Toksoplasmosis

OlehChelsea Marie, PhD, University of Virginia;
William A. Petri, Jr, MD, PhD, University of Virginia School of Medicine
Ditinjau OlehChristina A. Muzny, MD, MSPH, Division of Infectious Diseases, University of Alabama at Birmingham
Ditinjau/Direvisi Dimodifikasi Mar 2023
v787304_id

Toksoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi terjadi ketika orang tanpa sadar menelan kista toksoplasma dari kotoran kucing atau memakan daging yang terkontaminasi. Biasanya, infeksi tidak menyebabkan gejala, tetapi beberapa orang mengalami pembengkakan kelenjar getah bening, demam, umumnya merasa kurang sehat yang tidak spesifik, dan terkadang nyeri tenggorokan atau penglihatan kabur dan nyeri mata. Pada orang dengan sistem imun yang melemah akibat AIDS atau kondisi lainnya, toksoplasmosis dapat mengalami reaktivasi, biasanya memengaruhi otak. Infeksi yang mengalami reaktivasi dapat menyebabkan kelemahan, kebingungan, kejang, atau koma atau menyebar ke seluruh tubuh. Perempuan hamil dapat menularkan infeksi ke janin (disebut infeksi kongenital), dan bayi yang terinfeksi dapat mengalami cacat lahir, kehilangan penglihatan, kejang, cacat intelektual, dan kelainan lainnya.

  • Manusia dapat terjangkit infeksi melalui perpindahan telur parasit dari benda yang terkontaminasi kotoran kucing yang terinfeksi ke mulut atau dengan memakan makanan yang terkontaminasi.

  • Sebagian besar infeksi menyebabkan sedikit atau tidak ada gejala.

  • Perempuan yang terinfeksi selama kehamilan dapat menularkan parasit tersebut ke janin, terkadang menyebabkan keguguran, bayi lahir mati, atau masalah serius pada bayi.

  • Biasanya, hanya orang-orang dengan sistem imun yang melemah yang mengalami gejala berat, umumnya akibat peradangan otak (ensefalitis), yang dapat menyebabkan kelemahan pada satu sisi tubuh, kebingungan, atau koma.

  • Yang lebih jarang terjadi, organ lain terdampak pada orang dengan sistem imun yang melemah.

  • Dokter biasanya mendiagnosis infeksi dengan melakukan tes darah yang mendeteksi antibodi terhadap parasit.

  • Sebagian besar orang sehat yang menderita toksoplasmosis tidak memerlukan pengobatan, tetapi orang dewasa dengan infeksi yang melibatkan mata, gejala berat atau menetap, atau sistem imun yang melemah, dan perempuan hamil, serta bayi baru lahir dengan infeksi kongenital harus menerima pengobatan.

  • Orang dengan AIDS atau kondisi lain yang melemahkan sistem imun menjalani pengobatan hingga penyakit tersebut terkendali dan kemudian diberi terapi preventif sampai defisiensi imun mereka dibalik oleh terapi antiretroviral (bagi mereka yang menderita AIDS) atau tindakan lainnya.

  • Memasak daging secara menyeluruh atau membekukannya dan mencuci tangan secara menyeluruh setelah memegang daging mentah, tanah, atau kotoran kucing membantu mencegah penyebaran infeksi.

(Lihat juga Gambaran Umum Infeksi Parasit.)

Toxoplasma gondii adalah protozoa (organisme menular bersel tunggal) yang ada di seluruh dunia di mana pun kucing berada. Parasit tersebut menginfeksi sejumlah besar hewan serta manusia. Banyak orang di Amerika Serikat telah terinfeksi, meskipun hanya sedikit yang mengalami gejala. Infeksi berat biasanya terjadi hanya pada janin dan orang dengan gangguan yang melemahkan sistem imun (seperti AIDS atau kanker), atau yang menggunakan obat-obatan yang menekan sistem imun (imunosupresan), terutama yang digunakan untuk menekan penolakan transplantasi organ (lihat tabel Gangguan yang Dapat Menyebabkan Imunodefisiensi dan Beberapa Obat yang Dapat Menyebabkan Imunodefisiensi).

Tahukah Anda...

  • Perempuan hamil dapat terinfeksi parasit toksoplasmosis akibat terpapar makanan yang terinfeksi atau kotoran kucing, dan hal ini dapat menular kepada janin dan menyebabkan keguguran, bayi lahir mati, atau masalah serius pada bayi.

Meskipun parasit ini dapat tumbuh dalam jaringan banyak hewan, ia memproduksi telur (ookista) hanya dalam sel yang melapisi usus kucing. Telur dikeluarkan bersama kotoran kucing dan, setelah 1 hingga 5 hari, dapat menyebabkan infeksi. Telur di dalam tanah dapat menyebabkan infeksi selama berbulan-bulan. Burung liar, hewan pengerat, rusa, dan banyak hewan domestik (terutama babi dan domba) dapat menelan telur dalam makanan atau tanah yang terkontaminasi kotoran kucing. Telur melepaskan bentuk parasit yang disebut takizoit. Takizoit menyebar di jaringan hewan dan pada akhirnya membentuk kista.

Siklus Hidup Toxoplasma gondii

  1. 1a. Telur Toxoplasma dilepaskan bersama kotoran kucing. Banyak telur yang dikeluarkan, tetapi biasanya hanya selama 1 hingga 2 minggu. Setelah 1 hingga 5 hari di lingkungan sekitar, telur mulai dapat menyebabkan infeksi.

  2. 1b. Kucing dapat terinfeksi kembali dengan mengonsumsi makanan atau bahan lain yang terkontaminasi telur.

  3. 2. Hewan lain (seperti burung liar, hewan pengerat, rusa, babi, dan domba) dapat mengonsumsi telur dalam tanah, air, bahan tanaman, atau kotoran kucing yang terkontaminasi dan terinfeksi.

  4. 3. Segera setelah telur dikonsumsi, telur melepaskan bentuk parasit yang dapat bergerak (disebut takizoit).

  5. 4. Takizoit menyebar ke seluruh tubuh hewan dan membentuk kista pada saraf dan jaringan otot.

  6. 5. Kucing terinfeksi setelah memakan hewan yang mengandung kista ini.

  7. 6a. Orang dapat terinfeksi dengan mengonsumsi daging kurang matang yang mengandung kista ini.

  8. 6b. Orang juga dapat terinfeksi jika mereka mengonsumsi makanan, air, atau bahan lainnya (seperti tanah) yang terkontaminasi kotoran kucing atau ketika mereka menyentuh pasir kotoran kucing dan kemudian menyentuh mulut mereka.

  9. 7. Jarang seseorang terinfeksi ketika menjalani transfusi darah atau transplantasi organ yang mengandung parasit tersebut.

  10. 8. Jarang terjadi infeksi dari ibu ke janin.

  11. 9. Pada manusia, parasit membentuk kista di jaringan, biasanya di otot dan jantung, otak, dan mata. Kista dapat tetap ada selama sisa hidup orang tersebut tanpa menimbulkan gejala. Mereka dapat menjadi aktif dan menimbulkan gejala jika sistem imun seseorang melemah akibat gangguan atau pengobatan.

Penularan Toksoplasmosis

Orang dapat mengalami toksoplasmosis dengan beberapa cara:

  • Mengonsumsi makanan, air, atau bahan lainnya (seperti tanah) yang terkontaminasi kotoran kucing yang mengandung telur Toksoplasma

  • Mengonsumsi daging yang mengandung kista Toksoplasma

  • Disebarkan dari ibu yang baru terinfeksi ke janin

  • Jarang transfusi darah atau transplantasi organ yang mengandung mengandung parasit.

Seseorang dapat menelan telur Toxoplasma setelah menyentuh kotoran kucing, tanah, atau benda lain yang terkontaminasi, lalu menyentuh mulut atau memegang dan menyantap makanan tanpa mencuci tangan. Orang mungkin menelan kista saat mereka mengonsumsi daging mentah atau kurang matang (biasanya daging babi atau domba) dari hewan yang terinfeksi.

Parasit jarang ditularkan melalui transfusi darah atau oleh organ yang ditransplantasikan dari orang yang terinfeksi.

Toksoplasmosis selama kehamilan

Perempuan yang terjangkit infeksi selama kehamilan dapat menularkan Toxoplasma gondii ke janinnya melalui plasenta. Infeksi menjadi lebih parah jika janin terinfeksi pada awal kehamilan. Kondisi ini dapat menyebabkan janin tumbuh lambat, kelahiran prematur, keguguran, bayi lahir mati, atau bayi yang lahir dengan cacat lahir. Toksoplasmosis bawaan dapat menyebabkan masalah penglihatan, kejang, dan disabilitas intelektual di kemudian hari.

Seorang perempuan yang terinfeksi sebelum kehamilan tidak menularkan parasit tersebut ke janinnya kecuali jika sistem imunnya telah melemah (misalnya karena infeksi HIV), sehingga terjadi reaktivasi infeksi.

Toksoplasmosis pada orang dengan sistem imun yang melemah

Orang dengan sistem imun yang melemah, terutama mereka yang menderita AIDS atau kanker atau yang meminum obat untuk menekan penolakan transplantasi organ, secara khusus berisiko mengalami toksoplasmosis. Jika mereka pernah terinfeksi di masa lalu, mengalami gangguan yang melemahkan sistem imun atau meminum obat yang menekan sistem imun (imunosupresan) dapat menyebabkan infeksi aktif kembali.

Reaktivasi infeksi kemungkinan besar terjadi di otak, tetapi dapat memengaruhi mata atau menyebar ke seluruh tubuh (diseminata).

Pada orang dengan sistem imun yang melemah, toksoplasmosis sangat serius dan dapat berakibat fatal jika tidak diobati.

Gejala Toksoplasmosis

Sebagian besar orang dengan sistem imun yang sehat mengalami sedikit atau tidak ada gejala toksoplasmosis dan pulih sepenuhnya. Sekitar 10 hingga 20% dari orang-orang ini mengalami pembengkakan kelenjar getah bening tanpa rasa sakit. Sebagian dari orang-orang ini juga mengalami demam ringan sesekali waktu, umumnya merasa kurang sehat yang tidak spesifik, nyeri otot, dan terkadang nyeri tenggorokan. Gejala akan hilang dengan sendirinya, biasanya setelah beberapa minggu.

Toksoplasmosis bawaan

Anak-anak yang lahir dengan toksoplasmosis bawaan dapat mengalami sakit parah dan meninggal sebelum atau segera setelah lahir, atau mereka mungkin mengalami cacat lahir. Beberapa orang tidak pernah jatuh sakit. Lainnya tampak sehat pada awalnya tetapi mengalami gejala (seperti kejang, disabilitas intelektual, atau masalah penglihatan) beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun kemudian.

Gejala umum pada bayi baru lahir dapat meliputi

Korioretinitis dapat menyebabkan penglihatan kabur, nyeri mata, sensitivitas terhadap cahaya, dan kebutaan.

Gejala pada orang dengan sistem imun yang melemah

Gejala Toksoplasmosis pada orang dengan sistem imun yang melemah bergantung pada lokasi infeksi, seperti pada hal berikut:

  • Toksoplasmosis otak (ensefalitis): Gejala seperti kelemahan pada satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, masalah penglihatan, sakit kepala, kebingungan, kejang, dan koma

  • Toksoplasmosis yang telah menyebar ke seluruh tubuh (toksoplasmosis diseminata akut): Ruam, demam, menggigil, kesulitan bernapas, dan kelelahan

Pada beberapa orang (biasanya mereka yang memiliki sistem imun yang sangat melemah), toksoplasmosis menyebabkan peradangan paru (pneumonitis), jantung (miokarditis), atau, yang jarang terjadi, peradangan hati (hepatitis). Organ yang terpengaruh dapat berhenti berfungsi secara memadai (disebut kegagalan organ). Tanpa pengobatan, jenis toksoplasmosis ini biasanya berakibat fatal.

Diagnosis Toksoplasmosis

  • Tes darah untuk mendeteksi antibodi terhadap parasit

  • Jika otak terpengaruh, dilakukan tomografi terkomputasi atau pencitraan resonansi magnetik, diikuti dengan pungsi lumbal

  • Jaringan dari otak atau organ lain yang terpengaruh diperiksa secara mikroskopis dan dites untuk untuk melihat adanya DNA parasit

Diagnosis toksoplasmosis biasanya didasarkan pada tes darah yang mendeteksi antibodi terhadap parasit. (Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem imun untuk membantu melindungi tubuh dari serangan, termasuk serangan parasit.) Tes darah dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi baru.

Dokter dapat melakukan tes darah ini pada orang-orang yang memiliki sistem imun yang melemah tetapi tidak menunjukkan gejala toksoplasmosis. Tes ini dilakukan untuk mencari bukti adanya infeksi sebelumnya, yang dapat mengalami reaktivasi jika sistem imun mereka melemah lebih jauh. Meskipun demikian, jika sistem imun orang tersebut terganggu oleh AIDS, tes darah mungkin menunjukkan tidak ada infeksi sekalipun sebenarnya ada (hasil negatif palsu).

Kadang-kadang tes untuk memeriksa materi genetik (DNA) parasit juga dilakukan pada sampel darah, jaringan dari biopsi, atau cairan serebrospinal (cairan yang mengelilingi otak atau sumsum tulang belakang) yang diperoleh dari prosedur pungsi lumbal.

Jika orang melaporkan masalah mata, dokter akan memeriksa kerusakan yang biasanya disebabkan oleh toksoplasmosis dan melakukan tes darah untuk memeriksa antibodi terhadap parasit.

Untuk menentukan bahwa janin sudah terinfeksi, dokter dapat mengambil sampel cairan di sekitar janin (cairan ketuban) untuk dianalisis (prosedur disebut amniosentesis). Cairan dites untuk mengetahui adanya antibodi terhadap parasit dan materi genetik parasit. Karena sulit mendiagnosis toksoplasmosis selama kehamilan atau pada janin atau bayi baru lahir, dokter sering kali berkonsultasi dengan ahli.

Jika diduga terjadi toksoplasmosis pada otak, maka akan dilakukan tomografi terkomputasi (CT) dan pencitraan resonansi magnetik (MRI), biasanya dilanjutkan dengan pungsi lumbal untuk mendapatkan sampel cairan serebrospinal untuk kemudian diuji. Yang lebih jarang dilakukan, sepotong jaringan otak yang terinfeksi diambil dan diperiksa di bawah mikroskop untuk mengidentifikasi parasit dan dites untuk mengetahui adanya materi genetik (DNA) parasit.

Pengobatan Toksoplasmosis

  • Pirimetamin dan sulfadiazin, klindamisin, atau atovaquone, plus leukovorin; atau sebagai alternatif, trimetoprim-sulfametoksazol

  • Untuk infeksi mata, obat-obatan yang efektif melawan toksoplasmosis dan kortikosteroid

Sebagian besar orang yang terinfeksi tanpa gejala dan dengan sistem imun yang sehat tidak memerlukan pengobatan.

Orang dengan gejala toksoplasmosis dapat diobati dengan pirimetamin, sulfadiazin, dan leukovorin. Leukovorin diberikan untuk membantu melindungi terhadap penurunan produksi sel darah pada sumsum tulang, yang merupakan efek samping dari pirimetamin. Jika orang tidak dapat meminum sulfadiazin, klindamisin, atau atovaquone dapat digunakan sebagai gantinya. Jika pirimetamin tidak tersedia, digunakan trimetoprim-sulfametoksazol.

Jika seseorang memiliki sistem imun yang sehat, mereka biasanya diobati selama beberapa minggu.

Orang dengan AIDS atau kondisi lain yang melemahkan sistem imun akan diberi obat yang sama tetapi akan diobati lebih lama (biasanya selama setidaknya 6 minggu) sampai semua tanda-tanda infeksi hilang. Kekambuhan banyak terjadi, dan ada beberapa opsi untuk terapi pemeliharaan kronis, yang dilanjutkan sampai sistem imun mereka membaik.

Pada penderita AIDS, toksoplasmosis cenderung kambuh, sehingga obat-obatan untuk mengendalikan toksoplasmosis dilanjutkan tanpa batas waktu kecuali jika sistem imun membaik (ditunjukkan dengan peningkatan jumlah CD4 hingga tingkat yang dapat diterima). Dokter memastikan penggunaan obat-obatan antiretroviral yang paling efektif.

Orang dengan infeksi mata dapat diberi pirimetamin plus sulfadiazin (atau klindamisin) plus leukovorin. Trimetoprim-sulfametoksazol merupakan alternatif. Prednison atau kortikosteroid lainnya biasanya diberikan secara bersamaan untuk mengurangi peradangan di dalam mata.

Perempuan yang menderita toksoplasmosis selama kehamilan harus mengunjungi dokter dengan spesialisasi toksoplasmosis selama kehamilan. Pilihan obat-obatannya rumit dan bergantung pada kapan perempuan hamil terjangkit infeksi (pada trimester berapa) dan apakah janin sudah terinfeksi. Pirimetamin dapat menyebabkan cacat lahir dan tidak digunakan selama trimester pertama kehamilan. Spiramisin (antibiotik) dapat digunakan selama trimester pertama untuk membantu mencegah penyebaran toksoplasmosis dari ibu kepada janin. Spiramisin tidak tersedia secara komersial di Amerika Serikat.

Bayi baru lahir yang terinfeksi sebelum kelahiran biasanya diberi pirimetamin, sulfadiazin, dan leukovorin selama satu tahun setelah kelahiran.

Tahukah Anda...

  • Perempuan hamil harus menghindari infeksi toksoplasmosis dengan mencuci tangan, hanya makan daging dan makanan laut yang dimasak hingga benar-benar matang, menghindari kontak dengan kotoran kucing, dan mengenakan sarung tangan saat berkebun.

Pencegahan Toksoplasmosis

Perempuan hamil harus menghindari kontak dengan kucing. Jika kontak tidak dapat dihindari, perempuan hamil setidaknya harus menghindari membersihkan kotak kotoran kucing atau mengenakan sarung tangan saat melakukannya. Sarung tangan juga harus dipakai saat berkebun untuk menghindari kontak dengan tanah.

Daging harus dimasak hingga benar-benar matang, hingga suhu 165 hingga 170 °F (74 hingga 77 °C), dan tangan harus dicuci sempurna setelah memegang daging mentah, tanah, atau pasir kotoran kucing.

Donor organ potensial harus menjalani tes untuk mencegah penyebaran parasit melalui organ transplantasi.

Trimetoprim-sulfametoksazol (antibiotik) dapat digunakan untuk mencegah reaktivasi toksoplasmosis pada orang-orang tertentu yang menderita AIDS atau kondisi lain yang menyebabkan melemahnya sistem imun. Orang yang tidak dapat meminum obat ini dapat diberi pirimetamin (obat antiprotozoa) ditambah sulfadiazin atau klindamisin (antibiotik). Opsi lainnya adalah atovaquone (obat antiprotozoa) dengan atau tanpa pirimetamin, atau dapson dengan pirimetamin. Karena pirimetamin dapat menurunkan produksi sel darah dalam sumsum tulang belakang, leukovorin (juga disebut asam folinat) diberikan bersamanya untuk membantu melindungi dari efek samping ini.

Orang dengan AIDS juga diberi obat-obatan antiretroviral, yang membantu memperkuat sistem imun dan mengurangi risiko reaktivasi toksoplasmosis.

Informasi Lebih Lanjut

Referensi berbahasa Inggris berikut ini mungkin akan berguna. Harap diperhatikan bahwa Manual ini tidak bertanggung jawab atas konten sumber daya ini.

  1. Centers for Disease Control and Prevention: Toksoplasmosis

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!