Tes dengan uji stres

OlehThomas Cascino, MD, MSc, Michigan Medicine, University of Michigan;
Michael J. Shea, MD, Michigan Medicine at the University of Michigan
Ditinjau OlehJonathan G. Howlett, MD, Cumming School of Medicine, University of Calgary
Ditinjau/Direvisi Dec 2023 | Dimodifikasi Jan 2024
v8335050_id

Pemeriksaan dengan uji stres mengukur fungsi jantung dengan elektrokardiografi (EKG) saat jantung beraktivitas berat, baik karena olahraga atau obat yang digunakan untuk memacu jantung.

Mendesak kinerja jantung (dengan berolahraga atau menggunakan obat stimulan agar jantung berdetak lebih cepat dan kencang) dapat membantu mengidentifikasi penyakit arteri koroner. Pada penyakit arteri koroner, aliran darah melalui arteri koroner (yang memasok darah ke otot jantung) tersumbat sebagian atau seluruhnya. Jika arteri koroner hanya tersumbat sebagian, jantung mungkin memiliki persediaan darah yang memadai saat orang tersebut beristirahat tetapi tidak saat jantung bekerja keras. Dengan demikian, menguji jantung selama beraktivitas berat dapat membantu mengidentifikasi penyakit arteri koroner.

Karena uji stres olahraga secara khusus memantau fungsi jantung, pengujian ini membantu dokter membedakan antara masalah akibat gangguan jantung dan masalah lain yang membatasi olahraga, seperti gangguan paru-paru, anemia, dan kebugaran tubuh yang buruk.

Selama uji stres, olahraga atau obat digunakan untuk memacu jantung, biasanya membuatnya berdetak lebih cepat, dan orang tersebut diuji untuk mengetahui tanda-tanda aliran darah yang tidak memadai ke jantung. Orang tersebut juga dipantau untuk menemukan gejala yang menunjukkan aliran darah yang tidak memadai ke jantung, seperti tekanan darah rendah, sesak napas, dan nyeri dada.

Paling umum dalam pelaksanaan uji stres, elektrokardiografi (EKG) digunakan untuk memeriksa penurunan aliran darah di arteri koroner. Terkadang, tes yang lebih akurat tetapi lebih mahal, seperti pencitraan ekokardiografi dan radionuklida, dilakukan sebagai bagian dari uji stres.

Tidak ada tes yang sempurna. Kadang-kadang tes ini menunjukkan abnormalitas pada orang yang tidak memiliki penyakit arteri koroner (hasil positif palsu). Terkadang tes tidak menunjukkan adanya abnormalitas pada orang yang mengidap penyakit ini (hasil negatif palsu). Pada orang tanpa gejala, terutama orang yang lebih muda, kemungkinan penyakit arteri koroner rendah, meskipun ada hasil tes yang tidak biasa. Dalam kasus semacam itu, lebih besar kemungkinan hasil positifnya salah daripada benar. Hasil positif palsu ini dapat menyebabkan kekhawatiran dan pengeluaran medis yang besar. Karenanya, sebagian besar ahli tidak menyarakan uji stres olahraga (misalnya untuk persiapan sebelum memulai suatu program kebugaran atau untuk penilaian asuransi jiwa) pada orang yang tidak memiliki gejala.

Cara melakukan uji stres

Untuk melakukan uji stres dengan latihan fisik, kebanyakan orang

  • Berjalan di treadmill

  • Mengayuh sepeda statis

Secara bertahap, kecepatan latihan dan kekuatan yang diperlukan untuk melakukannya (beban kerja) ditingkatkan. EKG dipantau secara terus-menerus, dan tekanan darah diukur pada interval tertentu. Biasanya, orang yang sedang diuji diminta untuk terus menjalani tes hingga detak jantung mencapai antara 80% dan 90% dari jumlah maksimum berdasarkan usia dan jenis kelamin. Jika gejala seperti sesak napas atau nyeri dada menjadi sangat tidak nyaman atau jika muncul abnormalitas yang signifikan pada EKG atau rekaman tekanan darah, tes dihentikan lebih cepat.

Pada beberapa orang, dokter akan melakukan tes selain EKG, seperti pencitraan ekokardiografi dan radionuklida, segera setelah orang tersebut menyelesaikan latihan untuk mendeteksi apakah jantung menerima cukup oksigen. Tes ini digunakan jika dokter memiliki kecurigaan yang lebih besar tentang adanya penyakit arteri koroner atau jika hasil dari EKG tidak jelas.

Pengujian dapat memakan waktu 30 menit hingga beberapa jam, tergantung pada jenis uji stres yang dilakukan. Uji stres olahraga memiliki risiko kecil. Peluang terjadinya serangan jantung atau kematian adalah 1 dari 5.000.

Dokter dapat memacu kinerja jantung dengan menggunakan obat-obatan (uji stres farmakologis) pada orang yang tidak mampu cukup berolahraga untuk melakukan tes. Untuk prosedur ini, obat seperti dipyridamole, dobutamin, adenosine, atau regadenoson disuntikkan untuk mensimulasikan efek olahraga pada jantung.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!