Batuk pada Orang Dewasa

OlehRebecca Dezube, MD, MHS, Johns Hopkins University
Ditinjau OlehRichard K. Albert, MD, Department of Medicine, University of Colorado Denver - Anschutz Medical
Ditinjau/Direvisi Dimodifikasi Nov 2023
v1142927_id

Batuk adalah pelepasan udara secara tiba-tiba dan kuat dari paru-paru. Ini adalah salah satu alasan paling umum orang mengunjungi dokter. Fungsi batuk adalah membersihkan saluran napas dari objek dan melindungi paru dari partikel yang telah dihirup. Orang dapat batuk dengan sengaja (secara sukarela) atau secara spontan (tidak sengaja). (Lihat juga Batuk pada Anak-anak.)

Batuk sangat bervariasi. Batuk dapat ditandai sebagai batuk kering (tidak produktif) atau produktif, membawa darah atau sputum (juga disebut dahak). Sputum adalah campuran lendir, kotoran, dan sel yang dikeluarkan oleh paru-paru. Sputum mungkin berwarna bening, kuning, hijau, atau berbercak darah.

Orang yang batuk sangat keras dapat menegangkan otot rusuk atau kartilago, menyebabkan nyeri di dada, terutama ketika mereka bernapas, bergerak, atau batuk lagi. Batuk dapat sangat menyusahkan dan mengganggu tidur. Namun demikian, jika batuk meningkat secara perlahan selama beberapa dekade, seperti halnya pada orang yang merokok, orang tersebut mungkin tidak menyadarinya.

Penyebab Batuk

Batuk terjadi ketika saluran napas mengalami iritasi. Kemungkinan penyebab batuk tergantung pada apakah batuk berlangsung kurang dari 8 minggu (akut) atau 8 minggu ke atas (kronis).

Penyebab umum

Untuk batuk akut, penyebab paling umum adalah

Untuk batuk kronis, penyebab paling umum adalah

Penyebab yang kurang umum

Untuk batuk akut, penyebab yang jarang terjadi antara lain

Namun demikian, orang yang tidak sengaja menghirup sesuatu biasanya mengetahui alasan mereka batuk dan memberi tahu dokter mereka kecuali jika mereka mengalami demensia, stroke, atau gangguan lain yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan memori, kognisi, atau komunikasi.

Untuk batuk kronis, penyebab yang jarang terjadi antara lain

Orang yang menderita demensia atau stroke sering mengalami kesulitan menelan. Akibatnya, mereka dapat mengisap sejumlah kecil makanan dan minuman, air liur, atau isi perut ke dalam batang tenggorok (trakea). Orang-orang ini dapat berulang kali mengisap sejumlah kecil bahan ini tanpa sepengetahuan perawat mereka dan kemudian dapat mengalami batuk kronis.

Asma dapat menyebabkan batuk. Jarang terjadi, gejala utama asma adalah batuk, alih-alih mengi. Jenis asma ini disebut asma varian-batuk.

Evaluasi Batuk

Tidak setiap batuk memerlukan evaluasi segera oleh dokter. Informasi berikut dapat membantu orang memutuskan apakah diperlukan evaluasi dokter dan membantu mereka mengetahui apa yang diharapkan selama evaluasi.

Tanda-tanda bahaya

Pada orang yang mengalami batuk, ada gejala dan karakteristik tertentu yang perlu dikhawatirkan. Ini meliputi

  • Sesak napas

  • Batuk darah

  • Penurunan berat badan

  • Demam yang berlangsung lebih dari sekitar 1 minggu

  • Faktor risiko tuberkulosis, seperti terpapar tuberkulosis, terinfeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV), atau meminum kortikosteroid atau obat-obatan lain yang menekan sistem imun

  • Faktor risiko infeksi HIV, seperti aktivitas seksual berisiko tinggi atau penggunaan obat-obatan terlarang melalui injeksi

Kapan harus berkunjung ke dokter

Orang yang memiliki tanda peringatan harus segera mengunjungi dokter kecuali satu-satunya tanda peringatan adalah penurunan berat badan. Penundaan selama sekitar satu minggu tidaklah berbahaya. Orang yang mungkin telah menghirup sesuatu juga harus segera mengunjungi dokter.

Orang dengan batuk akut tetapi tidak ada tanda peringatan dapat menunggu beberapa hari untuk melihat apakah batuk berhenti atau menjadi kurang parah, terutama jika mereka juga mengalami hidung tersumbat dan sakit tenggorokan, yang menunjukkan bahwa penyebabnya mungkin adalah infeksi saluran pernapasan atas (URI).

Orang-orang yang mengalami batuk kronis tetapi tidak ada tanda peringatan harus mengunjungi dokter, tetapi menunda selama sekitar satu minggu kemungkinan tidak akan berbahaya.

Tindakan dokter

Dokter terlebih dahulu mengajukan pertanyaan tentang gejala dan riwayat medis orang tersebut. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik. Apa yang mereka temukan selama pemeriksaan riwayat dan fisik sering kali menunjukkan penyebab batuk dan tes yang perlu dilakukan (lihat tabel Beberapa Penyebab dan Ciri-ciri Batuk).

Beberapa temuan yang jelas kurang membantu dalam menegakkan diagnosis karena dapat terjadi pada beberapa gangguan yang menyebabkan batuk. Misalnya, apakah sputum berwarna kuning atau hijau atau kental atau cair tidak membantu membedakan infeksi bakteri dari kemungkinan penyebab lain. Mengi dapat terjadi pada bronkitis, asma, atau gangguan lainnya. Batuk yang membawa darah dapat disebabkan oleh bronkitis, tuberkulosis, atau kanker paru–paru.

Tabel
Tabel

Pengujian

Kebutuhan akan tes bergantung pada apa yang ditemukan dokter saat pemeriksaan anamnesis dan fisik, terutama apakah terdapat tanda-tanda peringat.

Jika orang memiliki tanda peringatan, pengujian biasanya mencakup

  • Pengukuran kadar oksigen dalam darah dengan sensor yang ditempatkan pada jari (oksimetri nadi)

  • Pemeriksaan sinar-x pada dada

Tes kulit, foto rontgen dada, dan kadang–kadang tomografi terkomputasi (CT) dada, dan pemeriksaan serta kultur sampel sputum untuk tuberkulosis, dan tes darah untuk infeksi HIV juga dilakukan jika orang mengalami penurunan berat badan atau memiliki faktor risiko untuk gangguan ini.

Jika tidak ada tanda-tanda peringatan, dokter sering kali dapat membuat diagnosis berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik dan memulai pengobatan tanpa melakukan tes. Pada beberapa orang, pemeriksaan menunjukkan adanya diagnosis, tetapi dilakukan pengujian untuk mengonfirmasinya (lihat tabel Beberapa Penyebab dan Ciri-ciri Batuk).

Jika pemeriksaan tidak menunjukkan penyebab batuk dan tidak ada tanda-tanda peringatan, banyak dokter mencoba memberikan obat untuk mengobati salah satu dari tiga penyebab umum batuk:

  • Kombinasi antihistamin/deongestan atau kortikosteroid hidung atau semprotan antagonis muskarinik hidung (untuk tetesan postnasal)

  • Penghambat pompa proton atau penghambat histamin-2 (H2) (untuk penyakit refluks gastroesofagus)

  • Kortikosteroid inhalasi atau bronkodilator beta-2-agonis kerja pendek (untuk asma)

Jika obat-obatan ini meredakan batuk, pengujian lebih lanjut biasanya tidak perlu dilakukan. Jika batuk tidak sembuh, dokter biasanya melakukan tes dengan urutan berikut sampai tes menunjukkan diagnosis:

Jika orang mengalami batuk kronis, dokter biasanya akan melakukan rontgen dada. Jika batuk menghasilkan darah, dokter biasanya mengirimkan sampel sputum ke laboratorium. Di sana, teknisi mencoba menumbuhkan bakteri dalam sampel (kultur sputum) dan menggunakan mikroskop untuk memeriksa sampel apakah ada sel kanker (sitologi). Sering kali, jika dokter mencurigai adanya kanker paru (misalnya, pada orang dewasa paruh baya atau lansia yang telah merokok dalam waktu lama dan yang telah menurunkan berat badan atau memiliki gejala umum lainnya), mereka juga melakukan CT dada dan terkadang bronkoskopi.

Pengobatan untuk Batuk

Cara terbaik untuk mengobati batuk adalah dengan mengobati gangguan yang mendasarinya. Misalnya, antibiotik dapat digunakan untuk pneumonia, dan inhaler yang mengandung obat-obatan yang memperlebar saluran napas (bronkodilator) atau kortikosteroid dapat digunakan untuk penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau asma. Umumnya, karena batuk berperan penting dalam mengangkat dahak dan membersihkan saluran napas, batuk tidak boleh ditekan. Meskipun demikian, jika batuk parah, mengganggu tidur, atau memiliki penyebab tertentu, berbagai pengobatan dapat dicoba.

Ada dua pendekatan dasar bagi orang yang batuk:

  • Penekan batuk (terapi antitusif), yang mengurangi dorongan untuk batuk

  • Ekspektoran, yang dimaksudkan untuk mengencerkan lendir yang menghalangi jalan napas ke paru-paru dan membuat lendir lebih mudah dibatukkan (tetapi bukti efektivitasnya kurang)

Penekan batuk

Penekan batuk mencakup hal-hal berikut:

  • Opioid

  • Dextromethorphan

  • Benzonatate

Semua opioid menekan batuk karena mengurangi responsivitas pusat batuk di otak. Codeine adalah opioid yang paling sering digunakan untuk batuk. Codeine dan penekan batuk opioid lainnya dapat menyebabkan mual, muntah, dan konstipasi serta dapat menyebabkan kecanduan. Obat-obatan ini juga dapat menyebabkan mengantuk, terutama ketika orang meminum obat lain yang mengurangi konsentrasi (seperti alkohol, obat penenang, obat bantu tidur, antidepresan, atau antihistamin tertentu). Oleh karena itu, opioid tidak selalu aman, dan dokter biasanya menyimpannya untuk situasi khusus, seperti batuk yang bertahan meskipun ada pengobatan lain dan yang mengganggu tidur.

Dextromethorphan berkaitan dengan codeine tetapi secara teknis bukan merupakan opioid. Ini juga menekan pusat batuk di otak. Dextromethorphan adalah bahan aktif dalam banyak obat bebas (non-resep) dan obat batuk yang diresepkan. Ini tidak menimbulkan ketergantungan dan, jika digunakan dengan benar, menyebabkan sedikit kantuk. Meskipun demikian, zat ini sering kali disalahgunakan oleh orang-orang, terutama remaja, karena dalam dosis tinggi, obat ini menyebabkan euforia. Penggunaan dosis berlebih (overdosis) dapat menyebabkan halusinasi, agitasi, dan terkadang koma. Overdosis sangat berbahaya bagi orang-orang yang meminum obat untuk depresi yang disebut serotonin reuptake inhibitor.

Benzonatate adalah anestesi lokal yang diminum. Obat ini mengebaskan reseptor dalam paru-paru yang merespons peregangan dan dengan demikian membuat paru-paru kurang sensitif terhadap iritasi yang memicu batuk.

Orang-orang tertentu, terutama mereka yang batuk dahak dalam jumlah besar, harus membatasi penggunaan obat yang menekan batuk.

Eskpektoran

Beberapa dokter merekomendasikan ekspektoran (kadang-kadang disebut mukolitik) untuk membantu melonggarkan lendir dengan membuat sekresi bronkus menjadi lebih tipis dan lebih mudah untuk batuk. Ekspektoran tidak menekan batuk, dan bukti menunjukkan efektivitas obat-obatan ini masih kurang. Ekspektoran yang paling umum digunakan adalah preparat yang dijual bebas yang mengandung guaifenesin.

Pada orang dengan fibrosis sistik, dornase alfa (deoksiribonuklease manusia rekombinan yang dihirup) dapat digunakan untuk membantu mengencerkan lendir berisi nanah yang dihasilkan dari infeksi pernapasan kronis. Obat ini tampaknya tidak memiliki efek pada penderita bronkitis kronis.

Selain itu, menghirup larutan saline (garam) atau menghirup asetilsistein (hingga beberapa hari) kadang-kadang membantu mengencerkan mukus (lendir) yang terlalu kental dan mengganggu.

Obat-obatan Lain

Antihistamin, yang mengeringkan saluran pernapasan, memiliki sedikit manfaat atau tidak bermanfaat sama sekali dalam mengobati batuk, kecuali jika batuknya disebabkan oleh alergi yang melibatkan hidung, tenggorokan, dan batang tenggorok. Bila batuk memiliki penyebab lain, seperti bronkitis, aksi pengeringan antihistamin dapat berbahaya, mengentalkan sekresi pernapasan, dan membuatnya sulit dibatukkan.

Dekongestan (seperti pseudoefedrin) yang meredakan hidung tersumbat hanya berguna untuk meredakan batuk yang disebabkan oleh tetesan postnasal.

Pengobatan lainnya

Inhalasi uap (misalnya, menggunakan penguap) umumnya dianggap mengurangi batuk. Pengobatan topikal lainnya, seperti obat batuk, juga populer, tetapi tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa pengobatan lainnya ini efektif.

Poin-poin Penting

  • Sebagian besar batuk disebabkan oleh infeksi pernapasan ringan atau tetesan postnasal.

  • Tanda-tanda peringatan pada orang yang batuk meliputi sesak napas, batuk darah, penurunan berat badan, demam yang berlangsung lebih dari sekitar 1 minggu, dan faktor risiko infeksi HIV atau tuberkulosis.

  • Dokter biasanya dapat melakukan diagnosis berdasarkan hasil riwayat medis dan pemeriksaan fisik.

  • Obat-obatan (penekan batuk dan ekspektoran) harus digunakan untuk mengobati batuk hanya jika diperlukan—misalnya, penekan batuk hanya jika batuk parah atau ketika dokter merekomendasikannya.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!