Hipertiroidisme

(Tirotoksikosis, termasuk Penyakit Graves)

OlehLaura Boucai, MD, Weill Cornell Medical College
Ditinjau OlehGlenn D. Braunstein, MD, Cedars-Sinai Medical Center
Ditinjau/Direvisi Feb 2024 | Dimodifikasi Apr 2024
v771992_id

Hipertiroidisme adalah aktivitas berlebihan pada kelenjar tiroid yang menyebabkan tingginya kadar hormon tiroid dan mempercepat fungsi vital tubuh.

  • Penyakit Graves adalah penyebab hipertiroidisme paling umum.

  • Detak jantung dan tekanan darah dapat meningkat, irama jantung mungkin tidak normal, dan seseorang mungkin berkeringat berlebihan, merasa gugup dan cemas, sulit tidur, pernurunan berat badan, dan mengalami peningkatan frekuensi buang air besar.

  • Tes darah dapat menegakkan diagnosis.

  • Methimazole atau propylthiouracil biasanya dapat mengendalikan hipertiroidisme.

Kelenjar tiroid mensekresi hormon tiroid, yang mengendalikan berlangsungnya kecepatan fungsi kimia dalam tubuh (laju metabolisme). Hormon tiroid memengaruhi banyak fungsi vital tubuh, seperti denyut jantung, laju pembakaran kalori, pemeliharaan kulit, pertumbuhan, produksi panas, kesuburan, dan pencernaan. Ada 2 hormon tiroid:

  • T4: Tiroksin (disebut juga tetraiodothyronine)

  • T3: Triiodothyronine

Kelenjar pituitari menghasilkan hormon penstimulasi tiroid (TSH), yang menstimulasi kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid. Kelenjar pituitari dapat memperlambat atau mempercepat pelepasan TSH, tergantung pada apakah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi di dalam darah menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah.

(Lihat juga Gambaran Umum Tentang Kelenjar Tiroid.)

Hipertiroidisme memengaruhi sekitar 1% orang di Amerika Serikat. Hipertiroidisme dapat terjadi pada usia berapa pun tetapi lebih banyak terjadi pada wanita berusia antara 20 hingga 50 tahun.

Penyakit Neonatal Graves adalah penyebab paling umum hipertiroidisme pada bayi baru lahir dan anak-anak yang disebabkan oleh antibodi abnormal dari ibu yang melewati plasenta dan menstimulasi kelenjar tiroid pada bayi baru lahir.

Penyebab Hipertiroidisme

Penyebab paling umum meliputi

  • Penyakit Graves

  • Gondok multinodular toksik (penghasil hormon)

  • Nodul toksik tunggal

  • Tiroiditis

Penyakit Graves, menjadi penyebab paling umum hipertiroidisme, merupakan gangguan autoimun. Pada gangguan autoimun, sistem imun seseorang menghasilkan antibodi yang menyerang jaringan tubuh sendiri. Biasanya, antibodi merusak sel dan memperburuk kemampuan fungsi mereka. Namun, pada penyakit Graves, antibodi merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan dan mengeluarkan hormon tiroid berlebih ke dalam darah. Penyebab hipertiroidisme ini sering kali diturunkan dan hampir selalu menyebabkan pembesaran tiroid.

Gondok multinodular toksik (penyakit Plummer), di mana terdapat banyak nodul (gumpalan kecil), yang satu atau banyak nodul lainnya mulai menghasilkan dan mengeluarkan hormon tiroid berlebih. Gangguan ini lebih umum terjadi seiring dengan penuaan dan jarang terjadi pada remaja dan dewasa muda.

Tiroiditis adalah inflamasi kelenjar tiroid. Inflamasi dapat disebabkan oleh infeksi virus (tiroiditis subakut), inflamasi tiroid autoimun yang terjadi setelah kelahiran (silent lymphocytic thyroiditis), dan yang lebih jarang terjadi, inflamasi autoimun kronis (tiroiditis Hashimoto). Pada awalnya, inflamasi menyebabkan hipertiroidisme karena hormon yang tersimpan dilepaskan dari kelenjar yang mengalami inflamasi. Selanjutnya, hipotiroidisme biasanya terjadi karena kadar hormon yang tersimpan habis. Namun demikian, pada penderita tiroiditis limfositik subakut atau silent lymphocytic thyroiditis, biasanya kelenjar dapat kembali berfungsi normal.

Nodul tiroid toksik (terlalu aktif) (tumor jinak, atau adenoma) adalah area pertumbuhan jaringan lokal abnormal di dalam kelenjar tiroid. Jaringan abnormal ini menghasilkan hormon tiroid bahkan tanpa stimulasi oleh hormon penstimulasi tiroid (TSH, hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari untuk merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid). Dengan demikian, nodul terlepas dari mekanisme yang biasanya mengontrol kelenjar tiroid dan menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah besar.

Penyebab lainnya dari hipertiroidisme meliputi

  • Beberapa obat-obatan, termasuk terlalu banyak hormon tiroid yang diminum secara oral

  • Jarang terjadi, stimulasi berlebihan akibat kelenjar pituitari yang terlalu aktif

Obat-obatan dan yodium dapat menyebabkan hipertiroidisme. Obat-obatan termasuk amiodarone, interferon-alfa, programmed death receptor-1 (PD-1) (seperti nivolumab dan pembrolizumab), alemtuzumab, dan, sedikit, litium. Kelebihan yodium, seperti yang dapat terjadi pada orang yang mengonsumsi ekspektoran tertentu, atau pada mereka yang diberi zat kontras yang mengandung yodium untuk penelitian sinar-X, dapat menyebabkan hipertiroidisme pada orang dengan nodul yang lolos dari kontrol hormon penstimulasi tiroid dan memiliki kapasitas untuk membuat hormon tiroid dalam jumlah besar ketika diberikan kelebihan yodium, sehingga menyebabkan nodul tiroid toksik. Mengonsumsi terlalu banyak hormon tiroid secara oral juga dapat menyebabkan hipertiroidisme, dan ini adalah salah satu penyebab paling sering dari rendahnya kadar TSH atau peningkatan kadar T4.

Kelenjar pituitari yang terlalu aktif dapat menghasilkan terlalu banyak hormon penstimulasi tiroid, yang pada akhirnya menyebabkan produksi hormon tiroid yang berlebihan. Meski demikian, ini adalah penyebab hipertiroidisme yang sangat jarang terjadi.

Penyebab-penyebab langka lainnya dari hipertiroidisme meliputi beberapa abnormalitas plasenta yang menghasilkan kadar hormon gonadotropin korionik manusia berlebih, yang dapat merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan, tumor tertentu dari ovarium yang mengandung jaringan tiroid, dan kanker tiroid yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Gejala Hipertiroidisme

Kebanyakan penderita hipertiroidisme memiliki kelenjar tiroid yang membesar (gondok). Seluruh kelenjar dapat membesar, atau nodul hanya berkembang pada area tertentu. Jika seseorang menderita tiroiditis subakut, kelenjar tiroid mungkin akan terasa nyeri dan sakit.

Tanpa mempertimbangkan penyebabnya, gejala hipertiroidisme dapat menyebabkan percepatan fungsi tubuh:

  • Peningkatan detak jantung dan tekanan darah

  • Palpitasi akibat ritme jantung yang tidak normal (aritmia)

  • Keringat berlebih dan merasa terlalu hangat

  • Tangan bergetar (gemetar)

  • Rasa gugup dan cemas

  • Sulit tidur (insomnia)

  • Penurunan berat badan meskipun nafsu makan meningkat

  • Aktivitas meningkat meski merasa lelah dan lemah

  • Sering buang air besar, terkadang disertai diare

  • Perubahan periode menstruasi pada wanita

Lansia dengan hipertiroidisme mungkin tidak mengalami gejala-gejala khas seperti ini tetapi terkadang mereka mengalami apa yang disebut hipertiroidisme apatis atau terselubung, yang membuat mereka menjadi lemah, kebingungan, menarik diri, dan depresi.

Hipertiroidisme dapat menyebabkan perubahan pada mata. Seseorang dengan hipertiroidisme mungkin terlihat seperti melotot.

Sorotan tentang Penuaan: Hipertiroidisme pada Lansia

Hipertiroidisme memengaruhi sekitar 1% orang tetapi lebih banyak terjadi pada lansia. Hal ini sering kali menjadi lebih serius di kalangan lansia karena mereka juga cenderung memiliki gangguan lain.

Hipertiroidisme pada lansia sering kali disebabkan oleh penyakit Graves. Hipertiroidisme hampir selalu disebabkan oleh banyaknya benjolan kecil yang tumbuh secara bertahap di kelenjar tiroid dan menghasilkan hormon tiroid (nodul tiroid toksik).

Lansia lebih mungkin diobati dengan obat-obatan yang dapat menyebabkan hipertiroidisme. Yang paling umum adalah amiodarone, obat yang digunakan untuk mengobati penyakit jantung tetapi dapat merangsang atau merusak kelenjar tiroid.

Hipertiroidisme dapat menyebabkan banyak gejala samar yang dapat dikaitkan dengan kondisi lain. Biasanya, gejala pada lansia berbeda dengan gejala pada orang yang lebih muda.

Gejala paling umum yang dapat ditemukan pada lansia adalah penurunan berat badan dan kelelahan. Detak jantung mungkin meningkat atau tidak meningkat, dan mata biasanya tidak menonjol. Lansia juga lebih mungkin mengalami irama jantung yang tidak normal (seperti fibrilasi atrium), gangguan jantung lainnya (seperti angina dan gagal jantung), dan konstipasi.

Terkadang, lansia mengeluarkan keringat berlebih, menjadi gugup dan cemas, serta tangan gemetar dan sering buang air besar atau diare.

Penyakit Graves

Jika hipertiroidisme disebabkan oleh penyakit Graves, dapat menimbulkan gejala yang spesifik pada mata (terkadang disebut penyakit mata tiroid) dan kulit (disebut dermopati infiltratif).

Gejala pada mata meliputi bengkak di sekitar mata, peningkatan pembentukan air mata, iritasi, dan sensitivitas yang tidak biasa terhadap cahaya. Dua tambahan gejala khusus yang mungkin terjadi:

Mata menonjol keluar karena peradangan pada soket mata (orbit). Inflamasi pada otot-otot yang menggerakkan mata menyebabkan mata tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga sulit atau tidak mungkin untuk menggerakkan mata secara normal atau untuk mengoordinasikan gerakan mata, sehingga menyebabkan penglihatan ganda. Kelopak mata mungkin tidak menutup sepenuhnya (disebut kelopak mata tertinggal), yang dapat menyebabkan mata mengalami cedera akibat partikel asing dan kekeringan. Perubahan mata ini dapat dimulai sebelum munculnya gejala hipertiroidisme lainnya, yang memberikan petunjuk awal tentang penyakit Graves, tetapi sering kali perubahan mata diketahui saat gejala hipertiroidisme lainnya muncul. Gejala pada mata bahkan dapat muncul atau memburuk setelah sekresi hormon tiroid yang berlebihan telah diobati dan dikendalikan.

Bentuk Mata pada Penyakit Graves
Gejala Mata pada Penyakit Graves
Gejala Mata pada Penyakit Graves

Orang dengan penyakit Graves dapat memiliki mata yang menonjol, ketidakselarasan mata (strabismus), dan kelopak mata yang tidak menutup sempurna.

Orang dengan penyakit Graves dapat memiliki mata yang menonjol, ketidakselarasan mata (strabismus), dan kelopak mata ya

... baca selengkapnya

Atas izin penerbit. Dari Mulligan M, Cousins M. Dalam Atlas of Anesthesia: Preoperative Preparation and Intraoperative Monitoring. Diedit oleh R Miller (editor serial) dan JL Lichtor. Philadelphia, Current Medicine, 1998.

Eksoftalmus (Mata Menonjol) pada Penyakit Graves
Eksoftalmus (Mata Menonjol) pada Penyakit Graves

Penyakit Graves, sejenis hipertiroidisme, menyebabkan mata menonjol keluar.

Penyakit Graves, sejenis hipertiroidisme, menyebabkan mata menonjol keluar.

© Springer Science+Business Media

Ketidakmampuan Menutup Mata pada Penyakit Graves
Ketidakmampuan Menutup Mata pada Penyakit Graves

Pada penyakit Graves, kelopak mata mungkin tidak menutup sempurna karena pembengkakan mata, dan mengakibatkan mata mengalami cedera akibat partikel asing dan kekeringan.

Pada penyakit Graves, kelopak mata mungkin tidak menutup sempurna karena pembengkakan mata, dan mengakibatkan mata meng

... baca selengkapnya

© Springer Science+Business Media

Bengkak di Sekitar Mata pada Penyakit Graves
Bengkak di Sekitar Mata pada Penyakit Graves

Pada penyakit Graves, seseorang mungkin mengalami pembengkakan di sekitar mata.

Pada penyakit Graves, seseorang mungkin mengalami pembengkakan di sekitar mata.

© Springer Science+Business Media

Ketika penyakit Graves memengaruhi mata, dapat juga menyebabkan penebalan kulit, biasanya di atas tulang kering, yang memiliki tekstur seperti kulit jeruk. Area yang menebal mungkin akan terasa gatal dan keras saat ditekan dengan jari. Seperti halnya endapan di belakang mata, masalah ini dapat dimulai sebelum atau setelah gejala hipertiroidisme lainnya diketahui.

Badai tiroid

Badai tiroid, merupakan aktivitas berlebihan kelenjar tiroid yang terjadi secara tiba-tiba, dan merupakan kondisi darurat yang mengancam jiwa. Semua fungsi tubuh mengalami percepatan yang sangat tinggi. Tekanan berat pada jantung dapat menyebabkan denyut jantung tidak teratur (aritmia) yang mengancam jiwa, denyut nadi yang sangat cepat, dan syok. Badai tiroid juga dapat menyebabkan demam, merasa sangat lemah, gelisah, perubahan suasana hati, kebingungan, perubahan kesadaran (bahkan koma), dan pembesaran hati yang diikuti dengan penyakit kuning ringan (perubahan warna kulit dan putih mata menjadi agak kekuningan).

Badai tiroid umumnya disebabkan oleh hipertiroidisme yang tidak diobati atau tidak mendapat pengobatan yang memadai dan dapat dipicu oleh infeksi, cedera, operasi, diabetes yang tidak dikendalikan dengan baik, kehamilan atau persalinan, atau stres lainnya. Selain itu, badai tiroid juga dapat terjadi ketika konsumsi obat-obatan yang digunakan untuk mengobati masalah tiroid dihentikan. Jarang terjadi pada anak.

Badai tiroid didiagnosis berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan seseorang. Pasien akan diobati dengan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati hipertiroidisme dan dengan tindakan untuk mengatasi komplikasi (seperti demam atau kesadaran yang berubah). Biasanya, penderita badai tiroid dirawat di unit perawatan intensif.

Diagnosis Hipertiroidisme

  • Tes darah fungsi tiroid

Dokter biasanya mencurigai adanya hipertiroidisme berdasarkan gejala dan temuan pada pemeriksaan fisik, seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.

Tes darah fungsi tiroid digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis. Sering kali, pengujian dimulai dengan pengukuran hormon penstimulasi tiroid (TSH). Jika kelenjar tiroid terlalu aktif, maka tingkat TSH rendah. Namun, dalam kasus yang jarang terjadi di mana kelenjar pituitari terlalu aktif, tingkat TSH normal atau tinggi. Jika kadar TSH dalam darah rendah, dokter akan mengukur kadar hormon tiroid dalam darah. Jika ada pertanyaan apakah disebabkan oleh penyakit Graves, maka dokter akan memeriksa sampel darah untuk mengetahui adanya antibodi yang merangsang kelenjar tiroid (antibodi penstimulus tiroid).

Jika nodul tiroid dicurigai sebagai penyebabnya, maka pemindaian tiroid akan menunjukkan apakah nodul tersebut telalu aktif menghasilkan hormon berlebih. Pemindaian semacam itu juga dapat membantu dokter dalam mengevaluasi penyakit Graves. Pada penderita penyakit Graves, pemindaian dapat menunjukkan seluruh kelenjar yang menjadi terlalu aktif, bukan hanya pada satu area. Pada tiroiditis, hasil pemindaian akan menunjukkan aktivitas yang rendah karena inflamasi.

Pengobatan Hipertiroidisme

  • Pengobatan penyebab

  • Pemblokir beta untuk memblokir efek hormon tiroid

  • Terkadang dibutuhkan obat-obatan untuk menghambat produksi hormon tiroid

  • Terkadang yodium radioaktif dapat menghancurkan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid

  • Terkadang dilakukan pembedahan untuk menghilangkan semua atau sebagian kelenjar tiroid

Pengobatan hipertiroidisme bergantung pada penyebabnya. Dalam sebagian besar kasus, masalah yang menyebabkan hipertiroidisme dapat disembuhkan atau gejalanya dapat dihilangkan atau dikurangi secara signifikan. Akan tetapi, jika tidak diobati, hipertiroidisme dapat memberi tekanan berlebihan pada jantung dan banyak organ lainnya.

Pengobatan dengan yodium radioaktif

Yodium radioaktif dapat diberikan melalui mulut untuk menghancurkan sebagian kelenjar tiroid. Yodium radioaktif adalah pengobatan paling umum untuk hipertiroidisme. Radioaktivitas akan dilepaskan ke kelenjar tiroid, karena kelenjar tiroid akan menyerap yodium dan memusatkannya. Jarang memerlukan rawat inap. Setelah melakukan pengobatan, orang tersebut sebaiknya tidak boleh berada di dekat bayi dan anak kecil selama 2 sampai 4 hari dan harus tidur di tempat tidur terpisah yang terpisah setidaknya 6 kaki (sekitar 2 meter) dari pasangannya. Menghindari kehamilan selama sekitar 6 sampai 12 bulan. Orang-orang yang telah menjalani pengobatan dengan yodium radioaktif harus tetap berada setidaknya 6 kaki dari wanita hamil, bayi, atau anak-anak kecil selama 6 sampai 23 hari; lamanya waktu tergantung pada dosis yang diterima. Orang yang telah menjalani pengobatan dengan yodium radioaktif dapat memicu alarm radiasi di bandara dan terkadang di tempat lain selama beberapa minggu setelah pengobatan dan, oleh karena itu, harus membawa surat keterangan dokter yang menjelaskan tentang perawatan yang mereka terima jika ingin bepergian dengan transportasi umum.

Sebagian dokter akan menyesuaikan dosis yodium radioaktif untuk menghancurkan kelenjar tiroid secukupnya agar produksi hormon tiroid dapat kembali normal, tanpa terlalu banyak mengurangi fungsi tiroid. Sebagian lain akan menggunakan dosis yang lebih besar untuk menghancurkan seluruh kelenjar tiroid. Sebagian besar orang yang menjalani pengobatan ini harus menjalani terapi penggantian hormon tiroid selama sisa hidupnya. Meskipun telah muncul kekhawatiran bahwa yodium radioaktif dapat menyebabkan kanker, peningkatan risiko kanker pada orang-orang yang telah menjalani pengobatan yodium radioaktif belum pernah dikonfirmasi. Yodium radioaktif tidak boleh diberikan kepada wanita hamil atau menyusui karena zat tersebut dapat melewati plasenta dan memasuki ASI dan dapat menghancurkan kelenjar tiroid pada janin atau bayi yang disusui.

Tahukah Anda?

  • Orang yang menjalani pengobatan yodium radioaktif tidak boleh berada di dekat bayi dan anak-anak selama 2 sampai 4 hari.

Pengobatan dengan obat-obatan

Pemblokir beta seperti propranolol atau metoprolol dapat membantu mengendalikan banyak gejala hipertiroidisme. Obat-obatan tersebut dapat memperlambat denyut jantung yang cepat, mengurangi gemetar, dan mengendalikan kecemasan. Oleh karena itu, dokter menganggap pemblokir beta sangat berguna untuk mengendalikan gejala hipertiroidisme hingga penderita dapat merespons pengobatan lain. Namun demikian, pemblokir beta tidak dapat mengurangi produksi berlebih hormon tiroid. Oleh karena itu, perlu ditambahkan pengobatan lain untuk mengembalikan produksi hormon ke tingkat normal.

Methimazole dan propylthiouracil adalah obat yang paling umum digunakan untuk mengobati hipertiroidisme. Obat ini bekerja dengan menurunkan produksi hormon kelenjar tiroid. Carbimazole, obat yang umum digunakan di Eropa, diubah menjadi methimazole di dalam tubuh. Umumnya methimazole lebih disukai karena propylthiouracil dapat merusak hati pada orang muda. Wanita hamil yang mengkonsumsi propylthiouracil atau methimazole harus dipantau secara ketat karena obat-obatan ini dapat melewati plasenta dan menyebabkan gondok atau hipotiroidisme pada janin.

Setiap obat dikonsumsi melalui mulut, dimulai dengan dosis tinggi lalu disesuaikan berdasarkan hasil tes darah. Obat-obatan ini biasanya dapat mengendalikan fungsi tiroid dalam waktu 2 sampai 3 bulan. Pemberian obat-obatan tersebut dalam dosis yang besar dapat memberikan hasil lebih cepat namun meningkatkan risiko efek samping.

Yodium, yang diberikan melalui mulut, terkadang digunakan untuk mengobati hipertiroidisme. Yodium diperuntukkan bagi orang-orang yang membutuhkan pengobatan cepat, seperti pada mereka yang menderita krisis tiroid. Obat-obatan juga dapat digunakan untuk mengendalikan hipertiroidisme sampai orang tersebut dapat menjalani pembedahan untuk mengangkat tiroid. Obat-obatan tersebut tidak dapat digunakan untuk jangka panjang.

Tabel
Tabel

Pengobatan lainnya

Pembedahan untuk mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar tiroid, yang disebut tiroidektomi, merupakan salah satu opsi pengobatan bagi penderita hipertiroidisme, khususnya bagi anak-anak dan remaja penderita penyakit Graves. Pembedahan juga dapat menjadi opsi bagi orang-orang yang memiliki gondok yang sangat besar serta bagi mereka yang alergi atau yang mengalami efek samping parah dari obat-obatan yang digunakan untuk mengobati hipertiroidisme atau mereka yang tidak menginginkan paparan radiasi. Hipertiroidisme dapat dikontrol secara permanen pada lebih dari 90% orang yang memilih opsi melakukan pembedahan. Hipotiroidisme sering terjadi setelah pembedahan, dan menyebabkan seseorang diharuskan untuk mengkonsumsi hormon tiroid pengganti selama sisa hidup mereka. Komplikasi pembedahan yang langka meliputi paralisis pita suara dan kerusakan kelenjar paratiroid (kelenjar kecil di belakang kelenjar tiroid yang mengontrol kadar kalsium dalam darah).

Pada penyakit Graves, mungkin diperlukan pengobatan tambahan untuk mengatasi gangguan pada mata dan kulit. Gejala pada mata dapat dibantu dengan meninggikan bagian kepala tempat tidur, dengan menggunakan tetes mata, tidur dengan kelopak mata yang direkatkan, dan, terkadang, dengan meminum selenium, teprotumumab, atau diuretik (obat yang mempercepat ekskresi cairan). Penglihatan ganda dapat dikurangi dengan menggunakan kacamata prisma. Terakhir, mengkonsumsi kortikosteroid lewat mulut, pengobatan sinar-X ke orbit mata, atau mungkin memerlukan bedah mata jika mata mengalami dampak yang parah. Krim atau salep kortikosteroid dapat membantu meredakan gatal dan kulit yang mengeras secara tidak normal. Seringkali gejala mata ringan menghilang tanpa pengobatan beberapa bulan atau tahun kemudian.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!