Komplikasi Diabetes Mellitus

OlehErika F. Brutsaert, MD, New York Medical College
Ditinjau OlehGlenn D. Braunstein, MD, Cedars-Sinai Medical Center
Ditinjau/Direvisi Oct 2023 | Dimodifikasi Apr 2025
v25184794_id

Pengidap diabetes melitus memiliki banyak komplikasi serius jangka panjang yang memengaruhi banyak bagian tubuh, terutama pembuluh darah, saraf, mata, dan ginjal.

(Lihat juga Diabetes Mellitus.)

Ada dua jenis diabetes melitus:

  • Tipe 1, di mana sistem imun tubuh menyerang sel pankreas yang memproduksi insulin, dan lebih dari 90% sel-sel tersebut hancur secara permanen

  • Tipe 2, di mana tubuh mengembangkan resistensi terhadap efek insulin

Pada kedua jenis diabetes tersebut, kadar gula (glukosa) dalam darah meningkat.

Orang dengan diabetes tipe 1 atau tipe 2 cenderung mengalami komplikasi akibat peningkatan kadar glukosa. Namun demikian, karena diabetes tipe 2 mungkin sudah ada beberapa waktu sebelum didiagnosis, komplikasi pada diabetes tipe 2 mungkin lebih serius atau lebih parah ketika ditemukan.

Orang dengan diabetes melitus dapat mengalami banyak komplikasi serius dalam jangka panjang. Beberapa komplikasi ini dimulai dalam beberapa bulan setelah munculnya diabetes, meskipun sebagian besar cenderung berkembang setelah beberapa tahun. Sebagian besar komplikasi memburuk secara bertahap. Pada pengidap diabetes, mengendalikan kadar glukosa dalam darah secara ketat untuk membuat agar komplikasi tersebut cenderung tidak berkembang atau memburuk.

Penyebab Komplikasi Diabetes

Sebagian besar komplikasi diabetes terjadi akibat masalah pada pembuluh darah. Kadar glukosa yang tetap tinggi dalam waktu lama menyebabkan pembuluh darah kecil dan besar menyempit. Penyempitan ini mengurangi aliran darah ke banyak bagian tubuh, sehingga menimbulkan masalah. Ada beberapa penyebab menyempitnya pembuluh darah:

  • Zat berbasis gula yang kompleks menumpuk di dinding pembuluh darah kecil, menyebabkan dinding pembuluh darah menebal dan bocor.

  • Kontrol yang buruk terhadap kadar glukosa darah menyebabkan kadar zat lemak dalam darah meningkat, dapat menyebabkan ateroskelerosis dan penurunan aliran darah di pembuluh darah yang lebih besar.

Jenis Komplikasi Diabetes

Komplikasi pembuluh darah pada diabetes

Aterosklerosis menyebabkan serangan jantung dan stroke. Aterosklerosis 2 hingga 4 kali lebih umum terjadi dan cenderung terjadi pada pengidap diabetes yang lebih muda dibandingkan pada orang yang tidak menderita diabetes.

Seiring waktu, penyempitan pembuluh darah dapat membahayakan jantung, otak, kaki, mata, ginjal, saraf, dan kulit, sehingga mengakibatkan angina, gagal jantung, stroke, kram kaki saat berjalan (klaudikasi), penglihatan yang buruk, penyakit ginjal kronis, kerusakan saraf (neuropati), dan kerusakan kulit.

Infeksi diabetes

Pengidap diabetes sering mengalami infeksi bakteri dan jamur yang biasanya terjadi pada kulit dan mulut. Ketika kadar glukosa dalam darah tinggi, sel darah putih tidak dapat melawan infeksi secara efektif. Infeksi apa pun yang berkembang dapat cenderung lebih parah dan membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh pada pengidap diabetes. Terkadang, infeksi adalah tanda pertama diabetes.

Salah satu infeksi tersebut adalah infeksi jamur yang disebut kandidiasis. Jamur Candida adalah penghuni normal mulut, saluran pencernaan, dan vagina yang biasanya tidak berbahaya. Namun demikian, pada pengidap diabetes, Candida dapat tumbuh berlebihan pada membran lendir dan area kulit yang lembab yang menyebabkan ruam di area tersebut.

Pengidap diabetes juga sangat mungkin mengalami ulkus (borok) dan infeksi pada kaki dan tungkai karena sirkulasi yang buruk ke kulit. Yang sering terjadi, luka tersebut akan sembuh perlahan atau tidak sembuh sama sekali. Bila luka tidak sembuh, biasanya mereka akan terinfeksi dan hal ini dapat menyebabkan gangrene (kematian jaringan) dan infeksi tulang (osteomielitis). Mungkin memerlukan amputasi pada kaki atau bagian kaki lainnya.

Masalah mata pada diabetes

Kerusakan pembuluh darah mata dapat menyebabkan hilangnya penglihatan (retinopati diabetik). Bedah laser dapat menutup pembuluh darah yang bocor pada mata dan mencegah kerusakan permanen pada retina. Terkadang dapat menggunakan metode pembedahan atau obat suntik lainnya. Oleh karena itu, pengidap diabetes harus menjalani pemeriksaan mata tahunan untuk memeriksa tanda-tanda awal kerusakan.

Kerusakan hati pada diabetes

Pengidap diabetes umumnya juga memiliki penyakit hati steatotis (sebelumnya disebut penyakit hati berlemak), di mana endapan lemak abnormal menumpuk di hati. Penyakit hati steatosis terkadang dapat berkembang menjadi penyakit hati yang lebih serius termasuk sirosis. Dokter mendiagnosis masalah hati jika hasil tes darah yang mengukur seberapa baik fungsi hati atau pencitraan hati tidak normal, dan mereka akan mengonfirmasi diagnosis dengan biopsi hati. Penurunan berat badan, mempertahankan kontrol yang baik terhadap kadar gula darah, dan mengobati kolesterol tinggi dapat membantu.

Kerusakan ginjal pada diabetes

Ginjal dapat mengalami malafungsi, sehingga menyebabkan penyakit ginjal kronis yang mungkin memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal. Dokter biasanya memeriksa urine pengidap diabetes untuk mengetahui adanya kadar protein yang sangat tinggi (albumin) yang merupakan tanda awal kerusakan ginjal. Pada tanda awal komplikasi ginjal, seseorang seringkali diberi obat yang dapat memperlambat perkembangan kerusakan ginjal, misalnya inhibitor ko-transporter natrium-glukosa-2 (SGLT2) (obat yang meningkatkan sekresi glukosa dalam urin), inhibitor enzim pengonversi angiotensin (ACE), atau pemblokir reseptor angiotensin II (ARB).

Kerusakan saraf pada diabetes

Kerusakan pada saraf dapat terjadi dengan beberapa cara. Jika terjadi malafungsi pada satu saraf saja, dapat mengakibatkan lengan atau tungkai bisa tiba-tiba menjadi lemah. Jika saraf ke tangan, tungkai, dan kaki rusak (polineuropati diabetik), akan muncul sensasi tidak normal, dan mungkin dapat mengakibatkan lengan dan tungkai merasa kesemutan, nyeri seperti terbakar, dan lemah. Kerusakan pada saraf kulit membuat cedera berulang lebih mungkin terjadi karena kegagalan seseorang dalam merasakan perubahan tekanan atau suhu.

Masalah kaki pada diabetes

Diabetes menyebabkan banyak perubahan pada tubuh. Perubahan kaki berikut ini umum terjadi dan sulit ditangani:

  • Kerusakan pada saraf (neuropati) memengaruhi sensasi pada kaki, sehingga tidak merasakan nyeri (mati rasa). Iritasi dan bentuk cedera lainnya mungkin tidak disadari. Cedera dapat terjadi pada kulit sebelum rasa nyeri muncul.

  • Perubahan sensasi mengubah cara pengidap diabetes menahan berat badan di kaki mereka, dengan cara memusatkan berat badan di area tertentu sehingga membentuk kapalan. Kapalan (dan kulit kering) meningkatkan risiko kerusakan kulit.

  • Diabetes dapat menyebabkan sirkulasi di kaki memburuk, sehingga dapat lebih mungkin mengalami borok ketika kulit mengalami kerusakan dan membuat borok lebih lambat untuk sembuh.

Karena diabetes dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, setelah borok pada kaki terbentuk, hal itu dapat mempermudah terjadinya infeksi. Karena neuropati, seseorang mungkin tidak merasakan ketidaknyamanan akibat infeksi sampai infeksi tersebut menjadi serius dan sulit untuk diobati, yang menyebabkan gangrene. Pengidap diabetes memiliki kecenderungan 30 kali lebih tinggi untuk membutuhkan amputasi kaki daripada orang-orang yang tidak memiliki diabetes.

Perawatan kaki sangat penting (lihat Perawatan Kaki). Kaki harus dilindungi dari cedera, dan kulit harus tetap lembab dengan cara menggunakan pelembab yang baik. Sepatu harus pas dan tidak menimbulkan iritasi. Sepatu harus memiliki bantalan yang tepat untuk menyebarkan tekanan yang disebabkan saat berdiri. Tidak disarankan untuk bertelanjang kaki. Perawatan rutin dari podiatrist (dokter yang mengkhususkan diri dalam perawatan kaki), seperti pemotongan kuku kaki dan menghilangkan kapalan, mungkin dapat membantu. Selain itu, sensasi dan aliran darah ke kaki harus dievaluasi secara teratur oleh dokter.

Tabel
Tabel

Memantau dan Mencegah Komplikasi Diabetes

Pada saat diagnosis dan kemudian setidaknya setiap tahun, pengidap diabetes tipe 2 dipantau untuk mengetahui adanya kemungkinan komplikasi diabetes, seperti ginjal, mata, dan kerusakan saraf. Pada pengidap diabetes tipe 1, dokter akan mulai memantau komplikasi diabetes 5 tahun setelah diagnosis. Skrining tes yang umum dilakukan meliputi hal berikut:

  • Pemeriksaan kaki untuk menguji sensasi dan mencari tanda-tanda sirkulasi yang buruk (borok, rambut rontok)

  • Pemeriksaan mata (dilakukan oleh spesialis mata)

  • Tes urine dan darah terhadap fungsi ginjal

  • Tes darah untuk kadar kolesterol

  • Terkadang elektrokardiogram (EKG)

Memburuknya komplikasi dapat dicegah atau ditunda dengan kontrol glukosa darah yang ketat atau dengan menjalani pengobatan sedini mungkin. Faktor risiko masalah jantung, seperti peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol tinggi, dapat dievaluasi pada setiap kunjungan dokter dan diobati dengan obat jika perlu.

Perawatan kaki yang tepat dan pemeriksaan mata secara teratur dapat membantu mencegah atau menunda timbulnya komplikasi diabetes.

Orang dengan diabetes perlu mendapatkan vaksinasi terhadap Streptococcus pneumoniae, hepatitis B, dan COVID-19, dan dokter biasanya merekomendasikan mereka untuk menerima vaksinasi flu setiap tahun karena orang dengan diabetes mudah terinfeksi.

Pengobatan tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol tinggi, yang dapat menyebabkan masalah sirkulasi, juga dapat membantu mencegah beberapa komplikasi diabetes. Pengidap diabetes yang berusia antara 40 sampai 75 tahun diberikan terapi statin untuk menurunkan kadar kolesterol dan menurunkan risiko kardiovaskular. Pengidap diabetes yang berusia kurang dari 40 tahun atau lebih dari 75 tahun dan yang mengalami peningkatan risiko penyakit jantung juga harus meminum statin.

Masalah umum lainnya pada pengidap diabetes adalah penyakit gusi (gingivitis), sehingga perlu melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi untuk pembersihan dan perawatan pencegahan sangatlah penting.

Tahukah Anda...

  • Orang yang mengontrol kadar glukosa darah mereka secara ketat mungkin dapat meminimalkan atau menunda komplikasi diabetes.

Pencegahan hipoglikemia

Salah satu tantangan dalam mencoba mengendalikan kadar glukosa dalam darah secara ketat adalah bahwa penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia) dapat diakibatkan oleh obat-obatan antihiperglikemia yang umum digunakan (seperti insulin atau sulfonilurea). Mengenali adanya glukosa darah rendah penting karena hipoglikemia merupakan keadaan darurat. Gejalanya meliputi rasa lapar, denyut jantung cepat, gemetar, berkeringat, dan ketidakmampuan untuk berpikir dengan jelas.

Jika hipoglikemia sangat parah, gula harus segera masuk ke dalam tubuh untuk mencegah kerusakan permanen dan meredakan gejala. Sering kali, pengidap hipoglikemia dapat mengonsumsi gula. Hampir semua bentuk gula akan terbentuk, meskipun glukosa bekerja lebih cepat daripada gula meja (gula meja biasa adalah sukrosa). Banyak pengidap diabetes membawa tablet glukosa atau gel glukosa kemasan. Pilihan lainnya adalah meminum segelas susu (yang mengandung laktosa, jenis gula), air gula, atau jus buah, atau menyantap sepotong kue, buah, atau makanan manis lainnya. Dalam situasi yang lebih serius, tenaga medis profesional darurat mungkin perlu menyuntikkan glukosa ke dalam vena.

Pengobatan lain untuk hipoglikemia melibatkan penggunaan glukagon. Glukagon dapat diinjeksikan ke dalam otot atau dihirup sebagai serbuk hidung dan menyebabkan hati melepaskan glukosa dalam jumlah besar dalam hitungan menit. Kotak kecil yang berisi alat suntik atau pena autoinjektor yang diisi dengan glukagon yang mudah dibawa tersedia bagi pengidap diabetes yang sering mengalami glukosa darah rendah untuk digunakan dalam situasi darurat ketika gula tidak dapat dicerna melalui mulut.

Informasi Lebih Lanjut

Sumber daya berbahasa Inggris berikut ini mungkin berguna. Harap diperhatikan bahwa MANUAL ini tidak bertanggung jawab atas konten sumber daya.

  1. American Diabetes Association: Informasi lengkap tentang diabetes, termasuk sumber daya untuk hidup dengan diabetes

  2. JDRF (sebelumnya disebut Juvenile Diabetes Research Foundation): Informasi umum tentang diabetes melitus tipe 1

  3. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases: Informasi umum tentang diabetes, termasuk penelitian terbaru dan program yang menjangkau masyarakat

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!