Pengantar Gejala Gangguan Otak, Tulang Belakang, dan Saraf

OlehMark Freedman, MD, MSc, University of Ottawa
Ditinjau OlehMichael C. Levin, MD, College of Medicine, University of Saskatchewan
Ditinjau/Direvisi Dimodifikasi Aug 2025
v1667898_id

Gangguan yang memengaruhi otak, sumsum tulang belakang, dan saraf disebut gangguan neurologi.

Gejala neurologi—gejala yang disebabkan oleh gangguan yang memengaruhi sebagian atau semua sistem saraf—dapat sangat bervariasi karena sistem saraf mengontrol begitu banyak fungsi tubuh yang berbeda. Gejalanya meliputi segala bentuk nyeri, termasuk sakit kepala dan nyeri punggung. Otot, sensasi kulit, indra khusus (penglihatan, pengecap, indra penciuman, dan pendengaran), dan indera lainnya bergantung pada saraf agar berfungsi secara normal. Dengan demikian, gejala-gejala neurologi dapat meliputi kelemahan otot atau kurangnya koordinasi, sensasi abnormal pada kulit, dan gangguan penglihatan, pengecapan, penciuman, dan pendengaran.

Gangguan neurologi dapat mengganggu tidur, membuat seseorang cemas atau bersemangat sebelum tidur sehingga kelelahan dan mengantuk di siang hari.

Gejala neurologis dapat bersifat ringan (seperti kaki yang tertidur) atau mengancam jiwa (seperti koma karena stroke).

Apakah Gejala Neurologi Itu?

Gejala neurologi—gejala yang disebabkan oleh gangguan yang memengaruhi sebagian atau semua sistem saraf—dapat sangat bervariasi karena sistem saraf mengontrol begitu banyak fungsi tubuh yang berbeda. Gejalanya dapat meliputi segala bentuk nyeri dan dapat melibatkan fungsi otot, sensasi, indra khusus (penglihatan, pengecap, penciuman, dan pendengaran), tidur, kesadaran (pikiran sadar), dan fungsi mental (kognisi).

Berikut ini beberapa gejala neurologi yang relatif umum:

Nyeri

Malfungsi otot

  • Pelemahan

  • Tremor (getaran berirama pada satu bagian tubuh)

  • Kelumpuhan

  • Gerakan involunter (tidak disengaja) (seperti tik)

  • Abnormalitas saat berjalan

  • Kecerobohan atau koordinasi yang buruk

  • Kejang otot

  • Rigiditas, kekakuan, dan spastisitas (kejang otot yang diakibatkan oleh kekakuan otot)

  • Gerakan melambat

Perubahan sensasi

  • Kebas pada kulit

  • Kesemutan atau sensasi ditusuk jarum

  • Peningkatan sensitivitas (hipersensitivitas) terhadap sentuhan ringan

  • Hilangnya sensasi sentuhan, dingin, panas, atau nyeri

  • Hilangnya indra posisi (mengetahui letak bagian tubuh di dalam ruang)

Perubahan pada indra khusus

Gejala-gejala lainnya

Gangguan tidur

Perubahan kesadaran

Perubahan kognisi (kemampuan mental)

  • Kesulitan memahami bahasa atau menggunakan bahasa untuk berbicara atau menulis (afasia)

  • Memori buruk

  • Kesulitan dengan keterampilan motorik umum, seperti menyalakan korek atau menyisir rambut, meskipun menggunakan kekuatan normal (apraksia)

  • Ketidakmampuan mengenali benda-benda yang tidak asing (agnosia) atau wajah yang tidak asing (prosopagnosia)

  • Ketidakmampuan untuk mempertahankan konsentrasi saat melakukan tugas

  • Ketidakmampuan untuk membedakan kanan dan kiri

  • Ketidakmampuan melakukan aritmetika sederhana (akalkulia)

  • Kesulitan memahami hubungan spasial (misalnya, tidak dapat menggambar jam atau tersesat saat mengemudi di lingkungan yang sudah dikenal)

  • Demensia (disfungsi beberapa fungsi kognitif)

  • Mengabaikan satu sisi tubuh atau menolak keberadaannya (sering kali karena cedera otak)

Karakteristik dan pola gejala membantu dokter mendiagnosis gangguan neurologis. Dokter juga melakukan pemeriksaan neurologi, yang dapat mendeteksi gangguan otak, saraf tulang belakang, dan saraf di bagian tubuh lainnya (saraf perifer).

Saraf perifer meliputi:

  • Saraf-saraf yang menghubungkan kepala, wajah, mata, hidung, telinga, dan otot-ototnya ke otak (saraf kranial)

  • Saraf yang menghubungkan sumsum tulang belakang ke seluruh tubuh: 31 pasang saraf tulang belakang

  • Saraf yang menjalar ke seluruh tubuh

Beberapa saraf tepi (saraf sensorik) membawa informasi sensorik (tentang hal-hal seperti nyeri, suhu, getaran, bau, dan suara) ke sumsum tulang belakang dan kemudian ke otak. Saraf yang lainnya (saraf motorik) membawa impuls yang mengontrol gerakan otot dari otak melalui sumsum tulang belakang ke otot. Masih yang lainnya (disebut saraf otonom) membawa informasi tentang tubuh dan lingkungan eksternal ke organ internal, seperti pembuluh darah, perut, usus, hati, ginjal, dan kandung kemih. Untuk merespons informasi ini, saraf otonom merangsang atau menghambat organ yang mereka pasok. Saraf-saraf ini bekerja secara otomatis (secara otonom), tanpa upaya sadar seseorang.

Jika saraf motorik rusak, otot dapat melemah atau menjadi lumpuh. Jika saraf sensorik rusak, sensasi abnormal dapat terasa atau sensasi, penglihatan, atau indra lain dapat terganggu atau hilang. Jika saraf otonom rusak, organ yang diaturnya dapat mengalami gangguan. Misalnya, tekanan darah mungkin menurun saat seseorang berdiri, dan orang tersebut mungkin merasa berkunang-kunang.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!