Inkontinensia Urine pada Orang Dewasa

OlehPatrick J. Shenot, MD, Thomas Jefferson University Hospital
Ditinjau OlehLeonard G. Gomella, MD, Sidney Kimmel Medical College at Thomas Jefferson University
Ditinjau/Direvisi Nov 2023 | Dimodifikasi Jul 2025
v762819_id

Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine secara tidak disengaja.

Inkontinensia dapat terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan pada usia berapa pun, tetapi lebih banyak terjadi pada perempuan dan lansia, yang memengaruhi sekitar 30% perempuan lansia dan 15% laki-laki lansia. Meskipun inkontinensia lebih umum terjadi pada lansia, hal ini bukan bagian normal dari penuaan. Inkontinensia dapat terjadi secara tiba-tiba dan sementara, seperti ketika seseorang meminum obat yang memiliki efek diuretik, atau dapat berlangsung lama (kronis). Bahkan inkontinensia kronis terkadang berhasil diobati.

(Lihat juga Kontrol Buang Air Kecil.)

Inkontinensia urine pada anak–anak dibahas secara terpisah.

Jenis Inkontinensia

Ada beberapa jenis inkontinensia:

  • Inkontinensia mendesak adalah kebocoran urine yang tidak terkendali (dengan volume sedang hingga besar) yang terjadi segera setelah ada keinginan untuk buang air besar mendesak dan tidak dapat ditahan. Bangun untuk berkemih saat malam hari (nokturia) dan inkontinensia nokturnal merupakan hal yang umum.

  • Inkontinensia stres adalah kebocoran urine akibat peningkatan tekanan intraabdomen secara tiba-tiba (misalnya, yang terjadi saat batuk, bersin, tertawa, membungkuk, atau mengangkat). Volume kebocoran biasanya rendah hingga sedang.

  • Inkontinensia luapan adalah peristiwa meneteskan urine dari kandung kemih yang terlalu penuh. Volume biasanya kecil, tetapi kebocoran dapat konstan, yang mengakibatkan total pengeluaran yang besar.

  • Inkontinensia fungsional adalah pengeluaran urine karena masalah dengan pikiran atau gangguan fisik yang tidak terkait dengan pengendalian buang air kecil. Misalnya, orang yang menderita demensia akibat penyakit Alzheimer mungkin tidak menyadari perlunya buang air kecil atau tidak mengetahui tempat toilet berada. Orang yang terbaring di tempat tidur mungkin tidak dapat berjalan ke toilet atau menjangkau pispot.

Namun, sering kali seseorang memiliki lebih dari satu jenis inkontinensia. Orang tersebut kemudian disebuat mengalami inkontinensia campuran.

Penyebab Inkontinensia Urine

Beberapa mekanisme dapat menyebabkan inkontinensia urine. Sering kali, terdapat lebih dari satu mekanisme:

  • Kelemahan sfingter urine atau otot panggul (disebut inkompetensi saluran keluar kandung kemih)

  • Sesuatu menghalangi jalur keluar urine dari kandung kemih (disebut obstruksi saluran keluar kandung kemih)

  • Spasme atau aktivitas berlebih pada otot dinding kandung kemih (terkadang disebut kandung kemih terlalu aktif)

  • Kelemahan atau kurangnya aktivitas otot dinding kandung kemih

  • Koordinasi otot dinding kandung kemih yang buruk dengan sfingter urine

  • Peningkatan volume urine

  • Masalah fungsional

Kelemahan atau kurangnya aktivitas otot dinding kandung kemih, obstruksi saluran keluar kandung kemih, atau khususnya keduanya dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk berkemih (retensi urine). Retensi urine dapat secara paradoks menyebabkan inkontinensia luapan karena kebocoran dari kandung kemih yang terlalu penuh.

Peningkatan volume urine (misalnya, disebabkan oleh diabetes, penggunaan diuretik, atau asupan minuman beralkohol atau minuman berkafein yang berlebihan) dapat meningkatkan jumlah urine yang keluar akibat inkontinensia, memicu episode inkontinensia, atau bahkan menyebabkan inkontinensia sementara berkembang. Meskipun demikian, hal ini seharusnya tidak menyebabkan inkontinensia kronis. Gangguan fungsional, yaitu kondisi yang memengaruhi fungsi organ lain dalam tubuh, umumnya meningkatkan volume urine yang dikeluarkan pada orang yang mengalami inkontinensia. Namun, masalah fungsional jarang menjadi satu-satunya penyebab inkontinensia permanen.

Secara keseluruhan, penyebab yang paling umum untuk inkontinensia adalah

Tabel
Tabel
Tabel
Tabel

Tahukah Anda...

  • Orang sering hidup dengan inkontinensia karena mereka secara keliru percaya bahwa itu adalah bagian normal dari penuaan.

Evaluasi Inkontinensia Urine

Inkontinensia urine biasanya tidak menunjukkan gangguan yang mengancam jiwa; namun demikian, inkontinensia dapat menyebabkan rasa malu atau menyebabkan orang tersebut membatasi aktivitas mereka yang tidak perlu, sehingga menyebabkan penurunan kualitas hidup. Selain itu, jarang terjadi inkontinensia tiba-tiba dapat menjadi gejala dari gangguan sumsum tulang belakang. Informasi berikut dapat membantu seseorang memutuskan kapan evaluasi dokter diperlukan dan membantu mereka mengetahui apa yang diharapkan selama evaluasi.

Tanda-tanda bahaya

Pada orang dengan inkontinensia urine, gejala dan karakteristik tertentu perlu diwaspadai. Ini meliputi

  • Gejala kerusakan sumsum tulang belakang (misalnya, kelemahan pada kaki atau hilangnya sensasi pada kaki atau di sekitar alat kelamin atau anus)

Kapan harus berkunjung ke dokter

Orang dengan tanda peringatan harus segera pergi ke unit gawat darurat. Orang yang tidak memiliki tanda peringatan harus menghubungi dokter mereka. Dokter akan memutuskan seberapa cepat orang tersebut perlu diperiksa berdasarkan gejala dan kondisi lain yang diketahui dari orang tersebut.

Sebagian besar orang merasa malu untuk menyebutkan inkontinensia kepada dokter mereka. Sebagian orang percaya bahwa inkontinensia adalah bagian normal dari penuaan. Namun demikian, inkontinensia, bahkan inkontinensia yang telah ada selama beberapa waktu atau yang terjadi pada lansia, dapat dibantu dengan pengobatan. Jika gejala inkontinensia urine tersebut menyusahkan, mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari, atau menyebabkan orang tersebut mengurangi aktivitas sosial mereka, orang harus menemui dokter.

Tindakan dokter

Dokter terlebih dahulu mengajukan pertanyaan tentang gejala dan riwayat medis orang tersebut. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik. Apa yang dokter temukan selama pemeriksaan riwayat dan pemeriksaan fisik sering kali menunjukkan penyebab inkontinensia dan tes yang mungkin perlu dilakukan.

Dokter akan mengajukan pertanyaan tentang kondisi kehilangan air seni, termasuk jumlah, waktu, dan faktor pemicu (seperti batuk, bersin, atau mengejan). Orang tersebut ditanya apakah mereka dapat merasakan keinginan untuk buang air kecil dan, jika demikian, apakah sensasinya normal atau muncul dengan urgensi mendadak. Dokter juga dapat meminta orang tersebut untuk memperkirakan jumlah kebocoran urine. Dokter juga akan menanyakan apakah orang tersebut memiliki masalah lain dengan buang air kecil, seperti nyeri atau rasa terbakar selama buang air kecil, sering buang air kecil, kesulitan memulai buang air kecil, atau aliran urine yang lemah.

Kadang-kadang dokter dapat meminta orang tersebut untuk menyimpan catatan kebiasaan buang air kecil mereka selama satu atau dua hari. Catatan ini disebut catatan harian pengosongan. Setiap kali orang tersebut buang air kecil, volume dan waktunya dicatat. Setelah episode inkontinensia, orang tersebut juga mencatat aktivitas terkait, terutama makan, minum, penggunaan obat, atau tidur.

Dokter akan menanyakan apakah orang tersebut memiliki gangguan lain yang diketahui menyebabkan inkontinensia, seperti demensia, stroke, batu saluran kemih, sumsum tulang belakang atau gangguan neurologis lainnya, dan gangguan prostat. Dokter perlu mengetahui obat apa yang digunakan orang tersebut karena beberapa obat menyebabkan atau berkontribusi terhadap inkontinensia. Perempuan ditanya tentang jumlah dan jenis persalinan yang mereka lakukan beserta komplikasinya. Semua orang ditanya tentang pembedahan panggul dan perut sebelumnya, terutama bedah prostat pada laki-laki.

Pemeriksaan fisik dapat membantu dokter mempersempit kemungkinan penyebab. Dokter menguji kekuatan, sensasi, dan refleks di kaki, serta sensasi di sekitar alat kelamin dan anus untuk mendeteksi masalah saraf dan otot yang dapat menyulitkan orang tersebut untuk tetap mengendalikan berkemih.

Pada perempuan, dokter melakukan pemeriksaan panggul untuk mendeteksi abnormalitas yang dapat menyebabkan inkontinensia, seperti atrofi vagina (perubahan menopause di mana lapisan vagina menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang elastis serta dapat disertai dengan perubahan saluran kemih) atau kelemahan otot panggul. Pada laki-laki dan perempuan, dokter melakukan pemeriksaan rektal untuk mencari tanda-tanda konstipasi atau kerusakan pada saraf yang menyuplai rektum. Pada laki-laki, pemeriksaan rektal memungkinkan dokter memeriksa prostat karena prostat yang membesar atau terkadang kanker prostat dapat menyebabkan inkontinensia. Orang tersebut mungkin diminta untuk batuk dengan kandung kemih penuh untuk mendeteksi adanya inkontinensia stres. Perempuan dapat diminta untuk mengulangi prosedur ini selama pemeriksaan panggul, untuk melihat apakah menopang beberapa struktur panggul (dengan jari-jari dokter) akan menghilangkan kebocoran urine.

Pengujian

Sering kali hasil yang ditemukan selama pemeriksaan fisik dapat membantu dokter menentukan penyebab atau mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap inkontinensia. Namun demikian, beberapa tes sering kali diperlukan agar dokter dapat membuat diagnosis yang tegas. Tes yang diperoleh secara rutin meliputi

Tes urodinamik meliputi sistometri, tes laju aliran urine, dan sistometrografi dan dilakukan ketika evaluasi klinis dan tes-tes di atas tidak menunjukkan penyebab inkontinensia.

  • Sistometri dilakukan untuk mengonfirmasi inkontinensia mendesak dan untuk menentukan apakah penyebabnya adalah kandung kemih yang terlalu aktif. Kateter kandung kemih ditempatkan melalui uretra. Dokter mengukur jumlah air yang dapat disuntikkan ke dalam kandung kemih hingga orang tersebut mengalami rasa urgensi atau kontraksi kandung kemih.

  • Puncak laju aliran urine diukur pada laki-laki untuk menentukan apakah inkontinensia disebabkan oleh obstruksi saluran keluar kandung kemih (biasanya disebabkan oleh penyakit prostat). Laki-laki buang air kecil ke dalam alat khusus (uroflowmeter) yang mengukur kecepatan aliran urine dan berapa banyak urine yang dilepaskan.

  • Sistometrografi dilakukan jika semua evaluasi lain gagal mengungkapkan penyebab inkontinensia. Sistometrografi adalah tes yang mengukur tekanan kandung kemih saat kandung kemih diisi dengan berbagai volume air. Sistometrografi sering dilakukan dengan elektromiografi, suatu uji yang dapat menilai fungsi sfingter. Di pusat-pusat tertentu dengan peralatan khusus, kekuatan kontraksi kandung kemih juga dapat diukur bersamaan dengan tekanan sfingter dan tekanan kandung kemih lainnya.

Meskipun tes urodinamik itu penting, hasil tidak selalu dapat memperkirakan respons terhadap obat atau menunjukkan pentingnya berbagai penyebab.

Pengobatan Inkontinensia Urine

  • Pengobatan penyebab spesifik

  • Kadang-kadang obat untuk mengobati jenis inkontinensia tertentu

  • Langkah umum untuk mengurangi ketidaknyamanan inkontinensia

Penyebab khusus inkontinensia sering kali dapat diobati. Ada juga langkah-langkah umum yang mungkin disarankan dokter kepada semua orang untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat inkontinensia.

Ketika obat menyebabkan masalah, dokter mungkin dapat mengalihkan orang tersebut ke obat yang berbeda atau mengubah jadwal pemberian dosis untuk memberikan kelegaan (misalnya, dosis diuretik dapat diatur waktunya hingga berada di dekat kamar mandi dekat saat efek obat terjadi). Namun demikian, orang tersebut harus berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum berhenti minum obat atau mengubah jumlah atau jadwal pemberian dosis.

Obat-obatan sering kali berguna untuk beberapa jenis inkontinensia, tetapi harus sebagai pelengkap, alih-alih menggantikan langkah-langkah umum. Obat-obatan meliputi obat yang merelaksasi otot dinding kandung kemih dan yang meningkatkan tonus sfingter. Obat-obatan yang merelaksasi sfingter urine dapat digunakan untuk mengobati obstruksi saluran keluar pada laki-laki dengan inkontinensia mendesak atau luapan.

Tindakan umum

Terlepas dari jenis dan penyebab inkontinensia, beberapa tindakan umum biasanya bermanfaat.

  • Memodifikasi asupan cairan

  • Latihan kandung kemih

  • Latihan otot panggul

Asupan cairan dapat dibatasi pada waktu tertentu (misalnya, sebelum pergi keluar atau 3 hingga 4 jam sebelum tidur). Dokter mungkin menyarankan agar orang tersebut menghindari cairan yang mengiritasi kandung kemih (seperti cairan yang mengandung kafein). Namun, orang harus minum 48 hingga 64 oz (1500 hingga 2000 mL) cairan sehari karena urine yang pekat dapat mengiritasi kandung kemih.

Latihan kandung kemih adalah teknik yang mengharuskan orang tersebut mengikuti jadwal tetap untuk buang air kecil saat terjaga. Dokter bekerja sama dengan orang tersebut untuk menetapkan jadwal buang air kecil setiap 2 hingga 3 jam dan menekan keinginan untuk buang air kecil di lain waktu (misalnya, dengan relaksasi dan menarik napas dalam). Setelah orang tersebut menjadi lebih mampu menekan keinginan untuk berkemih, intervalnya akan diperpanjang secara bertahap. Teknik serupa, yang disebut pengosongan yang diminta, dapat digunakan oleh orang yang merawat orang yang menderita demensia atau masalah kognitif lainnya. Dalam hal ini, orang tersebut ditanya apakah mereka perlu buang air kecil dan apakah mereka basah atau kering pada interval tertentu.

Latihan otot panggul (latihan Kegel) sering kali efektif, terutama untuk inkontinensia stres. Orang tersebut harus yakin untuk melatih otot yang tepat, otot di sekitar uretra dan rektum yang menghentikan aliran urine. Otot diremas dengan rapat selama 1 hingga 2 detik dan kemudian dilonggarkan selama sekitar 10 detik. Latihan diulang sekitar 10 kali tiga kali setiap hari. Orang tersebut secara bertahap dapat meningkatkan waktu otot pengencangan sampai kontraksi berhasil ditahan selama sekitar 10 detik setiap kali. Mengingat sulitnya untuk belajar mengontrol otot yang benar, dokter mungkin perlu memberikan instruksi atau merekomendasikan penggunaan biofeedback atau stimulasi listrik (versi elektronik dari latihan dasar panggul di mana arus listrik digunakan untuk menstimulasi otot yang benar).

Tabel
Tabel

Inkontinensia mendesak

Tujuannya adalah mengendurkan otot dinding kandung kemih. Latihan kandung kemih, latihan Kegel, dan teknik relaksasi dicoba terlebih dahulu. Biofeedback juga dapat dicoba. Dengan keinginan untuk berkemih, orang tersebut dapat mencoba bersantai, berdiri di tempatnya atau duduk, atau mengencangkan otot panggul. Obat yang paling sering digunakan adalah oksibutinin dan tolterodin. Oksibutinin tersedia dalam bentuk koyo atau gel dan juga pil. Obat-obatan yang lebih baru meliputi mirabegron, vibegron, fesoterodin, solifenasin, darifenasin, dan trospium.

Jika pengobatan lain tidak efektif untuk inkontinensia urine, pengobatan lebih lanjut dapat dicoba, seperti stimulasi listrik lembut pada saraf sakral dengan alat yang mirip dengan alat pacu jantung, memasukkan bahan kimia ke dalam kandung kemih (jika penyebabnya adalah gangguan sumsum tulang belakang atau otak), atau, yang jarang terjadi, pembedahan.

Inkontinensia stres

Pengobatan biasanya dimulai dengan latihan kandung kemih dan latihan Kegel. Menghindari tekanan fisik yang menyebabkan pengeluaran urine (misalnya pengangkatan beban berat) dan penurunan berat badan dapat membantu mengendalikan inkontinensia. Pseudoefedrin dapat berguna pada perempuan dengan inkompetensi saluran keluar kandung kemih. Imipramin dapat digunakan untuk mengatasi campuran antara inkontinensia stres dan inkontinensia mendesak atau untuk salah satunya secara terpisah. Duloksetin juga digunakan untuk inkontinensia stres. Jika inkontinensia stres disebabkan oleh uretritis atrofik atau vaginitis, krim estrogen sering kali efektif. Untuk orang-orang yang mengalami inkontinensia stres, sering buang air kecil untuk menghindari kandung kemih penuh sering kali membantu.

Untuk inkontinensia stres yang tidak dikurangi dengan obat-obatan dan tindakan perilaku, pembedahan atau perangkat seperti pesari mungkin berguna. Prosedur tali penggantung vagina menciptakan tempat tidur gantung untuk membantu mencegah uretra terbuka selama batuk, bersin, atau tertawa. Umumnya, tali penggantung dibuat dari jaring sintetis. Implan jaring efektif, tetapi beberapa orang yang menggunakan implan jaring mengalami komplikasi serius. Sebagai alternatif, dokter dapat membuat gendongan dengan menggunakan jaringan dari dinding perut atau kaki. Pada pria dengan inkontinensia stres, tali penggantung jaring atau implan sfingter urine buatan dapat ditempatkan di sekitar uretra untuk mencegah kebocoran urine.

Inkontinensia luapan

Pengobatan bergantung pada apakah penyebabnya adalah obstruksi saluran keluar kandung kemih, otot dinding kandung kemih lemah, atau keduanya. Untuk inkontinensia luapan yang disebabkan oleh obstruksi saluran keluar kandung kemih, pengobatan spesifik dapat membantu meredakan obstruksi (misalnya, pembedahan atau obat-obatan untuk penyakit prostat, pembedahan untuk sistokel, dan dilatasi atau pemasangan stent untuk penyempitan uretra).

Untuk inkontinensia luapan yang disebabkan oleh otot dinding kandung kemih yang lemah, pengobatan dapat mencakup pengurangan jumlah urine dalam kandung kemih dengan pemasangan kateter kandung kemih secara intermiten atau, yang jarang terjadi, pemasangan kateter yang terus-menerus di dalam kandung kemih. Tujuannya adalah mengurangi ukuran kandung kemih, sehingga memungkinkan dinding kandung kemih mendapatkan kembali kapasitasnya untuk mencegahnya meluap. Tindakan lain dapat membantu mengosongkan kandung kemih setelah berkemih. Ini dapat meliputi mencoba untuk buang air kecil lagi setelah buang air kecil berakhir (disebut berkemih ganda), menahan hingga akhir buang air kecil, dan/atau menekan perut bagian bawah pada akhir buang air kecil. Kadang-kadang, stimulasi listrik dapat digunakan untuk membantu mengosongkan kandung kemih dengan lebih lengkap.

Penting untuk Lansia: Inkontinensia Urine

Meskipun inkontinensia lebih umum terjadi pada lansia, hal ini bukan bagian normal dari penuaan.

Dengan bertambahnya usia, kapasitas kandung kemih menurun, kemampuan untuk menunda penurunan buang air kecil, kontraksi kandung kemih yang tidak disengaja lebih sering terjadi, dan kontraksi kandung kemih melemah. Dengan demikian, buang air kecil menjadi lebih sulit untuk ditunda dan cenderung tidak lengkap. Otot, ligamen, dan jaringan ikat panggul melemah, yang berkontribusi pada inkontinensia. Pada perempuan pascamenopause, penurunan kadar estrogen menyebabkan uretritis atrofik dan vaginitis atrofik dan untuk menurunkan kekuatan sfingter uretra. Pada laki-laki, ukuran prostat meningkat, sebagian menghalangi uretra dan menyebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna dan ketegangan pada otot kandung kemih. Perubahan ini terjadi pada banyak orang lanjut usia yang normal dan dapat mempermudah terjadinya inkontinensia tetapi tidak menyebabkannya.

Inkontinensia sangat mengurangi kualitas hidup, menyebabkan rasa malu, isolasi, dan depresi. Inkontinensia sering kali menjadi alasan orang lanjut usia membutuhkan perawatan di fasilitas perawatan jangka panjang. Urine mengiritasi kulit, berkontribusi pada pembentukan luka tekan pada orang yang terbaring di tempat tidur atau di kursi. Lansia dengan inkontinensia mendesak mengalami peningkatan risiko jatuh dan patah tulang saat mereka bergegas ke toilet.

Obat yang paling efektif untuk berbagai jenis inkontinensia memiliki efek antikolinergik (lihat bilah samping Antikolinergik: Apa Artinya?). Efek ini, seperti konstipasi, mulut kering, penglihatan kabur, dan terkadang bahkan kebingungan, dapat sangat mengganggu pada lansia.

Poin-poin Penting

  • Inkontinensia umum terjadi dan dapat sangat mengurangi kualitas hidup seseorang, sehingga orang tersebut harus dievaluasi oleh dokter.

  • Meskipun inkontinensia lebih umum terjadi pada lansia, hal ini bukan konsekuensi normal dari penuaan.

  • Beberapa penyebab dapat dipulihkan, meskipun sudah berlangsung lama.

Informasi Lebih Lanjut

Sumber daya berbahasa Inggris berikut ini mungkin berguna. Harap diperhatikan bahwa MANUAL ini tidak bertanggung jawab atas konten sumber daya ini.

  1. National Association for Continence: Comprehensive incontinence education and support tools and resources for patients, caregivers, and professionals

  2. The Simon Foundation for Continence: Access to innovative educational projects for people with loss of bladder and bowel control

  3. Urology Care Foundation: Informasi kesehatan urologi terkini dan komprehensif, termasuk majalah pasien (Urology Health extra®) dan pembaruan penelitian

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!