Memulai Program Olahraga

OlehBrian D. Johnston, Exercise Specialist, International Association of Resistance Training
Ditinjau OlehAnthony S. Mazzeo, MD, University of Pennsylvania
Ditinjau/Direvisi Aug 2023 | Dimodifikasi Apr 2025
v713207_id

Seseorang harus berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum memulai olahraga kompetitif atau program olahraga. Dokter akan menanyakan tentang gangguan medis yang diketahui pada orang tersebut dan anggota keluarganya serta tentang gejala yang mungkin dialami orang tersebut. Mereka kemudian melakukan pemeriksaan fisik, termasuk mendengarkan jantung dengan stetoskop. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi gangguan jantung yang sebelumnya tidak dicurigai yang dapat menyebabkan abnormalitas irama jantung yang serius atau kematian mendadak dan tidak terduga yang dipicu oleh olahraga berat (lihat juga Kematian Jantung Tiba-tiba pada Atlet).

Evaluasi dokter juga mendeteksi kondisi yang dapat membatasi aktivitas. Misalnya, orang dengan kelebihan berat badan lebih cenderung mengalami cedera muskuloskeletal setelah aktivitas yang melibatkan mulai dan berhenti mendadak (gerakan sentakan pada sendi yang umumnya berkaitan dengan aktivitas seperti tenis dan bola basket) serta aktivitas yang melibatkan impak (seperti joging). Dokter dapat merekomendasikan program perkenalan yang aman dan mendiskusikan batasan spesifik untuk memastikan keselamatan dan membatasi cedera.

Orang yang berusia lebih dari 40 tahun yang memulai program olahraga harus melaporkan setiap diagnosis gangguan jantung atau artritis dan menjelaskan gejala nyeri dada, sesak napas, nyeri tungkai saat berjalan, palpitasi (merasakan denyut jantung) atau denyut jantung tidak teratur, nyeri atau pembengkakan sendi, dan ketidakmampuan untuk berolahraga untuk waktu yang lama. Mereka juga harus menyebutkan anggota keluarga dekat yang berusia kurang dari 50 tahun yang meninggal mendadak karena masalah jantung. Sebagian besar orang tidak memerlukan tes stres olahraga, dan banyak yang tidak memerlukan elektrokardiogram (EKG) sebelum mereka mulai berolahraga jika mereka berencana untuk meningkatkan intensitas olahraga secara bertahap.

Medikasi tertentu dapat menurunkan kemampuan berolahraga, seperti pemblokir beta, yang memperlambat detak jantung, dan sedatif, yang dapat menyebabkan mengantuk atau mengurangi kewaspadaan mental dan kontrol otot, sehingga meningkatkan risiko jatuh atau cedera. Medikasi lain dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk berolahraga dengan aman dan memengaruhi apakah olahraga dianjurkan. Jadi, setiap orang bersama dokter mereka harus meninjau adanya obat resep, suplemen, medikasi yang dijual bebas, atau obat terlarang yang mereka minum untuk mengetahui adanya potensi masalah keselamatan.

Umumnya, olahraga pada anak-anak yang sehat aman dilakukan. Setiap anak yang terlihat mengalami kelelahan melebihi biasanya, sesak napas, kepala terasa ringan, atau masalah lain saat berolahraga harus berkonsultasi dengan dokter karena gejala-gejala ini dapat menunjukkan adanya masalah medis yang mereka derita. Jika tidak ada gejala tersebut, anak-anak yang sehat dianjurkan untuk berolahraga kecuali jika sedang sakit. Sebagai contoh, demam mengganggu kemampuan untuk berolahraga, dapat menjadi tanda penyakit serius, dan dapat menyebabkan penyakit terkait panas seperti heatstroke. Kondisi yang menyebabkan dehidrasi (misalnya muntah dan diare) juga menimbulkan risiko tersendiri dalam olahraga karena berkeringat selama berolahraga dapat memperburuk dehidrasi. Anak-anak dengan masalah jantung (seperti gagal jantung, miokarditis, dan kondisi lainnya) mungkin mengalami peningkatan risiko kematian mendadak selama berolahraga dan harus mengikuti saran dokter mereka sebelum berolahraga. Namun demikian, gerak badan pada anak-anak harus dibatasi pada permainan aktif, olahraga, dan kalistenik. Anak-anak harus menghindari latihan beban yang intensif sampai setelah melewati masa pubertas karena upaya yang kuat dan penggunaan beban yang berat dapat merusak lempeng pertumbuhan tulang dan mengganggu pertumbuhan normal.

Sebagian besar orang dewasa, bahkan mereka yang memiliki gangguan medis akut atau kronis, dapat memperoleh manfaat dari beberapa bentuk olahraga. Rekomendasi atau pembatasan didasarkan pada keadaan khusus orang tersebut. Beberapa contoh umum antara lain

  • Orang dengan angina pektoris atau baru mengalami serangan jantung mungkin memiliki batasan olahraga spesifik yang ditetapkan oleh dokter mereka.

  • Orang yang menderita fibrosis kistik atau diabetes, yang dapat menyebabkan dehidrasi, harus minum cukup cairan pada saat berolahraga, terutama jika berolahraga dalam kondisi panas atau lembap.

  • Orang yang pernah beberapa kali mengalami gegar otak atau baru saja mengalami gegar otak harus menghindari olahraga kontak.

  • Penderita kejang harus menghindari berenang dan angkat beban saat sendirian untuk mencegah cedera pada diri mereka sendiri dan harus menghindari olahraga menembak dan panahan untuk mencegah cedera pada orang lain.

  • Orang dengan limpa yang membesar (misalnya, setelah mononukleosis menular) harus menghindari olahraga kontak karena cedera dapat menyebabkan ruptur pada limpa yang membesar.

Dokter dapat memberikan petunjuk spesifik tentang jenis aktivitas serta tingkat intensitas (seberapa keras latihan tersebut seharusnya), durasi aktivitas (berapa lama latihan tersebut seharusnya berlangsung), dan frekuensi (seberapa sering latihan tersebut harus dilakukan). Dalam beberapa kasus, olahraga harus diawasi oleh terapis fisik atau praktisi perawatan kesehatan lainnya atau oleh profesional kebugaran yang berpengalaman dan berlisensi.

Cara paling aman untuk memulai program olahraga adalah dengan melakukan latihan atau olahraga yang dipilih dengan intensitas upaya yang rendah. Memulai dari intensitas rendah memberikan waktu untuk mempelajari teknik yang tepat (mekanik tubuh), yang membantu mencegah cedera saat berlatih pada intensitas yang lebih tinggi. Memulai dari intensitas rendah juga mencegah ketegangan otot yang berlebihan. Latihan harus dilakukan hingga kaki atau lengan terasa sakit atau berat. Jika otot terasa nyeri setelah beberapa menit saja, maka olahraga pertama hanya boleh berlangsung selama itu. Seiring meningkatnya kebugaran, seseorang harus dapat berolahraga lebih lama tanpa merasakan nyeri otot. Beberapa ketidaknyamanan, terutama setelah latihan beban (misalnya, nyeri tekan pada otot selama 24 hingga 48 jam), dapat menjadi bagian dari proses pengembangan otot menjadi lebih kuat dan lebih besar. Namun demikian, ketidaknyamanan saat berolahraga yang intens berbeda dengan rasa sakit yang berkaitan dengan cedera atau latihan berlebihan (lihat Berolahraga dengan Aman). Seiring waktu, seseorang dapat meningkatkan tuntutan olahraga sesuai kebutuhan atau yang diperlukan untuk mencapai sasaran kebugaran.

Motivasi untuk Memulai Program Olahraga

Orang yang belum aktif mungkin merasa sulit untuk memulai program olahraga dan bahkan lebih sulit lagi untuk mempertahankannya.

Orang-orang mungkin ingin menentukan tingkat kebugaran dasar seperti berapa berat badan mereka, berapa lama waktu yang diperlukan untuk berjalan satu mil (1,6 kilometer), seberapa jauh mereka dapat meregangkan tubuh, dan berapa banyak push-up yang dapat mereka lakukan (meskipun bahkan orang yang tidak dapat melakukan push-up tetap dapat memulai program olahraga). Evaluasi dasar ini mungkin lebih mudah dilakukan dengan pelatih.

Orang-orang kemudian perlu menentukan sasaran mereka, apakah sasarannya adalah menjadi lebih bugar agar dapat berjalan dengan mudah, melakukan lari jarak jauh, atau di antara keduanya. Pilihan aktivitas akan bergantung pada sasaran seseorang.

Saat memilih, orang-orang harus mempertimbangkan aktivitas yang dapat mereka nikmati. Beberapa orang menyukai kelas olahraga karena teman sekelas mereka dapat memberi mereka dorongan dan motivasi. Orang lain mungkin merasa sedikit takut berada di lingkungan kelas karena mereka khawatir akan terlihat bodoh jika mereka tidak tahu persis apa yang harus dilakukan. Beberapa orang mungkin lebih menyukai berolahraga sendiri atau berolahraga langsung dengan pelatih pribadi untuk membantu memberikan motivasi dan pengawasan profesional.

Orang dapat memilih untuk bergabung dengan gym atau membeli peralatan untuk digunakan di rumah. Banyak jenis olahraga yang memerlukan peralatan minimal, tetapi orang mungkin memerlukan pakaian yang tidak membatasi dan sepasang sepatu yang dirancang untuk aktivitas tertentu.

Orang mungkin merasa bahwa melakukan olahraga yang bervariasi dapat membantu menghilangkan kejenuhan dalam berolahraga. Variasi jenis olahraga juga dapat membantu menghindari cedera ringan akibat gerakan berulang.

Banyak orang mendapati bahwa memantau kemajuan mereka terhadap sasaran dapat menjaga mereka tetap termotivasi untuk berolahraga.

Skrining untuk berpartisipasi dalam olahraga

Sebagian besar sekolah dan asosiasi olahraga yang terorganisir mengharuskan orang-orang untuk meminta dokter mengevaluasi bahwa mereka dapat berpartisipasi dengan aman sebelum mereka bergabung dalam program ini. Dokter mengajukan pertanyaan tentang kesehatan secara umum dan melakukan pemeriksaan seperti yang dijelaskan sebelumnya. Terkadang, tes tambahan mungkin diperlukan setelah evaluasi ini. Remaja dan orang dewasa muda sering ditanya tentang penggunaan obat terlarang dan obat yang meningkatkan performa. (Lihat juga situs web US Anti-Doping Agency/Badan Anti-Doping AS.)

Pada anak perempuan dan wanita, dokter akan memeriksa adanya keterlambatan dimulainya menstruasi dan adanya triad atlet perempuan (gangguan makan, amenore atau disfungsi menstruasi lainnya, dan berkurangnya kepadatan mineral tulang), yang umum terjadi di kalangan remaja dan wanita muda yang terlibat dalam aktivitas fisik yang terlalu intensif, dan kehilangan lemak tubuh secara berlebihan.

Jenis-Jenis Olahraga

Perbedaan utama di antara berbagai jenis olahraga adalah apakah mereka aerobik (aktivitas yang paling berfokus pada detak jantung dan kapasitas pernapasan) atau latihan kekuatan (aktivitas yang berfokus pada ketegangan otot dan pengangkatan, juga terkadang disebut latihan ketahanan). Semua bentuk olahraga memiliki komponen-komponen dari keduanya. Program olahraga memberikan manfaat lebih besar jika mencakup berbagai dimensi kebugaran, termasuk

  • Latihan aerobik

  • Kekuatan (termasuk daya tahan dan ukuran otot)

  • Peregangan dan fleksibilitas

  • Keseimbangan

Latihan aerobik

Latihan aerobik mengacu pada latihan yang membutuhkan lebih banyak oksigen dari biasanya untuk mencapai otot, sehingga jantung dan paru-paru dipaksa untuk bekerja lebih keras. Berlari, bersepeda, berenang, berseluncur, dan menggunakan mesin latihan aerobik (seperti treadmill, alat stair-climbing, dan mesin latihan elips) adalah aktivitas yang dilakukan orang untuk merasakan latihan aerobik. Latihan aerobik cenderung menghabiskan banyak kalori, meningkatkan fungsi jantung, dan menurunkan sedikit risiko kematian akibat penyakit jantung. Namun, latihan ini kurang efektif dibandingkan latihan kekuatan dalam hal membangun kekuatan dan massa otot. Terlalu banyak latihan aerobik yang menahan beban (seperti berlari atau menggunakan mesin treadmill) menyebabkan keausan berlebihan pada sendi dan jaringan di sekelilingnya, sehingga berkontribusi pada terjadinya osteoartritis.

Agar latihan aerobik bermanfaat bagi jantung, intensitas latihan harus ditingkatkan hingga detak jantung berada dalam kisaran 60 hingga 85% dari detak maksimum yang dapat dipertahankan tubuh. Detak maksimum ini dapat diperkirakan menggunakan rumus. Namun, orang-orang harus berhenti meningkatkan intensitas olahraga jika mengalami kesulitan bernapas atau mempertahankan pernapasan ritmis yang terkendali.

Detak jantung target hanyalah perkiraan. Orang yang kelebihan berat badan atau memiliki kondisi fisik yang lemah mencapai detak jantung target mereka dengan lebih cepat dan dengan lebih sedikit upaya. Orang atletis mencapai detak jantung target mereka dengan lebih lambat. Atlet terlatih dapat melampaui detak jantung target, karena target tersebut didasarkan pada orang-orang dengan tingkat kebugaran rata-rata. Orang yang meminum obat-obatan untuk memperlambat detak jantung (seperti pemblokir beta atau pemblokir saluran kalsium) mungkin tidak mencapai detak jantung target mereka meskipun sudah berolahraga secara intens. Orang-orang ini harus mendiskusikan dengan dokter mereka tentang detak jantung target yang diinginkan.

Biasanya disarankan untuk melakukan latihan aerobik selama 30 menit dengan intensitas yang cukup sekitar 2 hingga 3 kali per minggu, dengan pemanasan selama 5 menit (peningkatan bertahap hingga intensitas puncak) dan periode pendinginan selama 5 menit (penurunan intensitas secara bertahap). Namun demikian, durasi waktu 30 menit tersebut tidak pasti. Orang-orang tertentu dapat dengan aman mencapai pengondisian aerobik maksimum dengan melakukan aktivitas setidaknya 10 sampai 15 menit per sesi 2 sampai 3 kali per minggu jika menggunakan bersepeda interval.

Dalam bersepeda interval (juga disebut latihan interval intensitas tinggi atau HIIT), latihan aerobik sedang diselingi dengan pengerahan tenaga yang intens. Misalnya, aktivitas sedang selama sekitar 90 detik (dengan 60 hingga 80% dari detak jantung maksimum) diselingi dengan 20 hingga 30 detik upaya habis-habisan, seperti berlari cepat (85 hingga 95% dari detak jantung maksimum atau sekuat orang tersebut dapat berolahraga sambil mempertahankan bentuk latihan yang benar). Teknik yang tepat harus dipertahankan untuk menghindari cedera selama pengerahan tenaga yang intens. Kadang latihan aerobik dapat dilakukan sambil latihan kekuatan (misalnya, jika hanya diperlukan sedikit waktu untuk beristirahat di antara melakukan latihan kekuatan).

Olahraga adalah salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan serta kesehatan jantung dan paru-paru. Namun demikian, orang yang melakukan latihan daya tahan secara teratur, untuk waktu lama, dan intens mungkin sedikit lebih berisiko mengalami fibrilasi atrium, terutama pada orang yang berusia di bawah 55 tahun.

Latihan aerobik yang berbeda bekerja pada kelompok otot yang berbeda. Misalnya, berlari bekerja terutama pada otot kaki bawah. Pendaratan di tumit dan naiknya jari-jari kaki memberikan kekuatan terbesar pada pergelangan kaki. Mengendarai sepeda terutama bekerja pada otot tungkai atas karena mengayuh pedal bekerja pada otot paha depan (kuadrisep) dan panggul. Mendayung dan berenang bekerja terutama pada tubuh bagian atas dan bagian belakang. Latihan ini dapat dilakukan secara bergantian dalam setiap sesi olahraga untuk menghindari cedera dan menargetkan kelompok otot yang berbeda.

Memperkirakan Detak Jantung Target

Untuk memperkirakan detak jantung target, hitung detak jantung maksimum (detak jantung yang diperkirakan sesuai dengan laju penggunaan oksigen maksimum), yaitu 220 dikurangi usia. Denyut jantung target selama aktivitas intensitas sedang adalah sekitar 50 hingga 70% dari detak jantung maksimum (kalikan detak jantung maksimum dengan masing-masing 0,5 dan 0,7). Detak jantung target selama aktivitas fisik berat adalah sekitar 70 hingga 85% dari detak jantung maksimum (kalikan detak jantung maksimum dengan masing-masing 0,7 dan 0,85).

Tabel
Tabel

Tahukah Anda...

  • Manfaat signifikan dari latihan aerobik dapat diperoleh hanya dengan melakukan bersepeda interval selama 10 hingga 15 menit beberapa kali seminggu.

Latihan kekuatan

Latihan kekuatan (juga disebut latihan ketahanan) melibatkan kontraksi otot yang kuat terhadap tahanan, biasanya menggunakan beban bebas atau beban mesin atau kadang-kadang berat badan sendiri (seperti ketika seseorang melakukan push-up atau latihan otot perut). Sebagian orang mungkin menggunakan pita elastis sebagai pengganti beban saat mereka memulai program latihan kekuatan.

Bergantung pada cara melakukannya, latihan kekuatan mungkin kurang bermanfaat untuk kebugaran kardiovaskular dibandingkan latihan aerobik. Namun demikian, latihan kekuatan berkelanjutan dengan intensitas tinggi dapat bermanfaat bagi kebugaran kardiovaskular seperti halnya latihan aerobik. Sasaran utama latihan kekuatan adalah mengembangkan otot-otot berikut:

  • Kekuatan

  • Ukuran

  • Daya Tahan

  • Fleksibilitas

Dalam jangka panjang, peningkatan massa otot membantu seseorang menjadi lebih ramping dan menghilangkan lemak tubuh karena otot menggunakan lebih banyak kalori, bahkan saat istirahat, daripada jenis jaringan lain, terutama lemak. Massa otot yang lebih besar juga berarti kemampuan yang lebih fungsional di tahun-tahun mendatang, yang membantu orang tetap mandiri seiring bertambahnya usia. Pada lansia, terutama mereka yang lemah, seperti mereka yang tinggal di panti jompo, peningkatan massa otot meningkatkan pemulihan dari penyakit kritis dengan meningkatkan mobilitas dan menyediakan cadangan protein bagi tubuh yang diperlukan untuk masa pemulihan (lihat Olahraga pada Lansia).

Memperkuat otot di sekitar cedera (misalnya, otot paha pada lutut yang cedera) dapat membantu mengurangi rasa sakit. Dengan demikian, program latihan kekuatan dapat membantu dalam rehabilitasi cedera. Pendekatan ini harus diawasi oleh terapis fisik rehabilitasi.

Latihan individu dirancang untuk memperkuat otot atau kelompok otot tertentu. Biasanya, kelompok otot yang lebih besar akan menjadi sasaran latihan terlebih dahulu, diikuti dengan kelompok otot yang lebih kecil. Biasanya seseorang memulai dengan kaki, kemudian melatih punggung atas, dada, bahu, dan kemudian lengan. Manfaat maksimum diperoleh dengan berolahraga dengan beban tinggi, tetapi jika tidak tercapai bukan berarti kegagalan. Kegagalan didefinisikan sebagai titik ketika tidak mungkin untuk melakukan repetisi lagi saat menggunakan teknik yang benar.

Secara konvensional, latihan tertentu dilakukan dalam hitungan set. Setiap set berisi 8 hingga 12 repetisi, yang dilakukan secara terus-menerus (yaitu, tidak ada istirahat, atau “mengunci” sendi di antara repetisi). Berat beban yang digunakan adalah jumlah maksimum yang memungkinkan seseorang melakukan 8 hingga 12 kali repetisi dengan cara yang relatif lambat dan terkendali, tanpa harus terengah-engah, melempar, atau menurunkan beban terlalu cepat. Jika set pertama dilakukan dengan ketegangan otot tinggi yang stabil, setiap set berikutnya memberikan nilai yang semakin berkurang. Pada umumnya, tiga set adalah jumlah maksimum yang disarankan untuk sebagian besar latihan kekuatan.

Durasi ketegangan otot adalah cara lain untuk menentukan beban kerja otot yang direkomendasikan selain cukup dengan menghitung berat beban dan berapa kali beban diangkat. Durasi ketegangan otot mengacu pada total durasi pengangkatan dan penurunan beban dalam satu set. Durasi ketegangan otot harus lebih singkat jika sasarannya adalah olahraga sedang dan membangun kekuatan dibandingkan jika sasarannya adalah daya tahan otot yang lebih besar daripada kekuatannya (misalnya, selama rehabilitasi dari cedera). Durasi ketegangan otot—bukan jumlah repetisi—adalah tolok yang lebih baik dari beban kerja otot yang direkomendasikan, baik saat berolahraga untuk kekuatan, peningkatan massa otot, atau daya tahan.

Untuk terus meningkatkan kekuatan dan massa otot, setelah durasi ketegangan otot yang direkomendasikan tercapai dengan teknik yang baik, beban harus ditingkatkan hingga berat maksimum yang mampu dipertahankan orang tersebut atau ditantang lagi dengan durasi ketegangan otot yang sama. Durasi ketegangan otot yang direkomendasikan idealnya adalah 40 hingga 60 detik per set untuk tubuh bagian atas dan, karena tubuh bagian bawah memiliki daya tahan lebih besar, sekitar 60 hingga 90 detik untuk tubuh bagian bawah. Jika sasarannya adalah daya tahan otot, maka durasi ketegangan otot biasanya sekitar 90 hingga 120 detik. Atlet kekuatan, seperti atlet angkat besi, menunjukkan respons yang lebih baik dan memilih durasi ketegangan otot yang lebih singkat yaitu 10 hingga 30 detik karena beban yang lebih berat secara bersamaan menstimulus peningkatan kekuatan superior, meskipun dengan pertumbuhan otot yang lebih sedikit dan peningkatan daya tahan. Namun demikian, orang pada umumnya harus menghindari latihan berat tersebut karena beban yang lebih berat juga meningkatkan ketegangan jaringan sehingga berisiko menimbulkan cedera.

Frekuensi latihan merupakan faktor penting. Otot mulai terurai jika olahraga berat dilakukan lebih sering alih-alih dua kali sehari. Sehari setelah melakukan latihan yang memadai, terjadi perdarahan dan sobekan mikroskopis pada serat otot, yang mungkin menyebabkan otot terasa nyeri. Rasa nyeri ini (juga disebut reaksi alarm) adalah salah satu tanda bahwa otot-otot sedang distimulasi untuk memperbaiki diri dan tumbuh untuk beradaptasi dengan keadaan fungsi yang lebih tinggi. Orang yang berolahraga harus memberikan waktu sekitar 48 jam bagi otot untuk pulih setelah olahraga. Setelah latihan yang sangat kuat, mungkin membutuhkan waktu beberapa hari bagi kelompok otot untuk pulih total sehingga menjadi lebih kuat. Oleh karena itu, dalam latihan kekuatan, yang terbaik biasanya adalah melatih kelompok otot secara bergantian. Satu jadwal ideal, misalnya, melatih tubuh bagian atas pada hari ini diikuti dengan latihan untuk tubuh bagian bawah pada keesokan harinya, dengan setiap otot dilatih tidak lebih dari dua kali per minggu. Semakin intens dan semakin banyak latihan yang dilakukan pada suatu otot, maka sebaiknya semakin jarang intervalnya. Orang yang berlatih dengan tingkat intensitas upaya yang sangat tinggi kemungkinan tidak boleh melatih setiap otot lebih dari sekali seminggu untuk memberikan pemulihan yang tepat.

Rehabilitasi cedera mungkin tidak bertujuan untuk meningkatkan massa otot besar pada awalnya, meskipun fungsi dan kekuatan otot yang lebih baik sangat berkorelasi dengan berkurangnya rasa sakit. Berolahraga dengan beban lebih ringan tetapi dengan jumlah repetisi yang meningkat dapat meningkatkan kekuatan dan daya tahan, memberikan manfaat latihan aerobik (terutama jika istirahat di antara set kurang dari 60 detik), dan meningkatkan aliran darah ke area tersebut, sehingga mempercepat penyembuhan. Pendekatan ini dapat ditoleransi dengan lebih baik daripada melatih otot dengan terlalu banyak beban dan lebih sedikit repetisi, yang memerlukan motivasi tingkat tinggi. Bentuk latihan juga harus dipelihara dengan ketat karena bentuk latihan yang salah berisiko memperparah cedera. Orang yang menjalani rehabilitasi dapat membatasi olahraga karena ketidaknyamanan atau nyeri. Terkadang orang-orang ini juga tidak berpengalaman dengan olahraga dan tidak tahu seberapa besar upaya yang mereka mampu lakukan. Setelah kepercayaan diri dan fungsi orang yang cedera meningkat (dan sering kali rasa sakit berkurang), intensitas upaya dan beban kerja harus ditingkatkan agar memperoleh hasil yang optimal.

Dalam latihan beban sirkuit, otot-otot besar pada tungkai, panggul, punggung, dan dada akan dilatih disusul dengan otot-otot yang lebih kecil pada bahu, lengan, perut, dan leher. Sebagian orang lebih memilih untuk melatih tungkai di urutan terakhir karena latihan pada tungkai begitu menguras energi dan melelahkan. Latihan beban sirkuit selama 15 hingga 20 menit (dengan istirahat maksimal 30 detik antara latihan/set) berpotensi bermanfaat bagi sistem kardiovaskular lebih dari sekadar joging atau menggunakan mesin latihan aerobik untuk durasi waktu yang sama. Olahraga biasanya akan semakin intens, dan akibatnya detak jantung dapat semakin meningkat. Namun, beristirahat untuk periode yang lebih lama di antara set latihan tertentu dapat membantu pemulihan cadangan energi otot di antara beberapa set, sehingga menghasilkan upaya yang lebih baik pada set berikutnya dan dengan demikian lebih banyak kekuatan otot yang diperoleh.

Teknik yang aman sangatlah penting. Menghentakkan atau menjatuhkan beban dapat menyebabkan cedera akibat memulai dan berhenti secara tiba-tiba. Orang-orang harus bergerak dengan mulus dan secara terus menerus saat berolahraga, untuk menghasilkan mekanika tubuh yang tepat (dada membusung, bahu dibuka ke belakang, perut ditarik kencang, dengan menghindari mengunci sendi). Pernapasan yang terkendali mencegah kepala terasa ringan dan pingsan, yang dapat terjadi saat mengembuskan napas atau menekan ke bawah dengan paksa. Secara khusus, orang harus mengembuskan napas saat mengangkat beban dan menghirup napas saat menurunkan beban. Jika gerakan berjalan lambat, seperti menurunkan beban selama 5 detik atau lebih, seseorang mungkin perlu menghirup dan mengembuskan napas lebih dari satu kali, tetapi napas masih harus dikoordinasikan sehingga napas akhir diambil tepat sebelum fase pengangkatan dan dilepaskan saat pengangkatan dimulai.

Tekanan darah meningkat selama latihan ketahanan, terutama ketika otot-otot besar tubuh bagian bawah bekerja dan ketika mencengkeram sangat keras dengan tangan (seperti ketika melakukan latihan leg press sambil mencengkeram gagang mesin). Namun demikian, tekanan darah akan kembali normal dengan cepat setelah berolahraga. Peningkatan tekanan darah sementara waktu ini tergolong minimal jika teknik pernapasannya benar, tanpa memandang seberapa keras upaya yang dilakukan seseorang. Sebagian besar orang yang ingin mengangkat beban mendapatkan manfaat dari pengawasan awal yang mencakup petunjuk tentang cara mengatur beban dan ketinggian kursi, cara mempertahankan teknik yang tepat, dan cara bernapas selama latihan. Adanya pelatih profesional yang mengawasi seseorang saat latihan akan sangat membantu, sehingga teknik yang tidak tepat dapat diidentifikasi dan dikoreksi.

Tahukah Anda...

  • Latihan beban intensitas tinggi yang berkelanjutan dapat setidaknya bermanfaat bagi jantung sebagaimana latihan aerobik.

  • Durasi ketegangan otot (berapa lama satu set berlangsung) mungkin merupakan cara terbaik untuk mengukur berapa besar beban yang harus digunakan saat melakukan latihan kekuatan.

Peregangan dan fleksibilitas

Peregangan mengurangi kekakuan otot dan tendon sehingga meningkatkan fleksibilitas. Fleksibilitas penting untuk kenyamanan pelaksanaan aktivitas fisik sehari-hari. Meskipun peregangan itu sendiri tidak memperkuat otot, tetapi dapat meningkatkan area tempat otot berkontraksi, yang memungkinkan tenaga otot dikerahkan secara lebih efektif dan dengan risiko cedera yang lebih sedikit. Peregangan dapat membantu orang melompat lebih tinggi, mengangkat beban yang lebih berat, berlari lebih cepat, dan melempar lebih jauh.

Latihan fleksibilitas spesifik melibatkan kelompok otot yang meregangkan secara perlahan dan stabil tanpa tersentak, terpental, atau menyebabkan nyeri berlebihan (sedikit ketidaknyamanan adalah hal normal ketika meregangkan sendi melewati batasnya saat ini, tetapi bukan berupa rasa sakit yang parah atau tidak dapat ditolerir). Untuk mencapai fleksibilitas maksimal, peregangan harus ditahan selama 20 hingga 60 detik. Peregangan dapat ditahan lebih dari 60 detik, tetapi melakukannya belum terbukti dapat lebih meningkatkan fleksibilitas. Peregangan biasanya diulang 2 hingga 3 kali, setiap kali tubuh diregangkan lebih jauh dari sebelumnya, jika memungkinkan. Latihan ini dapat dilakukan sebelum atau sesudah melakukan bentuk latihan lain atau sebagai program tersendiri, seperti yang dilakukan dalam sesi yoga dan Pilates.

Meskipun peregangan sebelum latihan meningkatkan kesiapan mental, tidak ada bukti konklusif bahwa peregangan menurunkan risiko cedera. Pemanasan umum (misalnya, dengan simulasi intensitas rendah dari latihan yang akan dilakukan, joging di tempat, kalistenik, atau aktivitas ringan lainnya yang meningkatkan suhu inti) tampaknya lebih efektif daripada peregangan untuk memfasilitasi latihan yang aman dan merasa lebih rileks dan lentur. Peregangan setelah latihan lebih disukai karena jaringan dapat diregangkan dengan lebih efektif dalam kondisi hangat. Peregangan juga dapat dilakukan di antara latihan, tetapi peregangan di antara latihan dapat menurunkan kekuatan selama latihan, sehingga menyebabkan kebutuhan untuk mengurangi beban atau jumlah repetisi selama latihan kekuatan.

Tahukah Anda...

  • Secara umum, latihan peregangan lebih bermanfaat jika dilakukan setelah latihan daripada sebelum latihan.

Latihan keseimbangan

Latihan keseimbangan bertujuan untuk melawan pusat gravitasi dengan berolahraga di lingkungan yang tidak stabil, seperti berdiri di satu kaki atau menggunakan papan keseimbangan. Latihan kekuatan dasar meningkatkan keseimbangan karena meningkatkan ukuran dan kekuatan otot di sekitar sendi, meningkatkan keseimbangan secara tidak langsung karena sendi-sendi lebih stabil.

Beban Kerja dan Variasi

Secara umum, jika intensitas latihan meningkat, durasi, frekuensi, atau keduanya mungkin perlu dikurangi. Demikian pula, jika frekuensi atau durasi meningkat, intensitas mungkin perlu dikurangi. Bagi sebagian besar orang yang berpartisipasi dalam latihan beban, jumlah beban yang diangkat harus terus meningkat seiring bertambah kuatnya mereka, sedangkan durasi dan frekuensi biasanya tetap konstan setelah mencapai tingkat tertentu.

Latihan yang melibatkan beban kerja yang terlalu rendah memberikan lebih sedikit imbal balik, meskipun latihan yang lebih keras (intensitas latihan lebih banyak) dengan beban yang lebih ringan bisa memberikan manfaat yang setara sebagaimana latihan dengan intensitas yang lebih sedikit dan beban yang lebih berat. Latihan yang melibatkan beban kerja yang terlalu tinggi meningkatkan risiko teknik yang tidak tepat dan dengan demikian menyebabkan cedera. Selain itu, orang-orang harus memvariasikan cara mereka dalam melatih otot dari waktu ke waktu. Tubuh beradaptasi dengan rutinitas, sehingga melakukan latihan yang sama dengan cara yang sama dari waktu ke waktu menjadi kurang efektif dalam membangun kekuatan, otot, dan kebugaran kardiovaskular. Oleh karena itu, orang-orang yang melakukan latihan ketahanan harus mengubah rutinitas mereka setiap beberapa minggu, dan latihan aerobik harus diselang-seling antara berbagai bentuk latihan aerobik yang tersedia.

Orang-orang yang berolahraga pada tingkat intensitas sangat tinggi harus mempertimbangkan untuk menggabungkan jeda (juga disebut sebagai layoff) dari latihan ke dalam perencanaan kebugaran mereka untuk memungkinkan pemulihan yang memadai. Salah satu contohnya adalah 1 minggu libur setiap 3 bulan, mungkin dikaitkan dengan hari libur atau pergi berlibur. Beberapa atlet mungkin memiliki kondisi mental dan fisik yang memadai untuk berlatih pada tingkat intensitas tinggi secara teratur dan mungkin memerlukan waktu jeda pemulihan yang lebih sering (misalnya, 1 minggu istirahat setiap 3 minggu) selama aktivitas rutin yang lebih berat. Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seseorang membutuhkan periode istirahat yang lebih lama antara lain

  • Otot terasa berat saat tidak berolahraga

  • Kinerja olahraga berkurang

  • Mengalami nyeri sendi dan tendon

  • Peningkatan detak jantung saat beristirahat

  • Lebih sedikit keinginan untuk berolahraga

Periode istirahat yang lama tersebut harus setidaknya 1 sampai 2 minggu (mungkin lebih lama). Seseorang tidak boleh kembali berolahraga hingga semua gejala mereda. Seseorang harus berkonsultasi dengan dokter jika gejalanya tidak membaik, berkepanjangan, atau parah, untuk memastikan tidak ada gangguan medis yang menyebabkan gejala tersebut.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!