalami kesulitan untuk mengikuti pola makan sehat dan seimbang yang dapat mengendalikan kadar glukosa darah dan berat badan. Sulit untuk mengubah preferensi makanan dan kebiasaan makan yang sudah dilakukan sejak lama. Ada orang yang mengalami gangguan lain yang dapat dipengaruhi oleh diet dan mungkin tidak memahami cara menyesuaikan rekomendasi diet dengan berbagai gangguan yang mereka alami.

Ada orang yang tidak dapat mengendalikan makanan yang mereka konsumsi karena orang lain memasak untuk mereka—di rumah, di panti jompo, atau di institusi lainnya. Ketika pengidap diabetes tidak memasak sendiri, mereka yang berbelanja dan menyiapkan makanan untuk pengidap diabetes juga harus memahami diet yang mereka perlukan. Pengidap diabetes dan perawat mereka biasanya dapat memperoleh manfaat yang baik dari pertemuan dengan ahli gizi untuk mengembangkan rencana makan yang sehat dan layak.

Olahraga

Beberapa orang mungkin mengalami kesulitan menambahkan olahraga ke dalam kehidupan sehari-hari mereka, terutama jika mereka kurang aktif di masa lalu atau jika mereka memiliki gangguan yang membatasi pergerakan mereka, seperti artritis. Namun demikian, mereka mungkin dapat menambahkan olahraga ke dalam rutinitas harian mereka. Misalnya, seseorang dapat memilih untuk berjalan atau menaiki tangga alih-alih mengemudi atau menggunakan elevator.

Obat-obatan

Mengonsumsi obat-obatan yang digunakan untuk mengobati diabetes, terutama insulin, mungkin sulit bagi sebagian orang. Bagi mereka yang memiliki masalah penglihatan atau masalah lain yang membuat pengisian alat suntik secara akurat menjadi sulit, perawat dapat menyiapkan alat suntik yang sudah diisi terlebih dahulu dan menyimpannya di lemari es. Orang yang memiliki dosis insulin stabil dapat membeli alat suntik yang sudah diisi sebelumnya. Perangkat pena insulin yang sudah diisi sebelumnya mungkin lebih mudah bagi orang-orang dengan keterbatasan fisik. Beberapa perangkat ini memiliki tampilan angka yang besar dan tombol yang mudah diputar.

Memantau kadar glukosa darah

Penglihatan yang buruk, pergerakan yang terbatas karena artritis, tremor, atau stroke, atau keterbatasan fisik lainnya dapat membuat pemantauan kadar glukosa darah menjadi lebih sulit bagi sebagian orang. Namun, tersedian monitor khusus. Beberapa memiliki tampilan numerik yang besar sehingga lebih mudah dibaca. Beberapa memberikan petunjuk dan hasil dengan suara. Beberapa monitor dapat membaca kadar glukosa darah melalui kulit dan tidak memerlukan sampel darah. Seseorang dapat berkonsultasi dengan mentor diabetes untuk menentukan pengukuran mana yang paling tepat.

Hipoglikemia

Komplikasi yang paling umum dari pengobatan untuk kadar glukosa darah tinggi adalah kadar glukosa darah rendah (hipoglikemia). Risiko paling besar dapat terjadi pada orang-orang yang lemah, yang cukup sakit sehingga harus memerlukan perawatan berkala di rumah sakit, atau yang mengonsumsi beberapa obat. Dari semua obat yang tersedia untuk mengobati diabetes, obat-obatan sulfonilurea aksi panjang atau insulin kemungkinan besar dapat menyebabkan rendahnya kadar glukosa darah pada orang-orang yang mengalami masalah medis parah atau memiliki banyak gangguan dan terutama pada lansia. Ketika mereka meminum obat-obatan ini, orang-orang tesebut juga lebih cenderung mengalami gejala serius, seperti pingsan dan jatuh, dan mengalami kesulitan berpikir atau menggunakan bagian tubuh karena kadar glukosa darah yang rendah.

Pada lansia, hipoglikemia mungkin sulit diketahui dibandingkan pada orang yang lebih muda. Kebingungan yang disebabkan oleh hipoglikemia dapat disalahartikan sebagai demensia atau efek sedatif dari obat-obatan. Selain itu, seseorang yang kesulitan untuk berkomunikasi (seperti setelah stroke atau akibat demensia) mungkin tidak dapat memberi tahu siapa pun bahwa mereka mengalami gejala hipoglikemia.

Seseorang yang mengalami kesulitan untuk mempertahankan kadar glukosa darah

Orang dengan diabetes tipe 1 dapat mengalami perubahan kadar glukosa darah yang naik turun karena tubuh mereka benar-benar tidak memproduksi insulin. Infeksi, tertundanya pergerakan makanan melalui lambung, dan gangguan hormonal lainnya juga dapat menyebabkan glukosa darah yang naik turun.

Pada semua orang yang mengalami kesulitan mengendalikan glukosa darah, dokter akan mencari gangguan lain yang mungkin menyebabkan masalah tersebut dan juga memberikan edukasi tambahan kepada orang-orang tentang cara memantau diabetes dan meminum obat-obatan mereka.

Pemantauan Pengobatan Diabetes

Pemantauan kadar glukosa darah merupakan bagian penting dari perawatan diabetes. Pemantauan glukosa darah rutin memberikan informasi yang diperlukan untuk membuat penyesuaian yang diperlukan dalam pengobatan, diet, dan program latihan. Menunggu hingga ada gejala kadar glukosa darah rendah atau tinggi untuk memeriksa glukosa darah berpotensi membahayakan.

Tujuan pengobatan diabetes

Para ahli merekomendasikan agar orang-orang mempertahankan kadar glukosa darah mereka

  • Antara 80 hingga 130 mg/dL (4,4 dan 7,2 mmol/L) puasa (sebelum makan)

  • Kurang dari 180 mg/dL (10,0 mmol/L) 2 jam setelah makan

Kadar Hemoglobin A1C harus kurang dari 7%.

Sebagian orang menggunakan monitor glukosa berkelanjutan (CGM), perangkat eksternal yang terpasang pada tubuh dan terus mencatat kadar glukosa darah. Ketika menggunakan perangkat tersebut, dokter menggunakan pengukuran yang berbeda untuk menentukan seberapa baik kadar glukosa darah dikendalikan. Mereka menggunakan nilai yang disebut jangkauan rentang waktu. Jangkauan rentang waktu adalah persentase waktu selama periode tertentu di mana kadar glukosa darah berada pada tingkat sasaran orang tersebut. Kisaran yang biasa adalah 70 sampai 180 mg/mL (3,9 sampai 9,9 mmol/L).

Karena pengobatan agresif untuk mencapai tujuan ini meningkatkan risiko glukosa darah menjadi terlalu rendah (hipoglikemia), tujuan tersebut dapat disesuaikan untuk beberapa orang yang hipoglikemianya sangat tidak diinginkan, seperti pada lansia.

Beberapa tujuan lainnya adalah menjaga tekanan darah sistolik kurang dari 140 mm Hg dan tekanan darah diastolik kurang dari 90 mm Hg. Untuk pengidap diabetes yang menderita penyakit jantung atau berisiko tinggi menderita penyakit jantung, target tekanan darahnya kurang dari 130/80 mm Hg.

Banyak hal yang dapat menyebabkan perubahan kadar glukosa darah:

  • Diet

  • Olahraga

  • Stres

  • Penyakit

  • Obat-obatan

  • Waktu dalam sehari

Kadar glukosa darah dapat melonjak setelah seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi. Stres emosional, infeksi, dan banyak obat cenderung dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah meningkat pada banyak orang di pagi hari karena pelepasan normal hormon (hormon pertumbuhan dan kortisol), suatu reaksi yang disebut fenomena fajar. Glukosa darah dapat melesat terlalu tinggi jika tubuh melepaskan hormon tertentu sebagai respons terhadap kadar glukosa darah yang rendah (efek Somogyi). Olahraga dapat menyebabkan kadar glukosa dalam darah menurun.

Memantau kadar glukosa darah

Kadar glukosa darah dapat diukur dengan mudah di rumah atau di mana saja.

Tes glukosa ujung jari paling sering digunakan untuk memantau glukosa darah. Sebagian besar perangkat pemantauan glukosa darah (pengukur glukosa) menggunakan setetes darah yang diperoleh dengan cara menusuk ujung jari dengan lanset kecil. Lanset berisi jarum kecil yang dapat ditusukkan ke jari atau ditempatkan ke perangkat berisi pegas yang dapat dengan mudah dan cepat menembus kulit. Kebanyakan orang merasa bahwa tusukan tersebut hanya menimbulkan sedikit ketidaknyamanan. Kemudian, setetes darah diteteskan pada strip reagen. Strip tersebut mengandung bahan kimia yang mengalami perubahan tergantung pada kadar glukosa. Pengukur glukosa membaca perubahan pada strip test dan melaporkan hasilnya pada layar digital. Beberapa perangkat memungkinkan sampel darah diperoleh dari lokasi lain, seperti telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, paha, atau betis. Pengukur glukosa rumahan ukurannya lebih kecil dari satu dek kartu.

Sistem pemantauan glukosa berkelanjutan (Continuous glucose monitoring - CGM) menggunakan sensor glukosa kecil yang ditempatkan di bawah kulit. Sensor mengukur kadar glukosa darah setiap beberapa menit. Ada dua jenis CGM, yang memiliki tujuan berbeda:

  • Profesional

  • Pribadi

CGM profesional mengumpulkan informasi glukosa darah berkelanjutan dalam jangka waktu tertentu (72 jam hingga 14 hari). Dokter menggunakan informasi ini untuk membuat rekomendasi pengobatan. CGM profesional tidak memberikan data kepada pengidap diabetes.

CGM pribadi digunakan oleh seseorang untuk memberikan data glukosa darah sewaktu pada monitor portabel kecil atau pada ponsel pintar yang terhubung. Alarm pada sistem CGM dapat diatur untuk berbunyi ketika kadar glukosa darah turun terlalu rendah atau naik terlalu tinggi, sehingga perangkat tersebut dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi perubahan glukosa darah yang mengkhawatirkan dengan cepat.

CGM dapat dikenakan hingga 14 hari, seringkali tidak memerlukan kalibrasi, dan dapat digunakan untuk pemberian dosis insulin tanpa konfirmasi glukosa ujung jari tangan. Ada pula sistem di mana perangkat CGM berkomunikasi dengan pompa insulin untuk berhenti mengirimkaninsulin ketika glukosa darah menurun (threshold suspend), atau untuk memberikan insulin setiap hari (hybrid closed loop system).

Sistem CGM sangat membantu dalam keadaan tertentu, seperti pada pengidap diabetes tipe 1 yang sering mengalami perubahan glukosa darah yang sangat cepat (terutama ketika kadar glukosa terkadang menjadi sangat rendah), yang sulit diidentifikasi dengan tes ujung jari tangan. Sistem CGM memungkinkan seseorang untuk mengukur periode waktu glukosa darah mereka tetap dalam rentang tertentu, dan dokter dapat menggunakan pengukuran ini untuk menetapkan tujuan pengobatan dan menyesuaikan dosis insulin. Bahkan pada orang yang tidak menggunakan insulin, sistem CGM dapat memberikan informasi berharga tentang bagaimana berbagai makanan dan aktivitas memengaruhi gula darah mereka.

Orang-orang harus menyimpan catatan kadar glukosa darah dan melaporkannya kepada dokter atau perawat mereka, atau membawa alat ukur atau pembaca CGM mereka ketika mereka mengunjungi dokter, untuk membantu dokter dan perawat memberikan saran dalam menyesuaikan dosis insulin atau obat antihiperglikemik minum. Banyak orang dapat belajar menyesuaikan dosis insulin sendiri sesuai kebutuhan. Beberapa orang yang menderita diabetes ringan atau tipe 2 awal yang terkendali dengan baik dengan satu atau dua obat mungkin relatif lebih jarang memantau kadar glukosa jari tangan.

Hemoglobin A1C

Dokter dapat memantau pengobatan menggunakan tes darah yang disebut hemoglobin A1C. Ketika kadar glukosa darah tinggi, terjadi perubahan pada hemoglobin, protein yang membawa oksigen dalam darah. Perubahan-perubahan tersebut berbanding lurus dengan kadar glukosa darah dalam jangka waktu yang panjang. Semakin tinggi kadar hemoglobin A1C, semakin tinggi kadar glukosa orang tersebut. Dengan demikian, tidak seperti pengukuran glukosa darah, yang mengungkapkan kadar pada saat tertentu, pengukuran hemoglobin A1C dapat menunjukkan apakah kadar glukosa darah sudah dikontrol selama beberapa bulan sebelumnya.

Pengidap diabetes harus menargetkan kadar hemoglobin A1C kurang dari 7%. Terkadang sulit untuk mencapai kadar tersebut, nemun semakin rendah tingkat hemoglobin A1C, semakin kecil kemungkinan seseorang mengalami komplikasi. Dokter dapat merekomendasikan target yang sedikit lebih tinggi atau lebih rendah untuk orang-orang tertentu tergantung pada situasi kesehatan mereka. Namun, tingkat di atas 9% menunjukkan kontrol yang buruk, dan tingkat di atas 12% menunjukkan kontrol yang sangat buruk. Sebagian besar dokter yang mengkhususkan diri dalam perawatan diabetes merekomendasikan agar hemoglobin A1C diukur setiap 3 sampai 6 bulan sekali.

Fruktosamin

Fruktosamin, merupakan asam amino yang terikat dengan glukosa, juga berguna untuk mengukur kontrol glukosa darah selama beberapa minggu dan umumnya digunakan ketika hasil hemoglobin A1C tidak dapat diandalkan, seperti pada seseorang yang menderita anemia yang disebabkan oleh defisiensi zat besi, folat, atau vitamin B12, atau bentuk kelainan hemoglobin seperti pada penyakit sel sabit atau talasemia.

Glukosa urine

Meskipun urine juga dapat diuji memeriksa kandungan glukosa, namun pemeriksaan urine bukanlah cara yang baik untuk memantau atau menyesuaikan pengobatan. Pengujian urine dapat menyesatkan karena jumlah glukosa dalam urine mungkin tidak mencerminkan kadar glukosa dalam darah terkini. Kadar glukosa darah dapat menjadi sangat rendah atau cukup tinggi tanpa perubahan kadar glukosa dalam urine.

Pencegahan Diabetes Mellitus

Diabetes tipe 1

Tidak ada pengobatan yang dapat sepenuhnya mencegah diabetes melitus tipe 1. Namun, anggota keluarga pengidap diabetes tipe 1 dapat menjalani skrining tes dan jika tes menunjukkan bahwa mereka memiliki antibodi anti-insulin, tetapi belum memiliki gejala diabetes (stadium 1), mereka dapat memperoleh manfaat dari obat (teplizumab). Obat ini dapat memperpanjang kemampuan pankreas untuk memproduksi insulin dan menunda timbulnya gejala diabetes tipe 1.

Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup. Seseorang yang mengalami kelebihan berat badan dan penurunan berat badan hingga 7 persen dan yang meningkatkan aktivitas fisik (misalnya, berjalan 30 menit per hari) dapat menurunkan risiko diabetes melitus lebih dari 50%. Metformin, obat yang digunakan untuk mengobati diabetes, dapat mengurangi risiko diabetes pada pengidap gangguan regulasi glukosa.

Informasi Lebih Lanjut

Sumber daya berbahasa Inggris berikut ini mungkin berguna. Harap diperhatikan bahwa MANUAL ini tidak bertanggung jawab atas konten sumber daya.

  1. American Diabetes Association: Informasi lengkap tentang diabetes, termasuk sumber daya untuk hidup dengan diabetes

  2. JDRF (sebelumnya disebut Juvenile Diabetes Research Foundation): Informasi umum tentang diabetes melitus tipe 1

  3. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases: Informasi umum tentang diabetes, termasuk penelitian terbaru dan program yang menjangkau masyarakat

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!