Tekanan Darah Tinggi

(Hipertensi)

OlehMatthew R. Weir, MD, University of Maryland School of Medicine
Ditinjau OlehJonathan G. Howlett, MD, Cumming School of Medicine, University of Calgary
Ditinjau/Direvisi Feb 2025 | Dimodifikasi Jul 2025
v717819_id

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah tekanan tinggi yang terus-menerus di dalam arteri.

  • Sering kali tidak ada penyebab tekanan darah tinggi yang dapat diidentifikasi, tetapi kadang-kadang hal itu terjadi sebagai akibat dari gangguan ginjal yang jadi penyebab mendasar atau gangguan hormon.

  • Obesitas, gaya hidup kurang aktif, stres, merokok, dan konsumsi alkohol atau natrium (garam) yang berlebihan dapat memengaruhi perkembangan hipertensi pada individu yang memiliki kecenderungan turunan.

  • Pada kebanyakan orang, tekanan darah tinggi tidak menimbulkan gejala apa pun.

  • Dokter melakukan diagnosis setelah mengukur tekanan darah pada 2 kesempatan atau lebih.

  • Orang disarankan untuk menurunkan berat badan, berhenti merokok, dan menurunkan jumlah natrium dan lemak dalam diet mereka.

  • Obat-obatan antihipertensi diberikan.

Bagi banyak orang, kata hipertensi menunjukkan ketegangan, kegugupan, atau stres yang berlebihan. Dalam istilah medis, hipertensi mengacu pada tekanan darah tinggi yang persisten, apa pun penyebabnya. Karena biasanya tidak menimbulkan gejala selama bertahun-tahun—hingga organ vital rusak—tekanan darah tinggi disebut sebagai pembunuh diam-diam. Tekanan darah tinggi yang tidak terkendali meningkatkan risiko masalah seperti stroke, aneurisme, gagal jantung, serangan jantung, dan penyakit ginjal kronis.

Hampir setengah dari orang dewasa di Amerika Serikat memiliki tekanan darah tinggi. Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka mengalami tekanan darah tinggi. Sekitar 80% orang dewasa dengan tekanan darah tinggi telah direkomendasikan untuk menjalani pengobatan, tetapi hanya sekitar setengah dari mereka yang benar-benar menerima pengobatan.

Tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada orang dewasa non-Hispanik kulit hitam (58%) dibandingkan dengan 49% orang dewasa non-Hispanik kulit putih dan 45% orang dewasa non-Hispanik Asia, atau 39% orang dewasa Hispanik. Tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada lansia—pada sekitar dua pertiga orang yang berusia di atas 65 tahun. Orang-orang yang memiliki tekanan darah normal pada usia 55 tahun memiliki risiko 90% untuk mengalami tekanan darah tinggi pada suatu titik dalam hidup mereka. Tekanan darah tinggi dua kali lebih banyak terjadi di kalangan orang-orang yang mengalami obesitas dibandingkan mereka yang tidak mengalaminya.

Sorotan tentang Penuaan: Tekanan Darah Tinggi

Perubahan akibat penuaan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi tanpa penyebab yang diketahui (hipertensi primer). Seiring bertambahnya usia, arteri besar secara bertahap menjadi kaku dan arteri kecil dapat menjadi tersumbat sebagian. Beberapa ahli berpendapat bahwa kekakuan ini, yang dikombinasikan dengan penyempitan arteri kecil, sebagian dapat menjelaskan mengapa tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia.

Saat tekanan darah diperiksa, 2 nilai akan dicatat. Nilai yang lebih tinggi mencerminkan tekanan tertinggi dalam arteri, yang dicapai ketika jantung berkontraksi (disebut sistol). Nilai yang lebih rendah mencerminkan tekanan terendah dalam arteri, yang dicapai tepat sebelum jantung mulai berkontraksi lagi (disebut diastol). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik/tekanan diastolik—misalnya, 120/80 mm Hg (milimeter merkuri). Pembacaan ini disebut sebagai "120 banding 80."

Klasifikasi tekanan darah

Tekanan darah pada orang dewasa diklasifikasikan sebagai normal, peningkatan tekanan darah, hipertensi stadium 1 (ringan), atau hipertensi stadium 2.  Namun, klasifikasi ini agak sembarangan karena makin tinggi tekanan darah, makin besar risiko komplikasinya, bahkan dalam kisaran tekanan darah normal.

Urgensi hipertensi adalah tekanan darah sistolik yang lebih dari 180 mm Hg dan/atau tekanan darah diastolik yang lebih dari 120 mm Hg, tetapi belum menyebabkan kerusakan organ apa pun yang terlihat oleh orang atau dokter mereka. Urgensi hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala.

Hipertensi darurat adalah bentuk tekanan darah tinggi yang sangat parah. Tekanan darah sistolik mencapai setidaknya 180 mm Hg dan/atau tekanan darah diastolik mencapai setidaknya 120 mm Hg, dan terdapat bukti kerusakan progresif pada satu atau lebih organ vital (biasanya otak, jantung, dan ginjal), sering disertai dengan berbagai gejala. Jika tidak diobati, keadaan darurat hipertensi dapat berakibat fatal.

Tabel

Kontrol Tekanan Darah Tubuh

Tubuh memiliki banyak mekanisme untuk mengontrol tekanan darah. Tubuh dapat mengubah

  • Jumlah darah pada pompa jantung

  • Diameter arteri

  • Volume darah dalam aliran darah

Untuk meningkatkan tekanan darah, jantung dapat memompa lebih banyak darah dengan memompa lebih kuat atau lebih cepat. Arteri kecil (arteriol) dapat menyempit (kontraksi), memaksa darah dari setiap detak jantung mengalir melalui ruang yang lebih sempit dari biasanya. Karena ruang di arteri lebih sempit, jumlah darah yang melewatinya juga meningkatkan tekanan darah. Vena dapat menyempit untuk mengurangi kapasitasnya dalam menahan darah, memaksa lebih banyak darah masuk ke arteri. Akibatnya, tekanan darah meningkat. Cairan dapat ditambahkan ke dalam aliran darah untuk meningkatkan volume darah dan dengan demikian meningkatkan tekanan darah.

Untuk menurunkan tekanan darah, jantung dapat memompa secara lebih lambat atau lebih lemah, arteriola dan vena dapat melebar (berdilatasi), dan cairan dapat dikeluarkan dari aliran darah.

Mekanisme ini dikendalikan oleh divisi simpatis sistem saraf otonom (bagian sistem saraf yang mengatur proses tubuh internal yang tidak memerlukan upaya sadar) dan oleh ginjal.

Divisi simpatik menggunakan beberapa cara untuk meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu selama respons melawan atau melarikan diri (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman).

  • Divisi simpatik merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin). Hormon-hormon ini merangsang jantung untuk berdetak lebih cepat dan lebih kuat, sebagian besar arteriol untuk menyempit, dan beberapa arteriol untuk melebar. Arteriol yang melebar adalah yang ada di area yang membutuhkan peningkatan suplai darah (seperti pada otot rangka—otot-otot yang dikendalikan dengan upaya sadar).

  • Divisi simpatik juga merangsang ginjal untuk menurunkan ekskresi natrium dan air sehingga meningkatkan volume darah. Tubuh mengontrol pergerakan natrium masuk dan keluar sel, untuk mencegah kelebihan natrium di dalam sel. Jumlah natrium yang berlebihan di dalam sel dapat menyebabkan tubuh menjadi terlalu sensitif terhadap stimulasi oleh divisi simpatik.

Ginjal juga merespons secara langsung terhadap perubahan tekanan darah. Jika tekanan darah meningkat, ginjal meningkatkan ekskresi natrium dan air sehingga volume darah menurun dan tekanan darah kembali normal. Sebaliknya, jika tekanan darah menurun, ginjal akan menurunkan ekskresi natrium dan air, sehingga volume darah meningkat dan tekanan darah kembali normal. Ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dengan mengeluarkan enzim renin, yang pada akhirnya menghasilkan produksi hormon angiotensin II.

Angiotensin II membantu meningkatkan tekanan darah dengan

  • Menyebabkan arteriol menyempit

  • Memicu divisi simpatik dari sistem saraf otonom.

  • Memicu pelepasan 2 hormon lain, aldosteron dan vasopresin (juga disebut hormon antidiuretik), yang menyebabkan ginjal meningkatkan retensi natrium dan air

Ginjal biasanya menghasilkan zat yang menyebabkan arteriol di dalam ginjal berdilatasi. Hal ini membantu menyeimbangkan efek hormon yang menyebabkan penyempitan arteriol.

Tekanan darah bervariasi secara alami selama hidup seseorang. Bayi dan anak-anak biasanya memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada orang dewasa. Bagi hampir semua orang yang tinggal di negara-negara industri seperti Amerika Serikat, tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia.

Mengatur Tekanan Darah: Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron

Sistem renin-angiotensin-aldosteron adalah serangkaian reaksi yang dirancang untuk membantu mengatur tekanan darah.

  1. Ketika tekanan darah turun (untuk sistolik, hingga 100 mm Hg atau lebih rendah), ginjal melepaskan enzim renin ke dalam aliran darah.

  2. Renin membagi angiotensinogen, protein besar yang beredar dalam aliran darah, menjadi beberapa bagian. Satu bagian adalah angiotensin I.

  3. Angiotensin I, yang relatif tidak aktif, dibagi menjadi beberapa bagian oleh enzim pengonversi angiotensin (ACE). Salah satunya adalah Angiotensin II, hormon yang sangat aktif.

  4. Angiotensin II menyebabkan dinding otot arteri kecil (arteriol) menyempit, meningkatkan tekanan darah. Angiotensin II juga memicu pelepasan hormon aldosteron dari kelenjar adrenal dan vasopresin (hormon antidiuretik) dari kelenjar pituitari.

  5. Aldosteron dan vasopresin menyebabkan ginjal mempertahankan kadar natrium (garam). Aldosteron juga menyebabkan ginjal mengeluarkan kalium. Peningkatan natrium menyebabkan air dipertahankan sehingga meningkatkan volume darah dan tekanan darah.

Aktivitas memengaruhi tekanan darah untuk sementara, yaitu lebih tinggi jika seseorang aktif dan lebih rendah jika seseorang beristirahat. Tekanan darah juga bervariasi sesuai waktu. Tekanan darah tertinggi terjadi di pagi hari dan terendah saat malam hari saat tidur. Variasi ini normal. Setiap kali perubahan menyebabkan peningkatan sementara tekanan darah, salah satu mekanisme kompensasi tubuh dipicu untuk menetralkan perubahan dan menjaga tekanan darah pada tingkat normal. Misalnya, peningkatan jumlah darah yang dipompa keluar oleh jantung—yang cenderung meningkatkan tekanan darah—menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan peningkatan ekskresi natrium dan air ginjal—yang cenderung mengurangi tekanan darah.

Penyebab Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi dapat berupa

  • Infeksi primer

  • Sekunder

Hipertensi Primer

Tekanan darah tinggi tanpa sebab yang diketahui disebut hipertensi primer (sebelumnya disebut esensial). Sekitar 85% orang dengan tekanan darah tinggi menderita hipertensi primer.

Beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah mungkin bergabung untuk meningkatkan tekanan darah. Misalnya, jumlah darah yang dipompa per menit (curah jantung) dapat ditingkatkan, dan resistensi terhadap aliran darah dapat ditingkatkan karena pembuluh darah tersumbat. Volume darah juga dapat ditingkatkan. Alasan perubahan tersebut tidak sepenuhnya dipahami, tetapi tampaknya melibatkan abnormalitas yang diturunkan yang memengaruhi penyempitan arteriol, yang membantu mengontrol tekanan darah.

Perubahan lain dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, termasuk akumulasi natrium dalam sel secara berlebihan dan penurunan produksi zat yang melebarkan arteriol.

Hipertensi sekunder

Tekanan darah tinggi dengan penyebab yang diketahui disebut hipertensi sekunder. Sekitar 15% orang dengan tekanan darah tinggi mengalami hipertensi sekunder.

Pada banyak dari orang-orang ini, tekanan darah tinggi terjadi akibat

  • Gangguan ginjal

Banyak gangguan ginjal dapat menyebabkan tekanan darah tinggi karena ginjal penting dalam mengendalikan tekanan darah. Kerusakan ginjal dapat mengganggu kemampuannya untuk mengeluarkan cukup natrium dan air dari tubuh, sehingga meningkatkan volume darah dan tekanan darah. Gangguan ginjal yang menyebabkan tekanan darah tinggi meliputi stenosis arteri renal (penyempitan arteri yang menyuplai salah satu ginjal, yang mungkin disebabkan oleh aterosklerosis), infeksi ginjal (pielonefritis), glomerulonefritis, tumor ginjal, penyakit ginjal polikistik, cedera pada ginjal, dan terapi radiasi yang memengaruhi ginjal.

Pada orang lainnya, hipertensi sekunder disebabkan oleh gangguan lain, seperti

  • Gangguan hormonal

  • Penggunaan obat-obatan tertentu atau zat-zat lainnya

Gangguan hormonal yang menyebabkan tekanan darah tinggi mencakup hiperaldosteronisme (produksi berlebihan aldosteron, sering kali oleh tumor nonkanker di salah satu kelenjar adrenal), sindrom Cushing (gangguan yang ditandai dengan kadar kortisol yang tinggi), hipertiroidisme (kelenjar tiroid yang terlalu aktif), dan, jarang terjadi, feokromositoma (tumor yang terletak di kelenjar adrenal dan yang menghasilkan epinefrin dan norepinefrin hormon).

Zat yang dapat menyebabkan atau memperparah tekanan darah tinggi meliputi alkohol (penggunaan berlebihan), stimulan (misalnya amfetamina, kokaina), obat-obatan seperti kortikosteroid, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), kontrasepsi oral (pil KB), simpatomimetik (dekongestan tertentu dalam obat flu, seperti pseudoefedrin dan fenilefrin), serta akar manis.

Arteriosklerosis mengganggu kontrol tekanan darah tubuh sehingga meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Arterioskelerosis membuat arteri kaku, mencegah dilatasi yang seharusnya mengembalikan tekanan darah ke normal.

Gangguan lain yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi meliputi koarktasio aorta, preeklamsia, porfiria intermiten akut, dan keracunan timbal akut.

Faktor yang berkontribusi

Obesitas, gaya hidup kurang aktif, stres, merokok, dan konsumsi alkohol atau natrium berlebihan dalam diet, semuanya dapat memengaruhi timbulnya hipertensi pada individu yang memiliki kecenderungan turunan. Selain itu, sleep apnea dapat berkontribusi atau memperparah tekanan darah tinggi yang ada.

Stres cenderung menyebabkan tekanan darah meningkat untuk sementara, tetapi tekanan darah biasanya kembali normal setelah stres berakhir. Contohnya adalah "hipertensi jas putih", di mana stres saat mengunjungi ruang praktik dokter menyebabkan tekanan darah meningkat ke tingkat yang dianggap tinggi atau bahkan hipertensi. Peningkatan sementara ini adalah salah satu alasan mengapa dokter sekarang mengukur tekanan darah beberapa kali pada beberapa kunjungan yang berbeda sebelum membuat diagnosis tekanan darah tinggi. Satu pembacaan tinggi dari beberapa pengukuran mungkin disebabkan oleh stres, tetapi jika tekanan darah terus-menerus tinggi, tidak bijaksana untuk hanya mengaitkannya dengan stres. Jika dokter berpendapat bahwa stres saat mengunjungi tempat praktik dokter mungkin berkontribusi terhadap pembacaan tekanan darah tinggi seseorang, dapat digunakan pemantauan tekanan darah 24 jam.

Kecemasan juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, dan dokter dapat menentukan apakah pengobatan untuk kecemasan sudah tepat, yang pada gilirannya dapat menurunkan tekanan darah orang tersebut.

Gejala-Gejala Tekanan Darah Tinggi

Pada kebanyakan orang, tekanan darah tinggi tidak menimbulkan gejala apa pun. Gejala tertentu banyak terjadi, tetapi secara keliru, dikaitkan dengan tekanan darah tinggi (seperti sakit kepala, mimisan, pusing, wajah memerah, dan kelelahan). Gejala-gejala ini umum terjadi pada seluruh populasi dan tidak lebih sering terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi dibandingkan pada orang dengan tekanan darah normal.

Akan tetapi, dalam beberapa kasus ketika kenaikan tekanan darah parah (didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 180 mm Hg dan/atau tekanan darah diastolik 120 mm Hg) dan tidak diobati, hal ini dapat menyebabkan gejala yang disebabkan oleh kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Orang yang mengalami gejala tersebut dan mengalami tekanan darah yang sangat tinggi mengalami keadaan darurat hipertensi dan memerlukan pengobatan darurat. Gejalanya dapat meliputi mual, muntah, sesak napas, gelisah, dan sakit kepala atau kelelahan yang tidak biasa atau tidak dapat dijelaskan. Kadang-kadang, tekanan darah tinggi yang parah dapat menyebabkan otak membengkak, menyebabkan mual, muntah, sakit kepala yang memburuk, mengantuk, kebingungan, kejang, mengantuk, dan bahkan koma. Kondisi ini disebut ensefalopati hipertensi.

Tekanan darah sangat tinggi meningkatkan beban kerja jantung dan dapat menyebabkan nyeri dada dan/atau sesak napas. Terkadang tekanan darah yang sangat tinggi menyebabkan arteri besar yang membawa darah dari jantung (aorta) sobek, menyebabkan nyeri dada atau perut.

Jika tekanan darah tinggi disebabkan oleh feokromositoma (tumor langka pada kelenjar adrenal), gejalanya dapat meliputi sakit kepala yang parah, kecemasan, kesadaran akan denyut jantung yang cepat atau tidak teratur (palpitasi), keringat yang berlebihan, tremor, dan pucat. Gejala-gejala ini diakibatkan oleh tingginya kadar hormon epinefrin dan norepinefrin, yang disekresikan oleh feokromositoma.

Tahukah Anda...

  • Gejala tertentu, seperti sakit kepala, mimisan, pusing, wajah memerah, dan kelelahan, umumnya dikaitkan dengan tekanan darah tinggi, tetapi sebenarnya terjadi sama seringnya pada orang yang tidak memiliki tekanan darah tinggi.

Komplikasi tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi yang berlangsung lama dapat merusak jantung dan pembuluh darah serta meningkatkan risiko

Dengan tekanan darah tinggi yang berlangsung lama, jantung membesar dan dinding jantung menebal karena jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Dinding tebal lebih kaku dari biasanya. Akibatnya, bilik jantung tidak mengembang secara normal dan lebih sulit diisi dengan darah, sehingga makin meningkatkan beban kerja jantung. Perubahan pada jantung ini dapat menyebabkan irama jantung abnormal atau gagal jantung.

Tekanan darah tinggi menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah dan juga membuatnya lebih mungkin untuk mengalami pengerasan arteri (aterosklerosis). Orang dengan dinding pembuluh darah yang menebal dan aterosklerosis berisiko lebih tinggi mengalami stroke, serangan jantung, demensia vaskular, dan gagal ginjal. Stroke dan serangan jantung dianggap sebagai penyakit kardiovaskular aterosklerosis (ASCVD).

Diagnosis Tekanan Darah Tinggi

  • Mengukur tekanan darah

Untuk pembacaan yang paling akurat, yang digunakan untuk mendiagnosis seseorang dengan tekanan darah tinggi dibandingkan pemeriksaan biasa, dokter mengikuti protokol spesifik saat mengukur tekanan darah (lihat Mengukur Tekanan Darah). Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk selama 5 menit. Orang tersebut tidak boleh berolahraga, mengonsumsi kafein, atau merokok selama setidaknya 30 menit sebelum pengukuran. Pembacaan 130/80 mmHg atau lebih dianggap tinggi, tetapi diagnosis tidak dapat didasarkan pada satu pembacaan tinggi saja. Kadang, meski ada beberapa pembacaan tekanan darah tinggi, itu belum tentu cukup untuk diagnosis—karena bisa jadi pembacaan tersebut bisa sangat bervariasi. Jika pembacaan awal menunjukkan tekanan darah tinggi, pengukuran dilakukan lagi pada kunjungan yang sama dan dua kali lagi pada setidaknya 2 hari berikutnya untuk memastikan bahwa tekanan darah tersebut tetap tinggi.

Mengukur Tekanan Darah

Beberapa alat dapat mengukur tekanan darah dengan cepat dan dengan rasa tidak nyaman minimal. Sfigmomanometer umumnya digunakan. Alat ini terdiri dari manset karet lunak yang terhubung dengan bola karet untuk mengisi udara ke dalam manset, serta meteran yang mencatat tekanan manset. Alat pengukur ini bisa berupa dial, meter digital, atau kolom kaca berisi merkuri. Tekanan darah diukur dalam milimeter merkuri (mm Hg) karena instrumen pertama yang digunakan untuk mengukurnya adalah kolom merkuri.

Saat sfigmomanometer digunakan, orang duduk dengan kaki terlepas menyilang dan punggung ditopang. Lengan dibaringkan (jika lengan baju digulung, diperlukan kehati-hatian untuk memastikan bahwa lengan tidak kencang), bengkok, dan bersandar di atas meja, sehingga lengan berada pada tingkat yang sama dengan jantung. Manset digulung di sekitar lengan. Menggunakan manset yang proporsional dengan ukuran lengan sangatlah penting. Jika manset terlalu kecil, pembacaan tekanan darah terlalu tinggi. Jika manset terlalu besar, pembacaannya terlalu rendah.

Mendengarkan dengan stetoskop yang diletakkan di atas arteri di bawah manset, tenaga medis akan mengisi manset dengan memompa bola hingga manset menekan arteri cukup kuat untuk menghentikan aliran darah sementara, biasanya pada tekanan sekitar 30 mmHg lebih tinggi daripada tekanan sistolik biasa orang tersebut (tekanan yang dihasilkan saat jantung berdetak). Kemudian manset secara bertahap mengempis. Tekanan saat tenaga kesehatan tersebut pertama kali mendengar denyut nadi di arteri adalah tekanan sistolik. Manset terus mengempis, dan pada suatu saat, suara darah yang mengalir berhenti. Tekanan pada titik ini adalah tekanan diastolik (tekanan yang diberikan saat jantung relaks, di antara denyut).

Beberapa instrumen dapat mengukur tekanan darah secara otomatis, tanpa menggunakan stetoskop atau bola karet. Perangkat ini mungkin pas di sekitar lengan atas, jari, atau pergelangan tangan. Untuk orang yang berusia lebih dari 50 tahun, tekanan darah yang diukur di lengan atas adalah yang paling akurat. Kadang-kadang pengukuran tekanan darah yang tepat diperlukan—misalnya, untuk orang yang dirawat di unit perawatan intensif. Dalam hal ini, kateter dapat dimasukkan ke dalam arteri untuk mengukur tekanan darah secara langsung.

Instrumen untuk mengukur tekanan darah tersedia untuk digunakan di rumah dan dapat bermanfaat untuk memantau tekanan darah dan respons terhadap pengobatan pada orang-orang yang memiliki tekanan darah tinggi.

Jika masih ada keraguan, monitor tekanan darah 24 jam dapat digunakan. Ini adalah perangkat portabel yang dioperasikan dengan baterai, dikenakan di pinggul, terhubung ke manset tekanan darah, dikenakan di lengan. Monitor ini berulang kali mencatat tekanan darah sepanjang siang dan malam selama periode 24 jam atau 48 jam. Hasil pemantauan tidak hanya menentukan apakah pasien mengalami hipertensi tetapi juga seberapa parahnya.

Pseudohipertensi, tekanan darah yang terukur tinggi padahal sebenarnya tidak, terjadi pada orang dengan arteri yang sangat kaku (paling sering, pada lansia). Hal ini terjadi ketika arteri di lengan terlalu kaku untuk dikompresi oleh manset tekanan darah, dan akibatnya, tekanan darah tidak dapat diukur secara akurat.

Hipertensi tertutup terjadi ketika tekanan darah terukur normal padahal seharusnya tinggi. Hipertensi tertutup memengaruhi hingga 10% hingga 30% dari orang yang memiliki tekanan darah tinggi. Mengenali jenis tekanan darah tinggi ini mungkin sulit dilakukan kecuali tekanan darah diukur di rumah atau jika ada komplikasi (misalnya, gagal jantung) yang diduga disebabkan oleh tekanan darah tinggi.

Setelah tekanan darah tinggi didiagnosis, efeknya terhadap organ utama, terutama pembuluh darah, jantung, otak, mata, dan ginjal, biasanya akan dievaluasi. Dokter juga mencari penyebab tekanan darah tinggi. Jumlah dan jenis tes yang dilakukan untuk mencari kerusakan organ dan untuk menentukan penyebab tekanan darah tinggi bervariasi dari orang ke orang. Secara umum, evaluasi rutin untuk semua orang dengan tekanan darah tinggi melibatkan riwayat medis, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi (EKG), tes darah (termasuk kadar hematokrit [bagian dari volume darah total yang terdiri dari sel darah merah], kadar kalium dan natrium, dan tes fungsi ginjal), dan tes urine.

Pemeriksaan fisik mencakup memeriksa area perut di atas ginjal untuk menemukan rasa nyeri dan meletakkan stetoskop di atas perut untuk mendengarkan bruit (suara yang dihasilkan oleh aliran darah yang melalui arteri yang menyempit) pada arteri yang menyuplai setiap ginjal.

Retina di setiap mata diperiksa dengan oftalmoskop. Retina adalah satu-satunya tempat di mana dokter dapat melihat langsung dampak hipertensi pada arteriol. Diharapkan perubahan pada arteriol retina mencerminkan perubahan serupa pada arteriol dan pembuluh darah lain di tubuh, seperti di ginjal. Dengan menentukan tingkat kerusakan pada retina (retinopati hipertensi), dokter dapat mengklasifikasikan tingkat keparahan tekanan darah tinggi.

Stetoskop digunakan untuk mendeteksi suara jantung. Suara jantung abnormal, yang disebut suara jantung keempat, adalah salah satu perubahan paling awal pada jantung yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Suara ini berkembang karena atrium kiri jantung harus berkontraksi lebih keras untuk mengisi ventrikel kiri kaku yang membesar, yang memompa darah ke semua tubuh kecuali paru-paru.

Elektrokardiografi (EKG) biasanya dilakukan untuk mendeteksi perubahan pada jantung—terutama penebalan (hipertrofi) otot jantung atau pembesaran jantung. Jika dicurigai terjadi pembesaran, orang tersebut dapat menjalani ekokardiografi.

Kerusakan ginjal dapat dideteksi dengan tes urine dan darah. Tes urine dapat mendeteksi bukti awal kerusakan ginjal. Adanya sel darah dan albumin (protein paling melimpah dalam darah) dalam urine dapat mengindikasikan kerusakan tersebut. Orang biasanya tidak mengalami gejala kerusakan ginjal (seperti kelesuan, nafsu makan yang buruk, dan kelelahan) sampai lama kemudian, ketika banyak fungsi ginjal yang hilang.

Diagnosis penyebab

Makin tinggi tekanan darah dan makin muda orang tersebut, makin luas pencarian penyebab, meskipun penyebab diidentifikasi pada kurang dari 10% orang. Evaluasi yang lebih ekstensif dapat mencakup sinar-x, ultrasound, dan pencitraan lainnya pada ginjal dan pasokan darahnya serta sinar-x dada. Tes darah dan urine dilakukan untuk mengukur kadar hormon tertentu, seperti epinefrin, aldosteron, dan kortisol.

Penyebabnya bisa diduga dari hasil pemeriksaan fisik yang tidak normal atau dari gejala. Sebagai contoh, bruit (suara abnormal yang didengar dokter dengan stetoskop) pada arteri yang menuju ginjal dapat menunjukkanstenosis arteri renal (penyempitan arteri yang menyuplai ginjal).

Berbagai kombinasi gejala dapat menunjukkan kadar tinggi hormon epinefrin dan norepinefrin yang dihasilkan oleh feokromositoma. Adanya feokromositoma dikonfirmasi ketika produk pemecahan hormon-hormon ini terdeteksi di dalam urine.

Penyebab lainnya dari tekanan darah tinggi dapat dideteksi dengan tes rutin tertentu. Misalnya, mengukur kadar potasium (kalium) dalam darah dapat membantu mendeteksi hiperaldosteronisme.

Pengobatan tekanan darah tinggi

  • Diet dan olahraga

  • Obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah

Hipertensi primer tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan untuk mencegah komplikasi. Orang yang mengalami peningkatan tekanan darah atau hipertensi tahap apa pun harus mengubah gaya hidup mereka. Keputusan untuk meresepkan obat didasarkan pada tingkat tekanan darah yang sebenarnya dan apakah orang-orang menderita penyakit kardiovaskular aterosklerotik (ASCVD) atau memiliki risiko lebih dari 10% untuk mengembangkannya dalam 10 tahun ke depan.

Tabel
Tabel

Dokter juga sering merekomendasikan agar orang-orang dengan hipertensi memantau tekanan darah mereka sendiri di rumah. Pemantauan mandiri mungkin membantu memotivasi orang untuk mengikuti rekomendasi dokter mengenai pengobatan.

Sasaran pengobatan

Tujuan terapi antihipertensi adalah menurunkan tekanan darah hingga di bawah 130/80 mm Hg pada kebanyakan orang. Namun, jika menurunkan tekanan darah seseorang menjadi kurang dari 130/80 mm Hg menyebabkan gejala, seperti pingsan, kepala terasa ringan, kehilangan memori, atau pusing, dokter dapat merekomendasikan target tekanan darah yang lebih tinggi tetapi tidak lebih tinggi dari 140/90. Bagi sebagian orang, misalnya, mereka yang berisiko tinggi terkena penyakit jantung, sasaran sistolik yang lebih rendah mungkin sesuai.

Perubahan gaya hidup

Perubahan gaya hidup penting bagi semua orang yang mengidap hipertensi.

Orang yang kelebihan berat badan dan memiliki tekanan darah tinggi disarankan untuk menurunkan berat badan. Menurunkan hingga 10 pon (4,5 kilogram) dapat menurunkan tekanan darah. Bagi orang yang memiliki obesitas, diabetes, atau kadar kolesterol tinggi, perubahan pola makan (ke pola makan yang kaya buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak, dengan pengurangan kandungan lemak total dan lemak jenuh) sangat penting untuk mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Orang yang merokok harus berhenti merokok.

Membatasi asupan alkohol dan natrium (sekaligus mempertahankan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang memadai) dapat membuat terapi pengobatan untuk tekanan darah tinggi tidak diperlukan. Asupan alkohol tidak boleh lebih dari 2 minuman (total 24 ons [sekitar 1 liter] bir, 8 ons [sekitar 240 mililiter] anggur, atau 2 ons [sekitar 60 mililiter] wiski 100-proof atau minuman keras lainnya) pada pria dan 1 minuman pada wanita. Asupan natrium harian idealnya dikurangi hingga kurang dari 1500 miligram, atau kurang dari 3,75 gram asupan natrium klorida (garam).

Latihan aerobik yang sedang sangat membantu. Sebagian besar orang dengan hipertensi primer tidak harus membatasi aktivitas fisik mereka asalkan tekanan darah mereka terkontrol. Olahraga secara teratur membantu mengurangi tekanan darah dan berat badan serta meningkatkan fungsi jantung dan kesehatan secara keseluruhan (lihat Manfaat Berolahraga).

Orang-orang harus mendapatkan tidur yang cukup. Tidur minimum 6 jam per malam dapat membantu orang tersebut mengendalikan tekanan darah mereka.

Obat-obatan

(Lihat juga Obat-obatan untuk Tekanan Darah Tinggi.)

Obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan tekanan darah tinggi disebut antihipertensi. Dengan tersedianya berbagai macam antihipertensi, tekanan darah tinggi dapat dikontrol pada hampir semua orang, tetapi pengobatan harus disesuaikan secara perorangan. Pengobatan paling efektif ketika orang dan dokter berkomunikasi dengan baik dan berkolaborasi dalam program pengobatan.

Berbagai jenis antihipertensi menurunkan tekanan darah dengan mekanisme yang berbeda sehingga banyak strategi pengobatan yang berbeda dimungkinkan. Bagi sebagian orang, dokter menggunakan pendekatan bertahap terhadap terapi obat: Mereka memulai dengan satu jenis antihipertensi dan menambahkan yang lain seperlunya. Untuk sebagian lainnya, dokter lebih suka melakukan pendekatan berurutan: Mereka meresepkan satu antihipertensi, dan jika tidak efektif, mereka menghentikannya dan meresepkan jenis lain. Untuk orang dengan tekanan darah pada atau di atas 140/90 mmHg, biasanya 2 obat dimulai pada waktu yang sama. Dalam memilih antihipertensi, dokter mempertimbangkan faktor-faktor seperti

  • Usia, jenis kelamin, dan terkadang etnis seseorang

  • Keparahan tekanan darah tinggi

  • Adanya kondisi lain, seperti diabetes atau kadar kolesterol darah tinggi

  • Potensi efek samping, yang bervariasi tergantung pada obatnya

  • Biaya pengobatan dan tes yang diperlukan untuk memeriksa efek samping tertentu

Banyak orang membutuhkan 2 atau lebih obat untuk mencapai target tekanan darah mereka.

Sebagian besar orang menoleransi obat antihipertensi yang diresepkan tanpa masalah. Namun, obat antihipertensi apa pun dapat menyebabkan efek samping. Jadi, jika efek sampingnya muncul, seseorang harus memberi tahu dokter, mereka dapat menyesuaikan dosis atau mengganti obat lain. Biasanya, obat antihipertensi harus diminum tanpa batas waktu untuk mengendalikan tekanan darah.

Pengobatan hipertensi sekunder

Penyebab tekanan darah tinggi diobati jika memungkinkan. Mengobati penyakit ginjal terkadang dapat mengembalikan tekanan darah ke normal atau setidaknya menurunkannya sehingga terapi antihipertensi menjadi lebih efektif. Arteri yang menyempit ke ginjal dapat diperlebar dengan memasukkan kateter berujung balon dan memompa balon (angioplasti). Atau bagian arteri yang menyempit yang memasok ginjal dapat dilakukan prosedur bypass. Sering kali tekanan darah tinggi hilang setelah pembedahan tersebut. Tumor yang menyebabkan tekanan darah tinggi, seperti feokromositoma, biasanya dapat diangkat melalui pembedahan.

Pengobatan hipertensi resistan

Hipertensi resistan adalah tekanan darah yang tidak dikendalikan meskipun meminum 3 obat dengan kelas yang berbeda dengan dosis memadai. Untuk beberapa pasien mungkin diperlukan empat obat.

Dua pengobatan intervensi untuk melakukan penatalaksanaan pada orang dengan hipertensi resistan tersedia di beberapa negara di luar Amerika Serikat. Namun demikian, pengobatan ini tidak tersedia di Amerika Serikat yang menganggapnya sebagai obat eksperimental. Dalam pengobatan tersebut (ablasi saraf simpatik arteri ginjal), kateter frekuensi radio dimasukkan ke dalam arteri ke setiap ginjal untuk merusak saraf simpatik sepanjang arteri ginjal. Pengobatan lain (terapi alat pacu jantung atau terapi aktivasi barorefleks) dilakukan dengan memasang implan elektrode di leher, yang menstimulasi ujung saraf tertentu yang membantu mengatur tekanan darah. Efek jangka panjang dari pengobatan ini masih belum diketahui.

Pengobatan urgensi hipertensi dan keadaan darurat

Dalam keadaan darurat hipertensi, tekanan darah harus diturunkan dengan cepat. Kondisi darurat hipertensi ditangani di unit perawatan intensif rumah sakit. Sebagian besar obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah dengan cepat, seperti fenoldofam, nitroprusida, nikotin, atau labetalol, diberikan secara intravena.

Prognosis Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi yang tidak diobati meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung (seperti gagal jantung, serangan jantung, atau kematian mendadak akibat jantung), gagal ginjal, atau stroke pada usia dini. Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko stroke yang paling penting. Ini juga termasuk salah satu dari 3 faktor risiko utama untuk serangan jantung yang dapat diubah oleh orang tersebut (2 yang lainnya adalah merokok dan kadar kolesterol yang tinggi dalam darah).

Pengobatan yang menurunkan tekanan darah tinggi sangat menurunkan risiko stroke dan gagal jantung. Pengobatan tersebut juga dapat menurunkan risiko serangan jantung meskipun tidak sesignifikan itu.

Informasi Lebih Lanjut

Referensi berbahasa Inggris berikut ini mungkin akan berguna. Harap diperhatikan bahwa Manual ini tidak bertanggung jawab atas konten sumber daya ini.

  1. American Heart Association: Tekanan darah tinggi: Sumber daya komprehensif untuk membantu orang memahami penyebab tekanan darah tinggi dan mengelola perubahan gaya hidup yang diperlukan untuk pengobatan

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!