Penyumbatan Arteri Renalis

OlehZhiwei Zhang, MD, Loma Linda University School of Medicine
Ditinjau OlehNavin Jaipaul, MD, MHS, Loma Linda University School of Medicine
Ditinjau/Direvisi Feb 2025 | Dimodifikasi Apr 2025
v762120_id

Penyempitan bertahap (stenosis) atau penyumbatan (oklusi) secara tiba-tiba dapat memengaruhi arteri yang menyuplai ginjal kanan atau kiri, cabangnya, atau kombinasinya.

  • Gagal ginjal atau tekanan darah tinggi dapat terjadi.

  • Tes pencitraan dapat menunjukkan penyempitan atau penyumbatan.

  • Menghilangkan penyumbatan atau memperlebar arteri yang menyempit mungkin dapat dilakukan dan sangat membantu.

(Lihat juga Gambaran Umum Gangguan Pembuluh Darah Ginjal.)

Ada dua arteri renalis—satu memasok darah ke ginjal kanan, yang lainnya ke ginjal kiri. Arteri-arteri ini bercabang menjadi banyak arteri yang lebih kecil.

Penyebab Penyumbatan Arteri Renalis

Penyumbatan arteri ginjal atau salah satu cabang berukuran besar atau sedang jarang terjadi. Penyebabnya meliputi

  • Pergerakan bekuan darah dari tempat lain di dalam tubuh ke dalam arteri ginjal

  • Pembentukan bekuan darah di dalam arteri ginjal

  • Robekan di lapisan aorta atau arteri ginjal

  • Penebalan dinding arteri ginjal

Penyumbatan tersebut paling sering terjadi ketika bekuan darah bergerak melalui aliran darah dari tempat lain di dalam tubuh (menjadi emboli) dan tertahan di dalam arteri ginjal. Biasanya, bekuan tersebut berasal dari fragmen bekuan yang lebih besar di jantung atau dari pecahnya timbunan lemak (ateroma) di aorta (lihat Penyakit Ginjal Ateroemboli).

Atau, penyumbatan dapat terjadi ketika bekuan darah terbentuk di dalam arteri ginjal itu sendiri, biasanya di tempat arteri tersebut mengalami cedera. Cedera mendadak dapat disebabkan oleh prosedur medis, seperti pembedahan, angiografi, atau angioplasti. Bekuan juga dapat berkembang di tempat arteri ginjal tersebut mengalami cedera atau rusak secara perlahan akibat aterosklerosis, arteritis (peradangan arteri), atau aneurisme (tonjolan di dinding arteri yang terbentuk secara lambat).

Robekan pada lapisan aorta atau arteri ginjal dapat menyebabkan penyumbatan tiba-tiba pada aliran darah. Robekan juga dapat menyebabkan arteri pecah. Penyakit yang menyebabkan dinding arteri menjadi lebih tebal dan kurang elastis karena timbunan lemak (aterosklerosis) atau perkembangan bahan berserat (displasia fibromuskular) dapat membuat pembuluh darah mudah robek. Gangguan ini dapat menyebabkan penyempitan yang signifikan dan penyumbatan sebagian arteri ginjal meskipun tidak ada bekuan darah. Ketika penyempitan atau penyumbatan terjadi, tetapi tidak ada pembekuan darah, kondisi ini disebut stenosis arteri ginjal.

Displasia fibromuskular

Displasia fibromuskular adalah penyebab penyumbatan arteri ginjal. Gangguan ini terjadi terutama pada perempuan berusia antara 20 dan 50 tahun. Penyebabnya masih belum diketahui. Dalam gangguan ini, materi fibrosa mempersempit arteri ginjal (stenosis arteri ginjal), biasanya di beberapa lokasi.

Sekitar 10% dari semua kasus stenosis arteri ginjal pada orang dewasa disebabkan oleh displasia fibromuskular. Stenosis arteri ginjal karena displasia fibromuskular sering menyebabkan tekanan darah tinggi.

Gejala Penyumbatan Arteri Renalis

Penyumbatan sebagian arteri renalis biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun. Jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba dan menyeluruh, orang tersebut mungkin akan merasakan nyeri yang terus menerus di punggung bagian bawah atau kadang-kadang di perut bagian bawah. Penyumbatan total dapat menyebabkan demam, mual, muntah, dan nyeri punggung. Gejala yang jarang terjadi, penyumbatan menyebabkan perdarahan yang mengubah urine menjadi merah atau cokelat tua. Penyumbatan total pada kedua arteri ginjal—atau satu arteri ginjal pada orang yang hanya memiliki satu ginjal—sepenuhnya menghentikan produksi urine dan mematikan ginjal (kondisi yang disebut cedera ginjal akut).

Jika penyumbatan disebabkan oleh bekuan darah yang berpindah dan berdiam di salah satu cabang arteri ginjal, orang tersebut mungkin memiliki bekuan darah di tempat lain di dalam tubuh, seperti di usus, otak, dan kulit jari tangan dan kaki. Bekuan ini dapat menyebabkan nyeri di area tersebut serta ulkus kecil atau gangren atau stroke kecil.

Ketika sumbatan terbentuk secara perlahan, gejala-gejalanya juga berkembang secara lebih perlahan. Orang tersebut dapat mengalami tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan meskipun telah mendapatkan pengobatan yang optimal. Berbagai gejala penyakit ginjal kronis juga dapat muncul, dimulai dengan kelelahan, mual, hilangnya nafsu makan, gatal, dan kesulitan berkonsentrasi. Gejala-gejala ini mencerminkan gangguan pada otot, otak, saraf, jantung, saluran pencernaan, dan kulit.

Penyempitan bertahap pada salah satu atau kedua arteri renalis dapat menyebabkan tekanan darah tinggi atau memburuknya tekanan darah tinggi yang terkontrol sebelumnya. Tekanan darah dapat tetap tinggi meskipun sudah diobati dengan beberapa obat antihipertensi. Kadang-kadang, ketika orang dengan stenosis arteri ginjal diberi obat-obatan yang mengganggu kemampuan normal ginjal untuk mengompensasi penurunan aliran darah (seperti inhibitor enzim pengonversi angiotensin [ACE], pemblokir reseptor angiotensin II [ARB], atau inhibitor renin) untuk mengobati tekanan darah tinggi, fungsi ginjal dapat menurun dengan cepat. Efeknya dapat pulih kembali jika obat segera dihentikan.

Diagnosis Penyumbatan Arteri Renalis

  • Tes laboratorium rutin

  • Tes pencitraan

Dokter dapat mencurigai adanya penyumbatan karena gejalanya. Tes laboratorium rutin, seperti hitung darah lengkap, tes darah fungsi ginjal, dan urinalisis (pemeriksaan mikroskopis urine), dapat menambah petunjuk lebih lanjut untuk diagnosis.

Karena tidak ada gejala atau tes laboratorium yang dapat secara spesifik mengidentifikasi penyumbatan, dokter perlu melakukan tes pencitraan pada ginjal. Angiografi tomografi terkomputasi (CT),angiografi resonansi magnetik (MR),ultrasound Doppler, dan pemindaian perfusi isotop dapat menunjukkan tidak adanya atau berkurangnya aliran darah ke ginjal yang terkena. Semua tes ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Misalnya, angiografi CT dan angiografi MR sangatlah akurat. Namun, angiografi CT melibatkan penggunaan zat kontras radiopak intravena, yang meningkatkan risiko kerusakan ginjal pada orang dengan penurunan fungsi ginjal. Angiografi MR melibatkan penggunaan zat kontras intravena (gadolinium), yang meningkatkan risiko fibrosis sistemik nefrogenik pada orang dengan penurunan fungsi ginjal. Fibrosis sistemik nefrogenik menyebabkan jaringan parut terbentuk di seluruh tubuh dan tidak mudah dipulihkan atau disembuhkan.

Arteriografi adalah tes paling akurat yang dapat digunakan dokter untuk mengonfirmasi diagnosis. Dengan arteriografi, kateter dimasukkan ke dalam arteri, yang terkadang menyebabkan cedera pada arteri. Selain itu, seperti halnya angiografi CT, arteriografi melibatkan penggunaan agen kontras radiopak yang meningkatkan risiko kerusakan ginjal. Arteriografi dilakukan hanya jika dokter mempertimbangkan pembedahan atau angioplasti untuk menghilangkan penyumbatan. Dokter dapat memantau seberapa baik pemulihan fungsi ginjal dengan mengulangi tes darah yang mengukur fungsi ginjal secara berkala.

Kadang-kadang, dilakukan tes tambahan, seperti ekokardiografi, untuk menentukan penyebab bekuan darah.

Pengobatan Penyumbatan Arteri Ginjal

  • Mencegah atau melarutkan bekuan darah

  • Terkadang dilakukan pembedahan atau pembukaan sumbatan dengan kateter

Pengobatan ditujukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari aliran darah dan memulihkan aliran darah yang tersumbat. Dalam kasus bekuan darah, pengobatan yang biasa dilakukan adalah dengan obat antikoagulan (lihat Obat-obatan dan Bekuan Darah). Obat-obatan ini diberikan terlebih dahulu secara intravena dan kemudian melalui mulut untuk jangka waktu yang lebih lama, kadang-kadang selama beberapa bulan atau lebih. Antikoagulan mencegah membesarnya bekuan awal dan terbentuknya bekuan tambahan. Obat-obatan yang melarutkan bekuan (fibrinolitik, atau trombolitik—lihat Obat-obatan dan Bekuan Darah) mungkin lebih efektif daripada antikoagulan. Namun, obat fibrinolitik meningkatkan fungsi ginjal hanya ketika arteri tidak sepenuhnya tersumbat atau ketika bekuan darah dapat larut dengan cepat. Setelah 30 hingga 60 menit penyumbatan total, kemungkinan akan terjadi kerusakan permanen. Obat fibrinolitik hanya dapat membantu jika diberikan dalam waktu 3 jam.

Pembedahan kadang-kadang dilakukan untuk membuka arteri yang tersumbat oleh bekuan darah, tetapi pengobatan ini memiliki risiko komplikasi dan kematian yang lebih besar serta tidak meningkatkan fungsi ginjal yang lebih baik daripada pemberian obat antikoagulan atau fibrinolitik saja. Pengobatan dengan pemberian obat hampir selalu lebih diutamakan daripada pembedahan. Namun, jika penyebabnya adalah cedera, arteri harus diperbaiki melalui pembedahan.

Untuk meredakan penyumbatan yang disebabkan oleh aterosklerosis atau displasia fibromuskular pada arteri ginjal, dokter dapat melakukan angioplasti. Pada angioplasti, dokter memasukkan kateter dengan balon di ujungnya melalui arteri femoralis di pangkal paha ke arteri ginjal. Balon kemudian digelembungkan untuk membuka area yang tersumbat. Prosedur ini disebut angioplasti transluminal perkutan. Ketika dokter melakukan prosedur ini, mereka mungkin akan memasang slang berongga pendek (stent) di dalam arteri untuk mencegah penyumbatan terjadi lagi. Jika angioplasti tidak berhasil, pembedahan dapat dipertimbangkan untuk mengangkat atau memotong penyumbatan yang disebabkan oleh aterosklerosis atau displasia fibromuskular.

Meskipun fungsi ginjal dapat membaik dengan pengobatan, biasanya tidak pulih sepenuhnya. Prospek memburuk ketika arteri tersumbat oleh bekuan darah yang terbentuk di bagian tubuh lainnya (seperti jantung). Bekuan dari sumber tersebut cenderung menyebar ke bagian tubuh lainnya (seperti otak atau usus) dan menyebabkan masalah di sana.

Pengobatan jangka panjang juga berfokus pada pencegahan dan pengobatan ateroskelerosis yang mendasarinya.

Informasi Lebih Lanjut

Sumber daya berbahasa Inggris berikut ini mungkin berguna. Harap diperhatikan bahwa Manual ini tidak bertanggung jawab atas konten sumber daya ini.

  1. American Association of Kidney Patients (AAKP): AAKP meningkatkan kehidupan pasien melalui pendidikan, advokasi, dan peningkatan rasa kebersamaan di antara pasien penderita penyakit ginjal.

  2. American Kidney Fund (AKF): AKF menyediakan informasi tentang penyakit ginjal dan transplantasi ginjal, bantuan keuangan berbasis kebutuhan untuk membantu mengelola pengeluaran medis, webinar bagi profesional medis, dan kesempatan untuk advokasi.

  3. National Kidney Foundation (NKF): Lembaga ini menyediakan segala sesuatu mulai dari informasi mengenai dasar-dasar fungsi ginjal hingga akses terhadap pengobatan dan dukungan bagi penderita penyakit ginjal, program pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan peluang penelitian serta bantuan hibah bagi para profesional medis.

  4. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK): Informasi umum mengenai penyakit ginjal, termasuk penemuan penelitian, statistik, serta program kesehatan dan penjangkauan masyarakat.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!