Gambaran Umum Transplantasi

OlehMartin Hertl, MD, PhD, Rush University Medical Center
Ditinjau OlehBrian F. Mandell, MD, PhD, Cleveland Clinic Lerner College of Medicine at Case Western Reserve University
Ditinjau/Direvisi Aug 2022 | Dimodifikasi Aug 2023
v780697_id

Transplantasi adalah tindakan pengangkatan sel, jaringan, atau organ hidup yang berfungsi dari tubuh dan kemudian memindahkannya kembali ke tubuh yang sama atau ke tubuh yang berbeda.

Jenis transplantasi yang paling umum adalah transfusi darah. Transfusi darah digunakan untuk mengobati jutaan orang setiap tahun. Biasanya, transplantasi mengacu pada transfer organ (transplantasi organ padat) atau jaringan.

Transplantasi dapat terdiri dari

  • Jaringan orang itu sendiri

  • Jaringan dari kembar identik, yang gennya sama persis dengan gen penerima

  • Jaringan dari seseorang yang gennya tidak sama persis dengan gen penerima

  • Jaringan dari spesies yang berbeda (seperti babi) namun jarang dilakukan

Jaringan yang ditransplantasikan dapat berupa

Transplantasi organ, tidak sama halnya dengan transfusi darah, melibatkan pembedahan besar, penggunaan obat untuk menekan sistem imun (imunosupresan, termasuk kortikosteroid), dan adanya kemungkinan infeksi, penolakan transplantasi, dan komplikasi serius lainnya, termasuk kematian. Namun, bagi orang-orang yang organ vitalnya mengalami kegagalan fungsi, transplantasi organ dapat menawarkan satu-satunya kesempatan untuk bertahan hidup.

Beberapa prosedur, seperti transplantasi tangan atau wajah, dapat sangat meningkatkan kualitas hidup seseorang tetapi tidak dilakukan untuk menyelamatkan nyawa. Prosedur ini memiliki risiko yang hampir sama dengan transplantasi organ. Tindakan ini sangat terspesialisasi dan jarang dilakukan tetapi tidak lagi dianggap eksperimental.

Donor Transplantasi

Donor jaringan atau organ dapat berupa

  • Orang yang hidup—baik ada hubungan dengan penerima maupun tidak

  • Orang yang baru saja meninggal (donor yang sudah meninggal)

Jaringan dan organ dari donor hidup lebih disukai karena biasanya lebih sehat. Sel punca (dari sumsum tulang, darah tali pusat, atau darah dari pembuluh vena) dan ginjal adalah jaringan yang paling sering disumbangkan oleh donor hidup. Biasanya, ginjal dapat didonorkan dengan aman karena tubuh memiliki dua ginjal dan dapat berfungsi dengan baik hanya dengan satu ginjal. Donor hidup juga dapat menyumbangkan hanya sebagian dari hati atau paru-paru atau pankreas. Organ dari donor hidup biasanya ditransplantasikan dalam beberapa menit setelah dipindahkan. Di Amerika Serikat, menerima pembayaran untuk mendonorkan organ dianggap ilegal, namun penggantian biaya sel dan jaringan diperbolehkan.

Beberapa organ, seperti jantung, jelas tidak dapat diambil dari donor hidup.

Organ dari donor yang sudah meninggal biasanya berasal dari orang yang sebelumnya setuju untuk mendonorkan organ. Di banyak negara bagian, orang dapat menunjukkan kesediaan mereka untuk menyumbangkan organ pada surat izin mengemudi mereka, meskipun anggota keluarga juga dimintai pendapat meskipun status donor disebutkan dalam surat izin mengemudi tersebut. Izin untuk donor juga dapat diperoleh dari anggota keluarga terdekat dari mendiang jika keinginan mendiang tidak diketahui. Pendonor yang meninggal dapat berupa orang sehat yang mengalami kecelakaan besar, serta mereka yang meninggal karena gangguan medis yang tidak memengaruhi organ yang didonorkan. Dokter tidak memperhitungkan potensi donasi organ saat memutuskan apakah akan merekomendasikan pencabutan alat penunjang kehidupan dari orang-orang yang sakit parah atau yang meninggal otak.

Satu donor yang telah meninggal dapat memberikan transplantasi kepada beberapa orang. Misalnya, satu donor dapat menyediakan dua kornea, satu pankreas, dua ginjal, dua segmen hati, dua paru-paru, usus halus, dan jantung. Saat seseorang meninggal, organ akan mengalami penurunan kualitas dengan cepat. Beberapa organ hanya bertahan beberapa jam di luar tubuh. Organ lain, jika dijaga agar tetap dingin, dapat bertahan beberapa hari.

Tahukah Anda...

  • Satu donor yang telah meninggal dapat memberikan dua kornea, satu pankreas, dua ginjal, dua segmen hati, usus halus, dua paru-paru, dan satu jantung.

Pencocokan dan Distribusi Organ

Di Amerika Serikat, sebuah organisasi nasional (United Network for Organ Sharing atau Persatuan Jaringan untuk Berbagi Organ) mencocokkan donor dan penerima untuk transplantasi melalui penggunaan database komputer. Database berisi semua orang yang berada dalam daftar tunggu transplantasi, beserta informasi tentang golongan darah dan jenis jaringan mereka, jarak dari rumah sakit donor, dan seberapa parah gangguan yang mereka alami. Informasi lain disertakan berdasarkan organ yang dibutuhkan seseorang. Ketika organ tersedia, informasi itu dimasukkan untuk menghasilkan kecocokan. Organ-organ kemudian didistribusikan setelah kriteria transplantasi jenis organ tertentu terpenuhi.

Skrining Pratransplantasi

Karena transplantasi agak berisiko dan organ donor terbilang langka, calon penerima harus menjalani skrining terhadap faktor-faktor yang dapat memengaruhi kemungkinan keberhasilan.

Pencocokan jaringan

Sistem imun biasanya menyerang jaringan asing, termasuk transplantasi. Reaksi ini disebut penolakan. Penolakan dipicu ketika sistem imun mengenali molekul tertentu pada permukaan sel sebagai benda asing. Molekul permukaan sel ini disebut antigen.

Untuk transfusi darah, penolakan relatif mudah dihindari karena sel darah merah hanya memiliki tiga antigen utama di permukaannya. Antigen ini menentukan golongan darah dan disebut A, B, dan Rh. Dokter melakukan tes untuk memastikan bahwa antigen dalam darah donor dan darah penerima sudah benar-benar cocok.

Namun, untuk transplantasi organ, banyak antigen yang terlibat. Antigen ini disebut antigen leukosit manusia (HLA), atau kompleks kompatibilitas utama (MHC). Antigen tersebut terdapat di permukaan setiap sel dalam tubuh. Setiap orang memiliki HLA unik, yang menentukan jenis jaringan. Idealnya, jenis jaringan donor harus sama persis dengan jenis jaringan penerima. Namun, kecocokan HLA yang sempurna sangat jarang terjadi, dan beberapa orang berada dalam kondisi sakit berat untuk dapat menunggu donor yang sangat kompatibel. Dalam kasus ini, dokter terkadang menggunakan jaringan donor yang tidak sama persis tetapi cukup cocok. Kecocokan HLA yang dekat antara donor dan penerima mengurangi kemungkinan dan keparahan penolakan dan memberikan hasil jangka panjang yang lebih baik. Meskipun demikian, karena terapi imunosupresan menjadi lebih efektif, keberhasilan transplantasi kurang dipengaruhi oleh derajat kecocokan.

Sebelum transplantasi, darah penerima diperiksa untuk mengetahui adanya antibodi terhadap jaringan donor. Tubuh mungkin telah memproduksi antibodi tersebut sebagai respons terhadap transfusi darah, transplantasi sebelumnya, atau kehamilan. Jika antibodi ini ada, transplantasi mungkin tidak dapat dilakukan karena penolakan yang parah akan segera terjadi. Pertukaran plasma dan globulin imun intravena (IVIG) telah digunakan untuk menghilangkan atau menekan antibodi dan dengan demikian memungkinkan dilakukannya transplantasi ketika kecocokan dekat tidak tersedia. (IVIG adalah antibodi yang diperoleh dari darah yang dikumpulkan dari orang-orang dengan sistem imun normal.)

Skrining donor

Skrining dilakukan terhadap donor untuk mengetahui adanya kanker dan infeksi, yang dapat ditransmisikan selama transplantasi. Dokter memeriksa adanya kanker pada donor dengan meninjau riwayat medis mereka secara menyeluruh dan memeriksa organ dengan cermat di ruang operasi pada saat pemulihan organ. Organ yang mengandung kanker jelas tidak digunakan untuk transplantasi. Keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan organ dari donor yang sebelumnya menderita kanker di organ lain didasarkan pada kemungkinan adanya sel-sel kanker atau telah menyebar ke organ yang ditransplantasikan.

Sebagian besar infeksi bakteri akan teramati oleh dokter berdasarkan kesehatan donor secara keseluruhan dan sering kali didiagnosis dan diobati bahkan sebelum keputusan untuk melakukan donor. Jika pengobatan sudah memadai, transplantasi organ aman dilakukan, meskipun penerima dapat diberikan pengobatan antibiotik tambahan.

Untuk mencegah penularan infeksi virus, yang sering kali tidak teramati dengan jelas, dokter biasanya melakukan tes darah donor untuk mengetahui adanya infeksi virus tertentu. Infeksi-infeksi ini termasuk yang disebabkan oleh sitomegalovirus (CMV), virus Epstein-Barr (EBV), virus hepatitis B dan C, virus imunodefisiensi manusia (HIV), dan virus limfotropik sel T manusia (HTLV). Beberapa infeksi virus pada donor, seperti infeksi HIV, menunjukkan bahwa transplantasi tidak dapat dilakukan kecuali infeksi tersebut dapat dikendalikan. Infeksi virus lainnya, seperti CMV dan EBV, dan baru-baru ini infeksi hepatitis C, tidak menghalangi transplantasi, tetapi penerima harus meminum obat antivirus sesudahnya.

Selain evaluasi kesehatan fisik yang lengkap, donor hidup juga menjalani evaluasi psikososial komprehensif untuk masalah kesehatan mental; merokok di masa lalu dan saat ini, penggunaan alkohol, atau penyalahgunaan narkoba; kemampuan untuk memahami risiko melakukan donor dan memberikan persetujuan setelah penjelasan tanpa paksaan; dan sumber daya dan dukungan yang cukup selama pemulihan.

Skrining terhadap penerima

Skrining juga dilakukan terhadap penerima untuk mengetahui adanya kanker dan infeksi, selain melakukan evaluasi terhadap kesehatan secara umum. Karena penerima transplantasi organ diberi imunosupresan dalam dosis tinggi pada saat transplantasi, maka penerima yang menderita infeksi atau kanker aktif tidak dapat menjalani transplantasi sampai kondisi ini terkendali atau sembuh. Mengonsumsi imunosupresan dapat memperburuk infeksi atau kanker.

Orang-orang dengan kesehatan keseluruhan yang buruk, infeksi virus tertentu, atau masalah medis lainnya selain malafungsi organ yang membutuhkan transplantasi cenderung tidak dapat menjalani transplantasi dengan baik. Keputusan untuk transplantasi didasarkan pada keadaan spesifik orang tersebut, termasuk usia.

Skrining psikososial dilakukan karena program pengobatan, terapi, dan kunjungan tindak lanjut seumur hidup yang perlu dilakukan untuk menjaga fungsi organ yang ditransplantasikan membutuhkan upaya lebih, dan tidak semua orang bersedia atau mampu untuk mematuhinya. Selain perawat dan dokter, psikiater dan pekerja sosial juga dilibatkan untuk membantu masyarakat dan keluarga mereka memahami komitmen jangka panjang dan kesulitan yang mungkin timbul dalam menerima transplantasi. Masukan semua orang penting dalam menentukan apakah transplantasi organ tepat untuk seseorang.

Penekanan Sistem Imun

Meskipun jenis jaringan sangat cocok, organ yang ditransplantasikan, tidak seperti halnya darah yang ditransfusikan, biasanya ditolak kecuali dilakukan tindakan untuk mencegah penolakan. Penolakan diakibatkan oleh serangan oleh sistem imun penerima pada organ yang ditransplantasikan, yang dikenali oleh sistem imun sebagai benda asing. Penolakan dapat bersifat ringan dan mudah dikendalikan atau berat, yang menyebabkan kerusakan organ yang ditransplantasikan.

Penolakan biasanya dapat dikontrol dengan obat-obatan yang disebut imunosupresan, yang menekan sistem imun dan kemampuan tubuh untuk mengenali dan menghancurkan zat asing. Dengan penggunaan imunosupresan, organ yang ditransplantasikan cenderung dapat bertahan.

Imunosupresan harus diminum tanpa batas waktu. Dosis tinggi biasanya hanya diperlukan selama beberapa minggu pertama setelah transplantasi atau selama terjadinya episode penolakan. Setelah itu, dosis yang lebih kecil biasanya dapat mencegah penolakan (disebut imunosupresi pemeliharaan). Dosis imunosupresan mungkin perlu dikurangi lebih lanjut jika penerima mengalami infeksi serius atau jika obat tersebut memiliki efek samping yang menyusahkan, tetapi mengurangi dosis imunosupresan dapat meningkatkan risiko penolakan.

Saat munculnya tanda penolakan pertama, dokter akan meningkatkan dosis imunosupresan, mengubah jenis imunosupresan, atau menambahkan imunosupresan lain.

Jenis imunosupresan yang berbeda menargetkan bagian sistem imun yang berbeda. Dengan demikian, beberapa obat dapat digunakan bersama-sama. Sebagian obat, seperti kortikosteroid, akan menekan sistem imun secara keseluruhan. Yang lainnya memiliki cara yang berbeda untuk menghambat produksi dan aktivitas sel darah putih. Sel darah putih membantu tubuh mengenali dan menghancurkan sel asing, termasuk sel dalam organ yang ditransplantasikan.

Tabel
Tabel

Kehamilan dan Transplantasi

Banyak imunosupresan yang tidak aman bagi janin, sehingga transplantasi tidak dapat dilakukan selama kehamilan. Namun demikian, beberapa wanita yang pernah menerima transplantasi mungkin dapat hamil dan memiliki bayi yang sehat setelah fungsi organ transplantasi mereka stabil. Imunosupresan yang mereka gunakan dapat disesuaikan atau diganti secara khusus jika diperlukan.

Komplikasi Setelah Transplantasi

Komplikasi yang dapat terjadi setelah transplantasi meliputi

  • Penolakan

  • Infeksi

  • Kanker

  • Aterosklerosis

  • Masalah ginjal

  • Pirai

  • Penyakit cangkok-versus-host

  • Osteoporosis

Penggunaan imunosupresan dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Selain menekan reaksi sistem imun terhadap organ yang ditransplantasikan, obat-obatan ini juga mengurangi kemampuan sistem imun untuk memerangi infeksi dan menghancurkan sel kanker. Dengan demikian, penerima transplantasi berisiko lebih tinggi mengalami infeksi dan kanker tertentu.

Penolakan

Penolakan, jika terjadi, sering kali dimulai segera setelah transplantasi tetapi dapat terjadi setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.

Gejala penolakan bervariasi bergantung pada organ mana yang ditransplantasikan dan waktu terjadinya penolakan. Penolakan akut terjadi segera setelah transplantasi dan menyebabkan gejala yang dapat meliputi demam, menggigil, mual, kelelahan, dan perubahan tiba-tiba pada tekanan darah. Penolakan kronis biasanya terjadi belakangan dan dapat menyebabkan kerusakan tingkat rendah yang berkelanjutan pada organ yang donor.

Infeksi

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko infeksi bagi penerima transplantasi:

  • Tindakan bedah

  • Penggunaan imunosupresan

  • Gangguan yang melemahkan sistem imun (gangguan imunodefisiensi)

  • Masalah sistem imun yang disebabkan oleh malafungsi organ yang membuat transplantasi perlu dilakukan

Infeksi yang mungkin terjadi pada penerima transplantasi mencakup infeksi yang sama yang mungkin terjadi pada siapa pun yang pulih dari pembedahan. Infeksi tersebut meliputi infeksi pada lokasi pembedahan atau organ yang ditransplantasikan, pneumonia, dan infeksi saluran kemih.

Penerima transplantasi juga berisiko mengalami infeksi yang tidak biasa (oportunistik) yang terutama memengaruhi orang-orang dengan sistem imun yang lemah. Infeksi oportunistik dapat disebabkan oleh

  • Bakteri (seperti Listeria atau Nokardia)

  • Virus (seperti sitomegalovirus, virus BK, atau virus Epstein-Barr)

  • Jamur (seperti Pneumocystis jirovecii atau Aspergillus)

  • Parasit (seperti Toksoplasma)

Setelah transplantasi, sebagian besar orang diberi obat antimikroba untuk membantu mencegah infeksi. Setelah 6 bulan, risiko infeksi kembali seperti sebelum transplantasi pada sekitar 80% orang.

Kanker

Kanker tertentu lebih mungkin terjadi jika imunosupresan diminum dalam waktu yang lama, seperti yang terjadi setelah transplantasi. Kanker tersebut meliputi kanker kulit tertentu, limfoma, kanker serviks, dan sarkoma Kaposi.

Pengobatannya serupa dengan pada orang-orang yang tidak menjalani transplantasi. Tetapi terkadang selama pengobatan untuk kanker, imunosupresan dihentikan atau dosisnya diturunkan.

Aterosklerosis

Aterosklerosis (penumpukan bahan lemak dalam pembuluh arteri) dapat terjadi karena beberapa imunosupresan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan lemak lainnya (lipid). Lemak ini dapat menumpuk di dinding arteri dan mengurangi atau menghalangi aliran darah, sehingga menyebabkan serangan jantung atau stroke.

Aterosklerosis biasanya terjadi sekitar 15 tahun setelah transplantasi ginjal dilakukan.

Masalah ginjal

Masalah ginjal terjadi pada sekitar 15 hingga 20% orang penerima organ transplantasi, terutama usus halus. Ginjal menjadi kurang mampu menghilangkan produk limbah, yang kemudian menumpuk di dalam darah.

Faktor-faktor yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan masalah ginjal meliputi

  • Dosis tinggi imunosupresan (terutama siklosporin dan takrolimus)

  • Stres fisik dari bedah transplantasi

Pirai

Pirai banyak terjadi, terutama setelah transplantasi jantung atau ginjal. Kondisi ini dapat menjadi parah dan berkembang dengan cepat, terutama jika seseorang sudah mengalami pirai sebelum transplantasi atau jika mereka meminum siklosporin atau takrolimus.

Penyakit cangkok-versus-host

Penyakit cangkok-versus-host terjadi ketika sel darah putih (cangkok) dari donor menyerang jaringan penerima (host). Gangguan ini paling sering terjadi pada penerima transplantasi sel punca tetapi dapat terjadi pada penerima transplantasi hati atau usus halus.

Gejalanya meliputi demam, ruam, sakit kuning, muntah, diare, nyeri perut, penurunan berat badan, dan peningkatan risiko infeksi. Reaksi ini dapat berakibat fatal. Meskipun demikian, obat-obatan tertentu seperti metilprednisolon dapat mengeliminasi atau mengurangi keparahan penyakit cangkok-versus-host pada penerima.

Osteoporosis dan pertumbuhan terhambat

Penggunaan imunosupresan (terutama kortikosteroid) dapat menyebabkan osteoporosis pada orang yang sudah berisiko mengalami osteoporosis sebelum transplantasi. Orang-orang ini termasuk mereka yang memiliki gaya hidup tidak aktif, pengguna tembakau dan alkohol, atau yang memiliki penyakit ginjal.

Pada anak-anak, penggunaan imunosupresan dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.

Dokter melakukan tes osteoporosis pada sebagian besar orang sebelum transplantasi dilakukan. Terkadang dokter memberikan vitamin D atau obat-obatan yang mencegah keropos tulang (seperti bisfosfonat) kepada penerima transplantasi untuk membantu mencegah keropos tulang.

Komplikasi donor

Donor hidup juga berisiko mengalami komplikasi. Beberapa komplikasi ini adalah komplikasi yang dapat terjadi setelah pembedahan, seperti infeksi dan perdarahan. Beberapa komplikasi tambahan bergantung pada organ mana yang telah diangkat. Donor juga dapat berisiko mengalami komplikasi emosional dan mental, sehingga tim transplantasi mengevaluasi calon donor dengan cermat sebelum seseorang dipilih sebagai donor.

Informasi Lebih Lanjut

Sumber daya berbahasa Inggris berikut mungkin berguna. Harap diperhatikan bahwa MANUAL ini tidak bertanggung jawab atas konten referensi ini.

  1. United Network for Organ Sharing (Persatuan Jaringan untuk Berbagi Organ): Informasi tentang cara mencocokkan organ yang didonorkan dengan kandidat penerima transplantasi

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!