Hiperplasia Prostat jinak

(Hipertrofi Prostat jinak)

OlehLori Lerner, MD, Boston University School of Medicine
Ditinjau OlehLeonard G. Gomella, MD, Sidney Kimmel Medical College at Thomas Jefferson University
Ditinjau/Direvisi Dimodifikasi Feb 2025
v800714_id

Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat nonkanker (jinak) yang dapat menyulitkan buang air kecil.

  • Kelenjar prostat membesar seiring usia pria.

  • Pria mungkin mengalami kesulitan buang air kecil dan merasa perlu lebih sering dan lebih mendesak untuk buang air kecil.

  • Biasanya, diagnosis didasarkan pada hasil pemeriksaan rektal, tetapi sampel darah dapat diambil untuk memeriksa adanya kanker prostat.

  • Jika diperlukan, digunakan obat-obatan untuk merelaksasi otot-otot prostat dan kandung kemih (seperti terazosin) atau untuk mengecilkan prostat (seperti finasteride), tetapi terkadang perlu pembedahan.

Prostat adalah kelenjar pada pria yang terletak tepat di bawah kandung kemih dan mengelilingi uretra. Kelenjar ini, bersama dengan vesikula seminalis di dekatnya, menghasilkan banyak cairan yang membentuk ejakulat (air mani). Prostat berukuran sebesar kenari pada pria muda tetapi membesar seiring bertambahnya usia. 

Ketika prostat membesar, prostat secara bertahap akan menekan uretra dan menghalangi aliran urine (obstruksi urine). Saat pria penderita BPH buang air kecil, kandung kemih mungkin tidak sepenuhnya kosong. Akibatnya, urine terjebak di dalam kandung kemih, hingga membuat pria rentan terhadap infeksi saluran kemih (ISK) dan batu kandung kemih. Penyumbatan yang berkepanjangan dapat melemahkan kandung kemih dan pada akhirnya merusak ginjal.

Organ Reproduksi Laki-laki

Penyebab BPH

Hiperplasia prostat jinak (BPH) menjadi semakin umum terjadi seiring bertambahnya usia pria, terutama setelah usia 50 tahun. Penyebab pastinya tidak diketahui tetapi mungkin melibatkan perubahan yang disebabkan oleh hormon, termasuk testosteron dan khususnya dihidrotestosteron (hormon yang terkait dengan testosteron).

Obat-obatan seperti antihistamin dan dekongestan hirup yang dijual bebas dapat meningkatkan resistansi terhadap aliran urine atau mengurangi kemampuan kandung kemih untuk berkontraksi, sehingga menyebabkan penyumbatan sementara aliran urine yang keluar dari kandung kemih pada pria dengan BPH.

Gejala BPH

Gejala awal hiperplasia prostat jinak (BPH) timbul ketika prostat yang membesar mulai menghalangi aliran urine. Penyedia layanan kesehatan terkadang menggunakan istilah gejala saluran kemih bagian bawah untuk menggambarkan kombinasi gejala yang dapat ditimbulkan oleh BPH. Pada awalnya, pria mungkin mulai mengalami kesulitan buang air kecil. Buang air kecil mungkin juga terasa tidak selesai. Kandung kemih tidak sepenuhnya kosong, oleh karena itu pria harus lebih sering buang air kecil, sering kali di malam hari (nokturia). Selain itu, kebutuhan untuk buang air kecil juga terasa lebih mendesak. Volume dan kekuatan aliran kemih dapat berkurang drastis, dan urine mungkin menetes di akhir buang air kecil.

Gejala gangguan saluran kemih bagian bawah pada hiperplasia prostat jinak (BPH) juga dapat disebabkan oleh gangguan lain, seperti infeksi, kanker prostat, dan kandung kemih yang terlalu aktif. 

Komplikasi

Masalah lain dapat terjadi akibat pembesaran prostat, tetapi masalah ini hanya memengaruhi sejumlah kecil pria dengan BPH. Penyumbatan aliran urine yang disertai tertahannya sejumlah urine dalam kandung kemih dapat meningkatkan tekanan dalam kandung kemih dan membatasi aliran urine dari ginjal, sehingga meningkatkan tekanan pada ginjal. Peningkatan tekanan ini dapat menghambat fungsi ginjal, meskipun umumnya efek tersebut bersifat sementara jika penyumbatan dilepaskan lebih awal.

Jika penyumbatan berlanjut, kandung kemih dapat melebar, hingga mengakibatkan inkontinensia dengan aliran urine yang berlebihan. Saat kandung kemih meregang, pembuluh darah kecil di dalam kandung kemih dan uretra juga ikut meregang. Terkadang pembuluh darah ini bisa pecah ketika pria mengejan untuk buang air kecil, dan menyebabkan darah bercampur dengan urine.

Aliran urine yang keluar dari kandung kemih dapat terhalang sepenuhnya (retensi urine), sehingga mengakibatkan susah buang air kecil dan biasanya menimbulkan rasa penuh dan nyeri hebat di perut bagian bawah. Namun demikian, terkadang penyumbatan urine muncul dengan gejala yang minim atau tanpa gejala sama sekali hingga penyumbatan tersebut semakin parah. Retensi urine dapat dipicu oleh kondisi berikut:

  • Kurang bergerak (misalnya, saat beristirahat)

  • Terpapar suhu dingin

  • Menunda buang air kecil dalam waktu yang lama

  • Mengkonsumsi pereda nyeri, alkohol, amfetamin, kokaina, opioid, atau obat-obatan tertentu dengan efek antikolinergik (lihat tabel samping Antikolinergik: Apa Artinya?) seperti antihistamin dan dekongestan serta beberapa antidepresan

Apa yang Terjadi Saat Kelenjar Prostat Membesar?

Pada hiperplasia prostat jinak, kelenjar prostat membesar. Biasanya seukuran kenari, kelenjar prostat dapat menjadi sebesar bola tenis. Kelenjar prostat yang membesar akan menekan uretra, yang membawa urine keluar dari tubuh. Akibatnya, aliran urine akan melambat.

Diagnosis BPH

  • Pemeriksaan rektal

  • Terkadang uroflowmetri

  • Terkadang biopsi atau pencitraan resonansi magnetik (MRI)

Dengan meraba prostat selama pemeriksaan rektal, biasanya dokter dapat menilai apakah prostat membesar. Dokter memasukkan jari yang sudah dilapisi sarung tangan dan berpelumas ke dalam rektum. Prostat dapat dirasakan tepat di depan rektum. Prostat yang terkena hiperplasia prostat jinak (BPH) akan terasa membesar, simetris, dan halus tetapi tidak terasa sakit saat disentuh. Area keras atau padat dapat mengindikasikan kanker prostat.

Sampel urine harus diperiksa (urinalisis) untuk memastikan tidak ada infeksi atau perdarahan. Ketika pemeriksaan menunjukkan adanya pembesaran prostat atau seorang pria memiliki gejala penyumbatan urine, dokter biasanya juga akan melakukan tes untuk mengukur kadar antigen spesifik prostat (PSA) dalam darah. Kadar PSA dapat meningkat pada pria dengan BPH dan juga pada pria dengan kanker prostat. Jika kadar PSA meningkat atau prostat terasa keras atau terdapat benjolan-benjolan saat disentuh, tes lain dapat diperlukan untuk menentukan ada tidaknya kanker.

Pria yang memiliki gejala penyumbatan urine akan diminta untuk buang air kecil ke dalam alat yang mengukur volume dan laju aliran urine (tes yang disebut uroflowmetri). Segera setelah uroflowmetri dilakukan, dokter akan melakukan pemeriksaan ultrasound pada kandung kemih untuk menentukan seberapa kosong kandung kemih setelah buang air kecil. Kedua tes ini membantu mendiagnosis keberadaan dan keparahan penyumbatan urine.

Jika dokter mencurigai adanya kanker prostat, mereka akan menggunakan ultrasound transrektal (transrectal ultrasound, TRUS) untuk membantu mengidentifikasi area yang paling mungkin terkena kanker dan menargetkannya untuk biopsi. Mengidentifikasi area ini tidak hanya meningkatkan peluang menemukan kanker, tetapi juga dapat mengurangi jumlah sampel yang diperlukan. Mengingat pengambilan jumlah sampel yang lebih tinggi dapat meningkatkan risiko infeksi, maka meminimalkan jumlah sampel yang diambil dapat membantu meminimalkan risiko infeksi.

Pada pria dengan kadar PSA yang tinggi atau meningkat, teknologi baru yang disebut MRI multiparametrik dapat digunakan untuk meningkatkan diagnosis dan pengobatan BPH serta mengesampingkan kanker prostat.

Terkadang, sistoskopi dilakukan untuk menyingkirkan faktor lain penyebab penyumbatan urine, seperti penyempitan atau striktur uretra, atau untuk membantu merencanakan pendekatan terbaik untuk pembedahan.

Pengobatan BPH

  • Obat-obatan

  • Terkadang pembedahan

  • Mengobati infeksi atau penyumbatan urine sebelum pengobatan hiperplasia prostat jinak (BPH)

BPH tidak memerlukan pengobatan kecuali jika menyebabkan komplikasi yang sangat mengganggu (seperti infeksi saluran kemih, gangguan fungsi ginjal, darah dalam urine, batu ginjal, atau penyumbatan urine). Obat-obatan yang dapat memperburuk gejala, seperti opioid, obat-obatan dengan efek antikolinergik (misalnya, beberapa antihistamin dan beberapa antidepresan), serta obat-obatan yang disebut simpatomimetik (termasuk beberapa obat pilek yang umum digunakan) harus dihentikan jika memungkinkan.

Obat-obatan

Obat-obatan biasanya dicoba terlebih dahulu. Penyekat alfa-adrenergik (seperti terazosin, doksazosin, tamsulosin, alfuzosin, atau silodosin) dapat merelaksasikan otot-otot tertentu pada prostat dan saluran keluar kandung kemih dan dapat meningkatkan aliran urine. Beberapa obat (seperti finasterida dan dutasterida) dapat menghalangi efek hormon pria yang bertanggung jawab atas pertumbuhan prostat, menyusutkan prostat, dan mencegah atau menunda kebutuhan untuk operasi atau pengobatan lainnya. Meskipun demikian, finasterida dan dutasterida mungkin perlu diminum selama 3 bulan atau lebih sebelum gejala mereda. Selain itu, sebagian pria yang meminum finasterida dan dutasterida tidak pernah merasakan meredanya gejala yang mereka alami. Sebagian pria diobati dengan menggunakan penyekat alfa-adrenergik plus finasterida atau dutasterida.

Banyak produk pendukung dan alternatif yang dijual bebas dipromosikan untuk pengobatan BPH, tetapi tidak ada yang terbukti efektif, termasuk saw palmetto.

Pria yang juga mengalami disfungsi ereksi (impoten) dapat diobati dengan tadalafil setiap hari karena obat ini dapat membantu meredakan disfungsi ereksi dan BPH.

Tindakan bedah

Jika obat-obatan tidak efektif, dapat dilakukan pembedahan. Pembedahan menawarkan penyembuhan yang lebih baik tetapi dapat meningkatkan komplikasi. Prosedur pembedahan yang paling umum digunakan adalah reseksi transuretral prostat (transurethral resection of the prostate, TURP), di mana dokter memasukkan endoskopi (slang berkamera) melalui uretra. Instrumen bedah yang digunakan untuk mengangkat sebagian prostat terpasang pada endoskopi. Terkadang laser digunakan selama TURP. TURP tidak melibatkan insisi kulit.

TURP dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi dan perdarahan. Selain itu, inkontinensia urine permanen terjadi pada sekitar 1 hingga 3% pria. Prosedur ini juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi permanen. Seberapa sering terjadi disfungsi ereksi tidak diketahui. Beberapa ahli memperkirakan sebanyak 35% pria yang mengalami TURP mengalami disfungsi ereksi, tetapi sebagian besar diperkirakan lebih rendah (5 sampai 10%). Setelah TURP, sebagian pria mengeluarkan air mani ke dalam uretra (disebut ejakulasi retrograde). Namun, kemajuan teknologi telah meningkatkan keamanan prosedur TURP.

Sekitar 10% pria yang menjalani TURP memerlukan pengulangan prosedur setelah 10 tahun karena prostat terus tumbuh. Ada kemungkinan TURP tidak dapat dilakukan jika prostat terlalu besar, dan dokter mungkin perlu melakukan prosedur bedah yang lebih invasif melalui sayatan di bagian bawah perut.

Insisi transuretral prostat (TUIP) merupakan prosedur bedah alternatif untuk mengobati BPH. Alih-alih mengangkat bagian prostat melalui endoskop seperti pada TURP, sayatan kecil dibuat di prostat dan area kandung kemih terdekat untuk meningkatkan aliran urine.

Pengobatan lainnya

Berbagai perawatan bedah alternatif menawarkan penyembuhan gejala yang lebih cepat daripada TURP. Namun demikian, risiko komplikasi lebih rendah dengan menggunakan pengobatan ini. Sebagian besar prosedur ini dilakukan dengan instrumen yang dimasukkan melalui uretra. Pengobatan ini menghancurkan jaringan prostat dengan

  • Gelombang panas mikro (termoterapi gelombang mikro transuretral atau hipertermia)

  • Jarum (ablasi jarum transuretral)

  • Gelombang frekuensi radio (penguapan dengan frekuensi radio)

  • Ultrasound (USG terfokus intensitas tinggi; tidak disetujui di Amerika Serikat untuk pengobatan BPH)

  • Penguapan listrik (elektrovaporisasi transuretral)

  • Laser (terapi laser)

  • Penyuntikan air panas bertekanan tinggi ke dalam prostat atau memasukkan alat melalui penis untuk membantu menyokong bagian dalam uretra

Masalah yang diakibatkan oleh penyumbatan urine mungkin memerlukan pengobatan sebelum BPH ditangani secara definitif. Retensi urine dapat diobati dengan menguras kandung kemih dengan kateter yang dimasukkan melalui uretra. Infeksi dapat diobati dengan antibiotik.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!