Gambaran Umum Terkilir dan Cedera Jaringan Lunak Lainnya

OlehDanielle Campagne, MD, University of California, San Francisco
Ditinjau OlehDiane M. Birnbaumer, MD, David Geffen School of Medicine at UCLA
Ditinjau/Direvisi Dimodifikasi Jul 2023
v37153291_id

Terkilir adalah robekan pada ligamen (jaringan yang menghubungkan satu tulang dengan tulang lainnya). Cedera jaringan lunak lainnya meliputi robekan otot (salah urat) dan robekan (ruptur) pada tendon (jaringan yang menghubungkan otot ke tulang).

  • Sebagian besar cedera pada otot dan jaringan yang menghubungkannya disebabkan oleh cedera atau penggunaan berlebihan.

  • Bagian yang cedera (terutama saat digunakan), biasanya membengkak, dan dapat memar.

  • Cedera lain, seperti fraktur, dislokasi, kerusakan pembuluh darah dan saraf, sindrom kompartemen, infeksi, dan masalah sendi jangka panjang, juga dapat terjadi atau berkembang.

  • Dokter terkadang dapat mendiagnosis masalah ini berdasarkan gejala, keadaan yang menyebabkan cedera, dan hasil pemeriksaan fisik, tetapi kadang-kadang diperlukan pengambilan foto sinar-x atau tes pencitraan lainnya.

  • Sebagian besar cedera sembuh dengan baik dan tidak mengakibatkan masalah berarti, tetapi durasi waktu yang dibutuhkan untuk sembuh bervariasi, bergantung pada banyak faktor, seperti usia seseorang, jenis dan keparahan cedera, dan gangguan lainnya yang ada.

  • Pengobatan bergantung pada jenis dan keparahan cedera dan dapat mencakup pereda nyeri, PRICE (protection (proteksi), rest (istirahat), ice (kompres es), compression (kompresi), dan elevation (elevasi), imobilisasi bagian yang cedera (misalnya, dengan gips atau bidai), dan terkadang pembedahan.

Tulang, otot, dan jaringan yang menghubungkannya (ligamen, tendon, dan jaringan ikat lainnya, yang disebut jaringan lunak) membentuk sistem muskuloskeletal. Struktur ini memberikan bentuk pada tubuh, membuatnya stabil, dan memungkinkannya bergerak.

Jaringan sistem muskuloskeletal dapat mengalami kerusakan dalam berbagai cara:

  • Terkilir: Ligamen (yang melekatkan tulang dengan tulang) dapat robek.

  • Salah Urat: Otot dapat robek.

  • Ruptur tendon: Tendon (yang melekatkan otot ke tulang) dapat robek.

  • Fraktur: Tulang dapat retak atau patah. Biasanya, jaringan di sekitarnya juga mengalami cedera.

  • Dislokasi: Tulang-tulang dalam suatu sendi dapat terpisah sepenuhnya antara satu sama lain (disebut dislokasi) atau hanya sebagian melenceng dari posisinya (disebut subluksasi).

Terkilir, salah urat, dan cedera muskuloskeletal memiliki tingkat keparahan dan jenis pengobatan yang sangat bervariasi.

Terkilir dan salah urat dapat

  • Ringan (derajat 1): Serat pada otot atau ligamen meregang tetapi tidak robek, atau hanya beberapa sedikit yang robek.

  • Sedang (derajat 2): Sebagian hingga hampir semua serat robek.

  • Berat (derajat 3): Semua serat robek.

Tendon juga dapat robek seluruhnya atau sebagian. Jika tendon mengalami robekan total, bagian tubuh yang terpengaruh biasanya tidak dapat bergerak. Jika hanya sebagian tendon yang robek, gerakan tidak terpengaruh, tetapi tendon dapat terus robek dan kemudian dapat robek total di kemudian hari, terutama jika orang memberikan tekanan substansial pada bagian yang terpengaruh.

Banyak robekan parsial pada ligamen, tendon, atau otot sembuh secara spontan.

Robekan total sering kali memerlukan pembedahan.

Otot dan jaringan lunak lainnya dapat mengalami kerusakan serius saat tulang mengalami fraktur atau dislokasi. Kulit, saraf, pembuluh darah, dan organ juga dapat mengalami kerusakan. Cedera ini dapat menyebabkan masalah sementara atau permanen.

Sering kali, cedera jaringan lunak melibatkan anggota gerak, tetapi bagian tubuh mana pun, seperti leher atau punggung, dapat mengalami cedera.

Penyebab Terkilir dan Cedera Jaringan Lunak Lainnya

Trauma adalah penyebab paling umum dari cedera jaringan lunak dan cedera muskuloskeletal lainnya.

Trauma meliputi

  • Kekuatan langsung, seperti yang terjadi pada kasus jatuh atau tabrakan kendaraan bermotor atau saat olahraga, seperti sepak bola

  • Keausan berulang, seperti yang terjadi selama aktivitas sehari-hari atau akibat getaran atau gerakan tersentak

  • Penggunaan berlebihan, seperti yang dapat terjadi ketika atlet terlalu banyak berlatih

Seberapa parah cedera bergantung sebagian pada seberapa kuat kekuatan yang diberikan.

Terkilir dan salah urat adalah cedera olahraga yang umum terjadi. Misalnya, dapat terjadi selama berlari, terutama ketika orang tiba-tiba berpindah arah, atau selama latihan kekuatan—misalnya, ketika orang yang mengangkat beban dengan cepat menurunkan atau menyentak beban daripada bergerak perlahan dengan mulus.

Gejala Terkilir dan Cedera Jaringan Lunak Lainnya

Gejala cedera jaringan lunak yang paling jelas adalah

  • Nyeri

Bagian yang cedera terasa nyeri, terutama ketika orang mencoba menumpukan beban atau menggunakannya. Area di sekitar cedera terasa nyeri jika disentuh. Gejala lainnya meliputi

  • Pembengkakan

  • Memar atau berubah warna

  • Spasme otot (kontraksi otot yang tidak disengaja)

  • Ketidakmampuan untuk menggunakan bagian yang cedera secara normal

  • Kemungkinan hilangnya sensasi (mati rasa atau sensasi abnormal)

  • Bagian yang tampak terdistorsi, bengkok, atau tidak pada tempatnya (yang menunjukkan bahwa fraktur atau dislokasi juga telah terjadi)

Bagian yang cedera (seperti lengan, tungkai, tangan, jari tangan, atau jari kaki) sering kali tidak dapat digerakkan secara normal karena gerakan terasa sakit dan/atau struktur (otot, tendon, atau ligamen) rusak.

Pembengkakan mungkin baru akan muncul setelah beberapa jam. Jika tidak terjadi pembengkakan dalam kurun waktu ini, kecil kemungkinan terjadi terkilir berat.

Memar muncul saat terjadi perdarahan di bawah kulit. Darah berasal dari pembuluh darah yang rusak di jaringan yang cedera. Pada awalnya memar berwarna hitam keunguan, kemudian perlahan berubah menjadi hijau dan kuning saat darah terurai dan diserap kembali ke dalam tubuh. Darah dapat bergerak cukup jauh dari lokasi cedera, sehingga menyebabkan memar besar atau memar yang terpisah dari lokasi cedera. Misalnya, memar di dahi dapat menyebabkan memar muncul di kemudian hari di bawah mata. Diperlukan waktu beberapa minggu hingga darah terserap kembali. Darah dapat menyebabkan rasa sakit dan kaku sementara pada struktur di sekitarnya.

Karena menggerakkan bagian yang cedera menimbulkan nyeri yang parah, sebagian orang tidak bersedia atau tidak dapat menggerakkannya. Jika orang-orang (seperti anak-anak kecil atau lansia) tidak dapat berbicara, penolakan untuk menggerakkan suatu bagian tubuh mungkin menjadi satu-satunya tanda cedera. Namun demikian, beberapa cedera tidak menghalangi orang untuk menggerakkan bagian yang cedera. Mampu menggerakkan bagian yang cedera bukan berarti tidak terjadi cedera.

Komplikasi Terkilir dan Cedera Jaringan Lunak Lainnya

Cedera jaringan lunak dapat disertai dengan atau menimbulkan masalah lain (komplikasi). Misalnya, anggota gerak yang cedera mungkin tidak lagi dapat berfungsi secara normal. Namun, komplikasi serius jarang terjadi. Risiko komplikasi serius meningkat jika kulit robek atau jika pembuluh darah atau saraf rusak.

Beberapa komplikasi (seperti kerusakan pembuluh darah dan saraf) terjadi selama beberapa jam atau beberapa hari pertama setelah cedera terjadi. Komplikasi lainnya (seperti masalah dengan penyembuhan dan masalah sendi) berkembang seiring waktu.

Perdarahan

Cedera jaringan lunak yang signifikan menyebabkan perdarahan di bawah kulit (memar).

Jika seseorang meminum obat untuk mencegah terbentuknya bekuan darah (antikoagulan), cedera yang relatif ringan dapat menyebabkan perdarahan substansial.

Kerusakan pembuluh darah

Meskipun jarang terjadi, apa yang tampak seperti terkilir berat (misalnya, pada lutut) bisa jadi merupakan dislokasi yang bergeser kembali pada tempatnya dengan sendirinya. Dislokasi ini dapat merusak pembuluh arteri dan mengganggu pasokan darah ke anggota gerak yang cedera. Pasokan darah yang terganggu mungkin tidak menyebabkan gejala apa pun hingga beberapa jam setelah cedera. Jika tidak ditangani, kerusakan tersebut dapat menyebabkan hilangnya anggota gerak.

Kerusakan saraf

Terkadang saraf meregang, memar, remuk, atau robek. Hantaman langsung dapat menyebabkan saraf memar atau remuk. Kondisi remuk menyebabkan lebih banyak kerusakan daripada memar. Kerusakan saraf menyebabkan mati rasa dan terkadang kesemutan pada area di luar lokasi kerusakan saraf. Cedera ini biasanya membaik tanpa pengobatan setelah beberapa minggu, bulan, atau bahkan tahun, bergantung pada tingkat keparahan cedera. Saraf yang robek tidak sembuh secara spontan dan mungkin harus diperbaiki melalui pembedahan. Beberapa cedera saraf tidak pernah sembuh sepenuhnya.

Masalah sendi

Sendi dapat menjadi kaku jika tidak digerakkan (diimobilisasi) untuk waktu yang lama—misalnya, dengan bidai atau gips. Lutut, siku, dan bahu sangat mungkin menjadi kaku setelah cedera, terutama pada lansia.

Terapi fisik biasanya diperlukan untuk mencegah kekakuan dan membantu sendi bergerak senormal mungkin.

Terkilir berat dapat membuat sendi menjadi tidak stabil. Memiliki sendi yang tidak stabil dapat menonaktifkan dan meningkatkan risiko osteoartritis. Pengobatan yang tepat dapat membantu mencegah masalah permanen.

Sindrom kompartemen

Meskipun jarang terjadi, namun pembengkakan (biasanya selama pemakaian gips) terjadi cukup parah sehingga mendorong terjadinya sindrom kompartemen. Karena pembengkakan menekan pembuluh darah di dekatnya, aliran darah ke anggota gerak yang cedera menjadi berkurang atau tersumbat. Akibatnya, jaringan pada anggota gerak dapat mengalami kerusakan atau mati, dan anggota gerak mungkin harus diamputasi.

Diagnosis Terkilir dan Cedera Jaringan Lunak Lainnya

  • Evaluasi dokter

  • Pemeriksaan sinar-x perlu dilakukan untuk memeriksa fraktur

  • Terkadang pencitraan resonansi magnetik atau tomografi terkomputasi

Untuk mendiagnosis terkilir, salah urat, dan cedera tendon, dokter mengajukan pertanyaan terperinci tentang cedera tersebut dan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Mereka sering kali dapat mendiagnosis cedera jaringan lunak berdasarkan informasi ini dan hasil pemeriksaan fisik.

Jika masalah muskuloskeletal terjadi tiba-tiba, orang harus memutuskan apakah akan pergi ke unit gawat darurat, menghubungi dokter mereka, atau menunggu dan melihat apakah masalah (nyeri, bengkak, atau gejala lainnya) hilang dan berkurang dengan sendirinya.

Seseorang harus dibawa ke unit gawat darurat, sering kali dengan ambulans, jika kondisi mana pun di bawah ini berlaku:

  • Masalahnya jelas serius (misalnya, jika terjadi tabrakan mobil atau jika orang tidak dapat menggunakan bagian tubuh yang cedera).

  • Mereka menduga bahwa mereka mengalami fraktur (kemungkinan pengecualian adalah cedera jari kaki atau ujung jari).

  • Mereka menduga bahwa mereka mengalami cedera dislokasi atau cedera jaringan lunak yang parah (seperti robekan tendon atau terkilir berat atau salah urat).

  • Mereka mengalami beberapa cedera.

  • Mereka memiliki gejala komplikasi—misalnya, jika mereka kehilangan sensasi pada bagian tubuh yang terpengaruh, mereka tidak dapat menggerakkan bagian yang terpengaruh secara normal, kulit terasa dingin atau berubah menjadi biru, atau bagian yang cedera menjadi lemah.

  • Mereka tidak dapat menumpukan beban pada bagian tubuh yang terpengaruh.

  • Sendi yang cedera terasa tidak stabil.

Seseorang harus menghubungi dokter jika

  • Cedera tersebut menyebabkan rasa sakit atau bengkak, tetapi mereka merasa bagian yang cedera tidak mengalami fraktur atau cedera berat.

Jika tidak satu pun di atas yang sesuai dan cederanya tampak sepele, seseorang dapat menghubungi dokter atau menunggu dan melihat apakah masalahnya hilang dengan sendirinya.

Jika cedera diakibatkan oleh kecelakaan serius, prioritas pertama dokter adalah

  • Memeriksa cedera dan komplikasi berat, seperti luka terbuka, kerusakan saraf, kehilangan darah yang signifikan, aliran darah terganggu, dan sindrom kompartemen, yang dapat berkembang jika pasokan darah ke anggota gerak yang cedera menurun atau tersumbat

Misalnya, dokter memeriksa apakah ada mati rasa, mengukur tekanan darah (yang rendah pada orang yang kehilangan banyak darah), memeriksa denyut nadi (yang tidak ada atau lemah ketika aliran darah terganggu), dan mencari tanda-tanda lain dari aliran darah yang terganggu, seperti kulit yang pucat dan dingin. Jika terdapat cedera dan komplikasi, dokter akan mengobatinya sesuai kebutuhan, lalu melanjutkan evaluasi.

Orang-orang harus diperiksa untuk mengetahui adanya fraktur dan dislokasi serta cedera ligamen, tendon, dan otot. Kadang-kadang dokter harus terlebih dahulu memastikan bahwa tidak ada fraktur sebelum mereka melakukan bagian-bagian dari evaluasi ini.

Deskripsi cedera

Dokter meminta orang tersebut (atau saksi) untuk menjelaskan apa yang terjadi. Seseorang mungkin tidak ingat bagaimana cedera terjadi atau tidak dapat menggambarkannya secara akurat. Mengetahui bagaimana cedera terjadi dapat membantu dokter menentukan jenis cedera. Misalnya, jika seseorang melaporkan adanya bunyi krek, penyebabnya dapat berupa cedera pada ligamen atau tendon (atau fraktur). Selain itu, dokter juga menanyakan ke arah mana sendi mengalami tekanan saat terjadi cedera. Informasi ini dapat membantu dokter menentukan ligamen dan/atau tulang mana yang mungkin mengalami kerusakan.

Dokter juga menanyakan tentang waktu dimulainya rasa nyeri. Jika terasa segera setelah cedera, penyebabnya bisa jadi terkilir berat. Jika nyeri mulai berjam-jam hingga beberapa hari kemudian, cedera biasanya ringan. Jika nyeri lebih parah dari yang diperkirakan untuk cedera tersebut atau jika nyeri terus memburuk selama jam-jam pertama setelah cedera, sindrom kompartemen mungkin telah berkembang atau aliran darah mungkin terganggu.

Orang tersebut juga ditanya tentang cedera masa lalu dan penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan risiko robekan tendon (termasuk kortikosteroid dan antibiotik fluoroquinolon seperti siprofloksasin).

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi hal berikut (sesuai urutan prioritas):

  • Memeriksa kerusakan pembuluh darah di dekat bagian tubuh yang cedera

  • Memeriksa kerusakan saraf di dekat bagian yang cedera

  • Memeriksa dan menggerakkan bagian yang cedera

  • Memeriksa persendian di atas dan di bawah bagian yang cedera

Untuk memeriksa tanda-tanda kerusakan pembuluh darah dan aliran darah yang terganggu, dokter memeriksa denyut nadi serta warna dan suhu kulit. Ketika aliran darah terganggu (seperti yang dapat terjadi pada sindrom kompartemen), denyut nadi mungkin tidak ada atau lemah dan kulit mungkin menjadi pucat dan dingin. Dokter mengukur tekanan darah, yang biasanya rendah pada orang yang kehilangan banyak darah.

Untuk memeriksa kerusakan saraf, dokter mengevaluasi sensasi pada kulit—apakah orang tersebut dapat merasakan secara normal—dan menanyakan apakah orang tersebut merasakan sensasi abnormal, seperti sensasi ditusuk-tusuk, kesemutan, atau mati rasa. Sensasi abnormal menunjukkan bahwa saraf mengalami kerusakan.

Dokter dengan perlahan meraba bagian yang cedera untuk menentukan apakah area tersebut nyeri saat ditekan dan apakah tendon atau otot terasa abnormal. Jika fraktur atau dislokasi terjadi, dokter mungkin merasa bahwa tulang-tulangnya patah menjadi beberapa bagian atau bergeser dari tempatnya. Dokter juga memeriksa adanya pembengkakan dan memar. Mereka akan menanyakan apakah orang tersebut dapat menggunakan, membebani, dan menggerakkan bagian yang cedera.

Dokter melakukan tes untuk melihat stabilitas sendi dengan menggerakkannya perlahan dengan cara yang memberikan tekanan pada sendi (disebut uji stres). Jika sendi terasa sangat tidak stabil, dokter mencurigai adanya cedera ligamen yang parah (atau dislokasi). Namun, jika fraktur mungkin terjadi, pemeriksaan sinar-x dilakukan terlebih dahulu untuk menentukan bahwa menggerakkan sendi dinilai aman. Kadang-kadang, uji stres ditunda hingga rasa nyeri berkurang.

Menggerakkan sendi yang terpengaruh juga dapat membantu dokter menentukan tingkat keparahan cedera. Misalnya, mereka dapat menentukan seberapa parah terkilir (robekan ligamen) didasarkan pada seberapa jauh mereka dapat menggerakkan sendi dan tingkat rasa sakit yang dirasakan saat sendi digerakkan. Jika ligamen mengalami robekan parsial, rasa yang sangat sakit akan dirasakan saat sendi digerakkan. Jika ligamen mengalami robekan total, menggerakkan sendi menjadi tidak terlalu sakit karena robekan ligamen tidak diregangkan saat sendi digerakkan. Sendi biasanya dapat bergerak lebih bebas jika ligamen robek daripada jika tidak terjadi robekan dan dapat digerakkan dengan lebih bebas saat ligamen mengalami robekan total daripada robekan parsial.

Karena tendon menghubungkan otot-otot dengan tulang, dokter sering kali dapat menentukan tingkat keparahan cedera tendon dengan menggerakkan otot tempat melekatnya tendon. Jika tendon mengalami robekan total, menggerakkan otot tempat melekatnya tendon mungkin tidak akan menggerakkan tulang. Misalnya, jika tendon Achilles (yang menghubungkan otot betis ke tulang tumit) mengalami robekan total, kaki mungkin tidak bergerak. Robekan parsial sebagian mungkin sulit dideteksi karena persendian tampak bergerak normal.

Jika pemeriksaan fisik tidak mendeteksi adanya masalah pada sendi yang diidentifikasi sebagai nyeri, cedera mungkin terjadi di tempat lain. Jenis nyeri ini disebut nyeri alih. Misalnya, jika sendi antara tulang dada dan tulang selangka mengalami cedera, maka seseorang dapat merasakan nyeri di bahu mereka. Dengan demikian, dokter selalu memeriksa sendi di atas dan di bawah sendi yang nyeri untuk memeriksa adanya cedera.

Jika nyeri atau spasme otot mengganggu pemeriksaan, dokter dapat memberikan pereda nyeri dan/atau relaksan otot secara oral atau melalui injeksi, atau anestesi lokal dapat disuntikkan ke area yang cedera untuk memudahkan pemeriksaan. Atau bagian yang cedera mungkin tidak dapat diimobilisasi hingga spasme berhenti, biasanya selama beberapa hari, dan kemudian diperiksa.

Tes

Tes pencitraan dilakukan untuk memeriksa kemungkinan fraktur dan dislokasi serta untuk mengidentifikasi cedera jaringan lunak. Tes ini meliputi

  • Foto sinar-x jika diperlukan

  • Pencitraan resonansi magnetik (magnetic resonance imaging, MRI)

  • Terkadang dilakukan tomografi terkomputasi (computed tomography, CT)

Foto sinar-x tidak selalu dibutuhkan. Pemeriksaan ini tidak menunjukkan cedera pada ligamen, tendon, atau otot. Karena pemeriksana tersebut hanya memperlihatkan tulang (dan cairan yang terkumpul di sekitar sendi yang cedera). Namun, pemeriksaan sinar-x dapat dilakukan untuk memeriksa fraktur dan dislokasi, yang mungkin juga ada. Selain itu, foto sinar-x dapat menunjukkan abnormalitas posisi tulang yang dapat mengindikasikan adanya terkilir atau cedera jaringan lunak lainnya.

Foto sinar-x, jika diperlukan, biasanya diambil dari setidaknya dua sudut. Jika ada fraktur, dua foto sinar-x dapat menunjukkan kesejajaran fragmen-fragmen tulang.

MRI dapat memperlihatkan jaringan lunak, yang biasanya tidak terlihat pada pemeriksaan sinar-x. Dengan demikian MRI membantu mendeteksi cedera pada tendon, ligamen, tulang rawan, dan otot.

CT atau MRI dapat dilakukan untuk memeriksa fraktur halus, yang mungkin menyertai cedera jaringan lunak.

Tes lain dapat dilakukan untuk memeriksa cedera yang dapat menyertai cedera jaringan lunak:

  • Angiografi (pemeriksaan sinar-x atau pemindaian CT yang dilakukan setelah agen kontras disuntikkan ke dalam pembuluh arteri) untuk memeriksa kerusakan pembuluh darah

  • Pemeriksaan konduksi saraf untuk memeriksa adanya saraf yang rusak

Tahukah Anda...

  • Pemeriksaan sinar-x hanya memperlihatkan tulang dan dengan demikian biasanya tidak dapat membantu dokter mengidentifikasi cedera seperti terkilir, salah urat, dan cedera tendon, bahkan cedera yang berat.

Pengobatan Terkilir dan Cedera Jaringan Lunak Lainnya

  • Pengobatan cedera serius atau komplikasi

  • Pereda nyeri

  • Protection (Proteksi), rest (istirahat), ice (kompres es), compression (kompresi), dan elevation (elevasi) (PRICE)

  • Imobilisasi, biasanya dengan bidai atau gips

  • Terkadang pembedahan

Jika seseorang merasa bahwa mereka mengalami cedera berat, mereka harus pergi ke unit gawat darurat. Jika mereka tidak dapat berjalan atau mengalami beberapa cedera, mereka harus diangkut dengan ambulans. Sampai mereka mendapatkan pertolongan medis, mereka harus melakukan hal berikut:

  • Mencegah agar anggota gerak yang cedera tidak bergerak (mengimobilisasinya) dan menopangnya dengan bidai, tali penyangga, atau bantal sementara

  • Meninggikan anggota gerak lebih tinggi daripada jantung jika memungkinkan, untuk membatasi pembengkakan

  • Menggunakan kompres es (dibungkus dengan handuk atau kain) untuk mengendalikan rasa sakit dan pembengkakan

Pengobatan cedera serius

Di unit gawat darurat, dokter memeriksa adanya cedera yang memerlukan perawatan segera atau cedera yang dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti sindrom kompartemen. Tanpa pengobatan, komplikasi dapat bertambah parah, menimbulkan rasa sakit yang lebih hebat, dan lebih cenderung menyebabkan hilangnya fungsi tubuh.

Untuk memastikan bagian yang cedera tidak kekurangan darah, dokter melakukan pembedahan untuk memperbaiki pembuluh arteri yang rusak kecuali jika pembuluh arterinya kecil dan aliran darah tidak terpengaruh.

Saraf yang terputus juga diperbaiki melalui pembedahan, tetapi pembedahan ini dapat ditunda hingga beberapa hari setelah cedera jika perlu. Jika memar atau rusak, saraf dapat membaik tanpa pengobatan.

Jika kulit robek, luka ditutupi dengan balutan steril, dan orang yang cedera diberi vaksin untuk mencegah tetanus dan antibiotik untuk membantu mencegah infeksi. Selain itu, luka juga dibersihkan, biasanya setelah pemberian anestesi lokal untuk mengebaskan area tersebut.

Setelah cedera serius ditangani, dokter memusatkan pengobatan untuk meredakan gejala dan mengimobilisasi cedera jaringan lunak sesuai kebutuhan.

Pereda nyeri

Dilakukan pengobatan terhadap rasa nyeri, biasanya dengan asetaminofen dan/atau pereda nyeri opioid. Aspirin dan obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya (OAINS) juga dapat digunakan tetapi kadang-kadang tidak direkomendasikan oleh dokter karena biasanya tidak lebih efektif daripada asetaminofen dan, pada sebagian orang, dapat memperparah perdarahan atau berdampak negatif pada fungsi ginjal.

PRICE

PRICE mengacu pada kombinasi protection (proteksi), rest (istirahat), ice (kompres es), compression (kompresi) atau tekanan, dan elevation (elevasi) Terapi ini digunakan untuk mengobati otot, ligamen, dan tendon yang cedera.

Protection (Proteksi) membantu mencegah cedera lebih lanjut yang dapat memperburuk cedera awal. Umumnya, dilakukan pemasangan bidai atau perangkat lain.

Rest (Istirahat) mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat penyembuhan. Orang harus membatasi aktivitas mereka dan menghindari menumpukan beban dan/atau menggunakan bagian tubuh yang cedera. Misalnya, mereka tidak boleh berpartisipasi dalam olahraga kontak fisik, dan mereka harus menggunakan kruk jika diperlukan.

Ice (Kompres es) dan kompresi meminimalkan pembengkakan dan nyeri. Es dibungkus dalam kantong plastik, handuk, atau kain dan ditempelkan selama masing-masing 15 hingga 20 menit, sesering mungkin dalam 24 hingga 48 jam pertama. Biasanya, kompresi diterapkan pada bagian tubuh yang cedera menggunakan perban elastis.

Elevating (Elevasi) anggota gerak yang cedera membantu mengalirkan cairan menjauh dari bagian tubuh yang cedera sehingga mengurangi pembengkakan. Anggota gerak yang cedera diangkat lebih tinggi dari jantung selama 2 hari pertama.

Setelah 48 jam, orang dapat secara berkala mengaplikasikan panas (misalnya, dengan bantalan pemanas) selama 15 hingga 20 menit. Panas dapat meredakan nyeri dan mempercepat penyembuhan. Namun, apakah kompres panas atau dingin yang terbaik masih belum jelas, dan apa yang paling baik mungkin berbeda-beda pada setiap orang.

Imobilisasi

Membatasi gerakan anggota gerak (imobilisasi) dapat mengurangi nyeri dan membantu penyembuhan dengan mencegah cedera lebih lanjut pada jaringan di sekitarnya. Sendi di kedua sisi cedera diimobilisasi.

Jika imobilisasi berlangsung terlalu lama (misalnya, selama lebih dari beberapa minggu pada orang dewasa muda), sendi mungkin menjadi kaku, terkadang permanen, dan otot dapat memendek (menyebabkan kontraktur) atau menyusut (menipis, atau atrofi). Bekuan darah dapat terbentuk. Masalah tersebut dapat berkembang dengan cepat, dan kontraktur dapat menjadi permanen, biasanya pada lansia. Akibatnya, pasien didorong untuk menggerakkan bagian yang cedera segera setelah sembuh. Mereka juga cenderung menggunakan perawatan yang memungkinkan lansia berjalan sesegera mungkin, dan bukan perawatan yang mengharuskan mereka untuk tidak bergerak dalam waktu lama (seperti tirah baring atau gips).

Penentuan perlu tidaknya dilakukan imobilisasi dan jenis teknik yang digunakan bergantung pada jenis cedera.

Jika dicurigai terjadi robekan parsial pada tendon atau jika diagnosisnya tidak pasti, dokter dapat menggunakan bidai untuk mengimobilisasi bagian yang cedera sehingga tendon dapat sembuh. Beberapa robekan tendon parah diimobilisasi selama beberapa hari atau minggu, terkadang dengan memasang gips.

Terkilir ringan diimobilisasi untuk waktu yag singkat. Menggerakkan bagian yang cedera sesegera mungkin biasanya merupakan pengobatan terbaik. Terkilir sedang sering kali diimobilisasi dengan tali penyangga atau bidai selama beberapa hari. Beberapa kasus terkilir dan robekan tendon yang parah dilakukan imobilisasi selama beberapa hari atau minggu, terkadang dengan memasang gips. Namun, banyak kasus terkilir berat harus diperbaiki melalui pembedahan dan tidak selalu diimobilisasi.

Gips biasanya digunakan untuk cedera yang harus diimobilisasi selama berminggu-minggu.

Untuk memasang gips, dokter membungkus bagian yang cedera dengan kain, kemudian mengoleskan lapisan bahan katun lembut untuk melindungi kulit dari tekanan dan gesekan. Di atas bantalan ini, dokter membungkuskan perban kapas berisi plester yang telah dibahasi atau lembaran serat kaca, yang mengeras saat mengering. Plester sering kali digunakan untuk mengimobilisasi tulang yang patah dan terpisah karena dapat tercetak dengan baik dan kecil kemungkinannya bergesekan dengan tubuh. Gips serat kaca bersifat lebih kuat, lebih ringan, dan tahan lama. Setelah sekitar satu minggu, pembengkakan akan berkurang. Kemudian, gips plester terkadang dapat diganti dengan gips serat kaca agar lebih terpasang erat pada anggota gerak.

Orang-orang yang membutuhkan gips diberi instruksi khusus untuk perawatannya. Jika gips tidak dirawat dengan benar, beberapa masalah dapat muncul. Misalnya, jika gips menjadi basah, bantalan pelindung di bawah gips akan ikut basah, dan pengeringan sepenuhnya mungkin tidak dapat dilakukan. Akibatnya, kulit dapat melunak dan rusak, sehingga terbentuk luka. Selain itu, jika gips plaster basah, gips dapat terlepas sehingga tidak lagi melindungi dan mengimobilisasi area yang cedera.

Orang-orang diperintahkan untuk menjaga agar gips ditinggikan semaksimal mungkin pada atau di atas tinggi jantung, terutama selama 24 hingga 48 jam pertama. Idealnya, elevasi berada dalam posisi yang menyediakan jalur ke bawah tanpa hambatan, sehingga gaya gravitasi dapat membantu mengurangi pembengkakan. Seseorang juga harus sering menekuk-nekuk dan mengulurkan jari-jari tangan atau menggoyang-goyangkan jari kaki mereka.

Meskipun jarang, gips dapat menyebabkan rasa sakit, tekanan, atau mati rasa yang bersifat konstan atau memburuk dari waktu ke waktu. Gejala tersebut harus segera dilaporkan kepada dokter. Gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh berkembangnya luka tekanan atau sindrom kompartemen. Dalam hal ini, dokter mungkin harus melepaskan gips dan memasang gips baru.

Bidai dapat digunakan untuk mengimobilisasi kondisi terkilir dan cedera lainnya, terutama jika bidai tersebut harus dijaga agar tidak bergerak selama beberapa hari atau kurang. Dengan menggunakan bidai, seseorang dapat memasang kompres es dan bergerak lebih baik dibandingkan pemakaian gips.

Bidai adalah lempengan plester, serat kaca, atau aluminium yang panjang dan sempit yang dipasang bersama pembungkus atau pita elastis. Karena lempengan ini tidak sepenuhnya mengelilingi anggota gerak, ada ruang yang tersisa jika terjadi pembengkakan. Dengan demikian, bidai tidak meningkatkan risiko terjadinya sindrom kompartemen. Beberapa cedera yang pada akhirnya memerlukan gips diimobilisasi terlebih dahulu dengan bidai sampai sebagian besar pembengkakan hilang.

Tali penyangga itu sendiri dapat berfungsi sebagai penopang. Tali penyangga dapat berguna jika imobilisasi total memberikan efek yang tidak diinginkan. Misalnya, jika bahu diimobilisasi sepenuhnya, jaringan di sekitar sendi dapat menjadi kaku, terkadang dalam beberapa hari, sehingga menghalangi gerakan bahu (disebut frozen shoulder). Tali penyangga membatasi gerakan bahu dan siku, tetapi memungkinkan tangan bergerak.

Pembebat (swathe), yang merupakan potongan kain atau tali, dapat digunakan bersama tali penyangga untuk mencegah lengan berayun keluar, terutama pada malam hari. Pembebat dililitkan pada punggung seseorang dan bagian yang cedera.

Merawat Gips

  • Saat mandi, tutupi gips dengan kantong plastik dan segel bagian atasnya dengan pita karet atau pita perekat atau gunakan penutup tahan air yang dirancang untuk menutupi gips. Penutup tersebut tersedia secara komersial, nyaman digunakan, dan lebih andal. Jika gips menjadi basah, pelapis di bawah gips mungkin ikut basah. Pengering rambut dapat digunakan untuk menghilangkan kelembapan. Jika tidak dilakukan, maka gips harus diganti untuk mencegah rusaknya kulit.

  • Jangan pernah meletakkan benda di dalam gips (misalnya, untuk menggaruk kulit yang gatal).

  • Periksa kulit di sekitar gips setiap hari, dan laporkan jika ada bagian yang merah atau nyeri kepada dokter.

  • Periksa bagian pinggir gips setiap hari, dan jika terasa kasar, pasang pita perekat lunak, tisu, kain, atau bahan lunak lainnya untuk agar menjadi bantalan dan mencegah agar gips tidak mencederai kulit.

  • Saat beristirahat, posisikan gips dengan hati-hati, mungkin dengan bantal atau bantalan kecil, untuk mencegah bagian pinggir gips menjepit atau menusuk ke kulit.

  • Tinggikan gips secara teratur, sesuai petunjuk dokter, untuk mengendalikan pembengkakan.

  • Segera hubungi dokter jika gips menyebabkan nyeri berkelanjutan atau terasa terlalu kencang. Gejala-gejala ini dapat terjadi akibat luka tekan atau pembengkakan, yang mungkin mengharuskan gips dilepaskan dengan segera.

  • Hubungi dokter jika gips Anda berbau atau jika timbul demam. Gejala-gejala ini dapat mengindikasikan adanya infeksi.

  • Hubungi dokter jika gips menyebabkan nyeri atau mati rasa atau rasa lemah yang semakin memburuk. Gejala-gejala ini dapat mengindikasikan adanya sindrom kompartemen.

Teknik yang Umum Digunakan untuk Imobilisasi Sendi

Tindakan bedah

Banyak kasus terkilir dan robekan tendon derajat 3 membutuhkan perbaikan secara pembedahan.

Terkadang dilakukan bedah artroskopi. Untuk prosedur ini, slang pengamatan berukuran sebesar pensil dimasukkan ke dalam sendi melalui sayatan kecil. Prosedur ini paling sering dilakukan untuk memperbaiki ligamen pada lutut (lutut terkilir) atau bantalan tulang rawan (meniskus) pada lutut.

Rehabilitasi dan Prognosis untuk Cedera Jaringan Lunak

Sebagian besar cedera jaringan lunak sembuh dengan baik dan tidak menimbulkan banyak masalah. Namun demikian, beberapa di antaranya tidak sepenuhnya sembuh meskipun sudah didiagnosis dan dirawat dengan benar.

Durasi kesembuhan cedera berbeda-beda, mulai dari hitungan minggu hingga bulan bergantung pada

  • Jenis cedera

  • Lokasi cedera

  • Usia orang yang mengalaminya

  • Gangguan lain yang ada

Misalnya, anak-anak sembuh lebih cepat daripada orang dewasa, dan gangguan tertentu (termasuk yang menyebabkan masalah sirkulasi, seperti diabetes dan penyakit arteri perifer), dapat memperlambat penyembuhan. Robekan parsial pada ligamen, tendon, dan otot cenderung sembuh secara spontan, tetapi robekan sempurna sering kali memerlukan pembedahan.

Tindakan imobilisasi membuat sendi kaku, dan otot melemah dan menyusut karena tidak digunakan. Jika anggota gerak diimobilisasi dengan gips, sendi yang terpengaruh menjadi semakin kaku setiap minggu, dan akhirnya orang tidak dapat sepenuhnya mengulurkan dan menekuk anggota gerak mereka. Masalah tersebut dapat berkembang dengan cepat dan menjadi permanen, biasanya pada lansia. Setelah memakai gips sepanjang tungkai (paha atas hingga jari-jari kaki) selama beberapa minggu, otot biasanya banyak menyusut sehingga orang dapat memasukkan tangan mereka ke dalam ruang yang sebelumnya sempit antara gips dan paha mereka. Ketika gips dilepas, otot mereka menjadi sangat lemah dan terlihat lebih kecil.

Untuk mencegah atau meminimalkan kekakuan dan untuk membantu orang mempertahankan kekuatan otot, dokter atau terapis fisik merekomendasikan latihan harian, termasuk latihan rentang gerak dan latihan penguatan otot. Selama masa penyembuhan cedera, orang dapat melakukan latihan dengan bagian tubuh lainnya, sebagaimana diinstruksikan oleh dokter atau terapis fisik mereka.

Setelah cedera dinilai cukup sembuh dan sendi tidak lagi diimobilisasi, seseorang dapat mulai melatih anggota gerak yang cedera. Saat berlatih, mereka harus memperhatikan apa yang dirasakan pada anggota gerak yang cedera dan menghindari latihan terlalu keras. Jika otot terlalu lemah bagi seseorang untuk melatihnya, maka terapis akan menggerak-gerakkan anggota gerak orang tersebut (disebut latihan pasif). Namun, pada akhirnya, untuk mendapatkan kembali kekuatan penuh dari anggota gerak yang cedera, orang harus menggerakkan otot mereka sendiri (disebut latihan aktif).

Latihan untuk meningkatkan rentang gerak dan kekuatan otot serta memperkuat dan menstabilkan sendi yang cedera dapat membantu mencegah cedera berulang dan membantu mencegah gangguan jangka panjang.

Sebagian besar orang merasa tidak nyaman selama beraktivitas, bahkan setelah cedera dinyatakan cukup sembuh sehingga mereka dapat memberi beban penuh pada bagian yang cedera.

Sorotan tentang Penuaan: Cedera Jaringan Lunak

Orang dewasa yang berusia di atas 65 tahun lebih cenderung mengalami cedera ligamen otot, dan tendon, sebagian karena mereka cenderung lebih mudah jatuh. Mereka lebih cenderung untuk jatuh karena alasan berikut:

  • Beberapa perubahan normal terkait usia dalam aspek keseimbangan, penglihatan, sensasi (terutama di kaki), dan kekuatan otot menjadikan lansia lebih cenderung untuk jatuh dan mencederai diri mereka sendiri.

  • Sebagian lansia merasa pusing atau kepala terasa ringan saat duduk atau berdiri karena tekanan darah mereka turun secara berlebihan.

  • Mereka kurang mampu melindungi diri mereka saat jatuh.

  • Mereka lebih cenderung mengalami efek samping obat (seperti mengantuk, kehilangan keseimbangan, dan pusing), yang dapat membuat mereka cenderung untuk jatuh.

Pada lansia, pemulihan sering kali lebih rumit dan lebih lambat daripada pada orang yang lebih muda karena

  • Penyembuhan pada lansia biasanya lebih lambat daripada orang dewasa yang lebih muda.

  • Lansia biasanya memiliki kekuatan yang cenderung lebih lemah, fleksibilitas yang lebih sedikit, dan keseimbangan yang lebih buruk daripada orang yang lebih muda. Dengan demikian, mengimbangi keterbatasan yang disebabkan oleh cedera akan lebih sulit, dan kembali ke aktivitas sehari-hari menjadi semakin sulit.

  • Ketika lansia tidak aktif atau diimobilisasi (dengan gips atau bidai), mereka kehilangan jaringan otot lebih cepat daripada orang dewasa yang lebih muda. Dengan demikian, imobilisasi dapat menyebabkan kelemahan otot. Kadang-kadang otot menjadi lebih pendek secara permanen, dan jaringan parut terbentuk di jaringan di sekitar sendi seperti ligamen dan tendon. Kondisi ini (disebut kontraktur sendi) membatasi pergerakan sendi.

  • Lansia cenderung memiliki gangguan lain (seperti artritis atau sirkulasi yang buruk), yang dapat mengganggu pemulihan atau memperlambat penyembuhan.

Cedera ringan sekalipun dapat sangat mengganggu kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari, seperti makan, berpakaian, mandi, dan bahkan berjalan, terutama jika mereka menggunakan alat bantu jalan sebelum cedera.

Imobilisasi: Tindakan imobilisasi menimbulkan masalah khusus pada lansia.

Pada lansia, diimobilisasi cenderung menimbulkan yang berikut ini:

Luka tekan terjadi ketika aliran darah ke suatu area terputus atau mengalami penurunan yang signifikan. Pada lansia, aliran darah ke anggota gerak mungkin sudah berkurang. Ketika berat anggota gerak yang cedera ditumpukan pada gips, aliran darah berkurang lebih banyak lagi, dan dapat menimbulkan luka tekan. Jika diperlukan tirah baring, luka tekan dapat terjadi pada area kulit yang menyentuh tempat tidur. Area ini harus diperiksa dengan saksama untuk menemukan tanda-tanda kerusakan kulit.

Karena imobilisasi cenderung menyebabkan masalah pada lansia, pengobatan cedera muskuloskeletal difokuskan untuk membantu lansia kembali menjalani aktivitas sehari-hari secepat mungkin.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!