Gambaran Umum Cedera Kepala

OlehGordon Mao, MD, Indiana University School of Medicine
Ditinjau OlehDavid A. Spain, MD, Department of Surgery, Stanford University
Ditinjau/Direvisi Oct 2024 | Dimodifikasi Aug 2025
v739857_id

Cedera kepala dapat melibatkan kulit, tulang, otot, atau otak atau jaringan lainnya. Cedera yang melibatkan otak sangat mengkhawatirkan.

  • Penyebab umum cedera kepala meliputi jatuh, tabrakan kendaraan bermotor, serangan fisik, dan kecelakaan saat olahraga dan aktivitas rekreasi.

  • Orang yang mengalami cedera kepala ringan dapat mengalami sakit kepala atau pusing.

  • Orang dengan cedera kepala yang lebih parah dapat kehilangan kesadaran atau mengalami gejala disfungsi otak.

  • Pencitraan otak digunakan untuk memeriksa cedera kepala yang berat.

  • Pengobatan terhadap orang-orang dengan cedera kepala berat bertujuan untuk memastikan bahwa otak mendapatkan cukup oksigen dan tekanan di otak tetap normal.

Tulang tengkorak yang tebal dan keras membantu melindungi otak dari cedera. Selain itu, otak dikelilingi oleh lapisan-lapisan jaringan (meninges) yang mengandung cairan serebrospinal, yang menjadi bantalan bagi otak. Akibatnya, sebagian besar benturan dan pukulan di kepala tidak mencederai otak. Cedera kepala yang tidak memengaruhi otak dianggap ringan.

Cedera kepala dapat menyebabkan cedera otak (cedera otak traumatik atau COT). COT menyebabkan sekitar 30% dari semua kematian yang disebabkan oleh cedera dalam bentuk apa pun. Sekitar 25 hingga 33% orang di Amerika Serikat yang mengalami cedera kepala berat meninggal dunia. Sekitar 5,3 juta orang mengalami disabilitas permanen akibat cedera kepala.

Cedera kepala meliputi hal-hal berikut:

Otak mungkin tidak mengalami kerusakan meskipun seseorang mengalami cedera luar yang berat.

Penyebab Cedera Kepala

Penyebab umum cedera kepala adalah jatuh (terutama pada lansia dan anak-anak), tabrakan kendaraan bermotor, serangan fisik, dan kecelakaan saat olahraga atau aktivitas rekreasi. Kecelakaan di tempat kerja (misalnya, saat mengoperasikan mesin) dan senjata api juga menyebabkan cedera kepala.

Sering kali, cedera disebabkan oleh benturan langsung. Namun, otak dapat mengalami kerusakan meskipun kepala belum terkena. Misalnya, guncangan hebat (seperti dalam trauma kepala abusif [sindrom guncangan pada bayi]) atau perlambatan tiba-tiba dapat merusak otak halus saat berbenturan dengan tulang tengkorak yang kaku. Dalam kasus seperti itu, kepala mungkin tidak terlihat cedera.

Gejala Cedera Kepala

Cedera kepala ringan

Benjolan dapat muncul di kepala. Jika kulit kepala tersayat, perdarahan dapat berlebihan karena kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah yang dekat dengan permukaan kulit. Akibatnya, cedera kulit kepala mungkin terlihat lebih serius daripada kondisi sebenarnya.

Gejala umum cedera kepala ringan dapat meliputi sakit kepala dan sensasi berputar atau kepala terasa ringan. Beberapa orang juga mengalami kebingungan ringan, mual, dan, lebih umum terjadi pada anak-anak, muntah. Anak-anak dapat menjadi rewel.

Gegar otak adalah perubahan fungsi mental sementara dan singkat tanpa merusak struktur otak. Sering kali, orang kehilangan kesadaran secara singkat (biasanya beberapa menit atau kurang), tetapi mereka mungkin tampak bingung atau tidak dapat mengingat peristiwa dan pengalaman (amnesia) yang terjadi sesaat sebelum atau segera setelah cedera terjadi.

Selama beberapa waktu setelah gegar otak, orang mungkin mengalami sakit kepala, pusing, kelelahan, memori buruk, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, kesulitan tidur, kesulitan berpikir, iritabilitas, depresi, dan kecemasan. Gejala-gejala ini disebut sindrom pascakonkusi.

Tahukah Anda...

  • Karena kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah, cedera kulit kepala dapat mengeluarkan banyak darah sekalipun cederanya sendiri tidak serius.

Cedera kepala berat

Orang mungkin mengalami beberapa gejala yang sama seperti yang terjadi pada cedera kepala ringan. Beberapa gejala, seperti sakit kepala, mungkin lebih parah.

Selain itu, gejala sering kali dimulai dengan periode tidak sadarkan diri yang dimulai pada saat terjadi benturan. Orang tidak sadarkan diri dalam durasi yang bervariasi. Beberapa orang tersadar dalam hitungan detik, sementara yang lainnya tidak kunjung sadar setelah berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Dalam kondisi sadar, seseorang sering kali mengantuk, bingung, tidak tenang, atau gelisah. Mereka juga dapat muntah, mengalami kejang, atau keduanya. Keseimbangan dan koordinasi dapat terganggu. Bergantung pada area otak yang rusak, kemampuan untuk berpikir, mengendalikan emosi, bergerak, merasa, berbicara, melihat, mendengar, dan mengingat dapat terganggu—terkadang bersifat permanen.

Cairan bening atau darah dapat mengalir dari hidung, telinga, atau keduanya jika seseorang mengalami fraktur di pangkal tengkorak.

Otak yang cedera dapat berdarah atau membengkak karena cairan terakumulasi (disebut edema serebral). Perdarahan dan pembengkakan ini secara bertahap meningkatkan tekanan di dalam tengkorak (disebut tekanan intrakranial). Bahkan perdarahan dan pembengkakan ringan dapat meningkatkan tekanan intrakranial karena tengkorak tidak dapat mengembang untuk mengakomodasi peningkatan ukuran isinya. Ketika tekanan intrakranial meningkat, tekanan ini membatasi jumlah darah yang dapat mengalir melalui otak. Aliran darah yang terbatas menghalangi kerja normal otak dan menimbulkan gejala. Gejala pertama peningkatan tekanan intrakranial antara lain sakit kepala yang memburuk, gangguan berpikir, penurunan tingkat kesadaran, dan muntah. Selanjutnya, penderitanya mungkin menjadi tidak responsif. Pupil dapat melebar (dilatasi).

Akhirnya (biasanya dalam 1 atau 2 hari setelah cedera), peningkatan tekanan dapat memaksa otak bergerak ke bawah, sehingga menyebabkan herniasi otak—penonjolan abnormal jaringan otak melalui lubang alami di antara kompartemen otak. Herniasi otak dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian jika terlalu banyak tekanan yang dialami oleh batang otak, bagian bawah otak, yang mengontrol fungsi vital seperti detak jantung dan pernapasan. Meskipun tanpa herniasi, jika tekanan intrakranial cukup tinggi, maka tekanan ini dapat menghentikan aliran darah melalui otak, sehingga menyebabkan kematian otak dengan cepat.

Herniasi: Otak Mengalami Tekanan

Perdarahan atau pembengkakan di otak dapat menyebabkan tekanan yang mendorong otak ke bawah di dalam tengkorak. Hasilnya dapat berupa herniasi, yaitu jaringan otak dipaksa melalui lubang kecil alami dalam lembaran-lembaran jaringan yang relatif kaku yang memisahkan otak menjadi ruang kanan dan kiri dan menjadi ruang atas dan bawah. (Pemisah ini adalah ekstensi lapisan luar jaringan yang menutupi otak, materi dura.) Herniasi menekan jaringan otak sehingga merusaknya.

Jenis herniasi yang paling umum adalah herniasi transtentorial. Bagian dari lobus temporalis didorong melalui takik tentorial—lubang pada lembaran jaringan antara lobus temporalis dan serebelum. Pupil mata dapat melebar dan tidak dapat menyempit saat merespons cahaya. Herniasi transtentorial dapat menimbulkan konsekuensi besar, di antaranya kelumpuhan, stupor, koma, irama jantung tidak normal, gangguan, atau berhentinya pernapasan, henti jantung, dan kematian.

Diagnosis Cedera Kepala

  • Evaluasi dokter

  • Tomografi terkomputasi atau terkadang pencitraan resonansi magnetik

Cedera kepala ringan

Diagnosis cedera kepala ringan didasarkan pada gejala dan hasil pemeriksaan seseorang.

Orang yang cedera diperiksa untuk melihat adanya gejala yang mungkin menunjukkan perburukan fungsi otak. Gejala-gejala ini meliputi hal-hal berikut:

  • Muntah berulang kali

  • Sakit kepala berat

  • Ketidakmampuan untuk merasakan atau menggerakkan lengan atau tungkai

  • Ketidakmampuan untuk mengenali orang atau lingkungan sekitar

  • Hilangnya keseimbangan

  • Gangguan berbicara atau melihat

  • Tidak adanya koordinasi

  • Pernapasan abnormal

  • Kejang

Gejala-gejala ini dapat terjadi berjam-jam atau terkadang berhari-hari setelah cedera awal. Jika gejala-gejala ini terjadi, sangatlah penting untuk memberikan penanganan medis segera.

Jika cedera kepala menyebabkan hilangnya kesadaran, bahkan secara singkat, maka dokter perlu melakukan evaluasi segera. Jika dokter mengamati adanya gejala atau temuan yang menunjukkan kemungkinan cedera otak, pengambilan foto sinar-x terhadap tengkorak jarang membantu dan biasanya dilakukan tomografi terkomputasi (CT) atau kadang-kadang pencitraan resonansi magnetik (MRI). CT biasanya dilakukan terlebih dahulu karena dapat dilakukan dengan cepat dan dapat mendeteksi akumulasi darah (hematoma), memar (kontusio), fraktur tengkorak, dan terkadang kerusakan saraf yang meluas (cedera aksonal difus). MRI dapat berguna di kemudian hari untuk memeriksa cedera aksonal difus, cedera pada batang otak (yang mengontrol tingkat kesadaran dan fungsi vital tubuh), dan cedera otak yang kurang jelas yang mungkin tidak terlihat pada CT. MRI juga dapat membantu dokter memprediksi prognosis.

Mengenali Cedera Kepala Serius

Sebagian besar cedera kepala tidak serius. Cedera kepala serius dapat dikenali berdasarkan gejala tertentu. Banyak dari gejala ini menunjukkan adanya perburukan fungsi otak. Jika salah satunya terjadi, diperlukan penanganan medis secepatnya.

  • Muntah, iritabilitas, atau mengantuk yang berlanjut selama lebih dari 6 jam

  • Hilang kesadaran

  • Ketidakmampuan untuk menggerakkan atau merasakan bagian tubuh

  • Ketidakmampuan untuk mengenali orang atau lingkungan sekitar

  • Ketidakmampuan untuk mempertahankan keseimbangan

  • Gangguan saat berbicara atau melihat (misalnya, bicara cadel, penglihatan kabur, atau titik buta)

  • Keluarnya cairan bening (cairan serebrospinal) dari hidung atau telinga

  • Sakit kepala berat

Cedera kepala berat

Diagnosis dan pengobatan cedera kepala berat dilakukan secara bersamaan.

Jika cedera dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya (misalnya, setelah tabrakan kendaraan bermotor) atau orang tersebut tidak sadar, ambulans atau 911 (di Amerika Serikat) harus segera dipanggil.

Ketika orang yang mungkin mengalami cedera kepala berat tiba di rumah sakit, dokter dan perawat akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan apakah cedera terbilang serius. Pertama, memeriksa tanda-tanda vital, termasuk detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan. Seseorang yang tidak bernapas dengan cukup mungkin memerlukan ventilator.

Selanjutnya, dokter akan segera memeriksa hal-hal berikut:

  • Menentukan bahwa orang tersebut memiliki orientasi yang baik terhadap dirinya (mengetahui nama mereka sendiri, di mana mereka berada, dan tanggal saat ini) dan mampu menanggapi perintah

  • Menentukan perlunya memberikan stimulasi atau berapa banyak stimulasi (seperti berbicara, berteriak, atau menekan jari) yang diperlukan untuk membuat orang tersebut membuka mata

  • Menentukan bahwa orang tersebut memiliki fungsi otak dasar dengan memeriksa ukuran pupil dan reaksinya terhadap cahaya, kemampuan untuk menggerakkan lengan dan tungkai, penggunaan bahasa, koordinasi, dan refleks

Jika dokter yakin bahwa orang tersebut tidak berada dalam bahaya langsung, pemeriksaan neurologi lengkap dapat dilakukan. Pemeriksaan ini dapat membantu dokter menentukan tingkat keparahan dan lokasi cedera.

Dokter memeriksa bayi dan anak-anak secara menyeluruh untuk memeriksa perdarahan di retina, yang berada di bagian belakang mata, dan tanda-tanda trauma kepala abusif (sindrom guncangan pada bayi) atau jenis kekerasan pada anak lainnya.

Dokter secara berkala memeriksa orang tersebut untuk menentukan bahwa kondisi orang tersebut membaik atau malah memburuk.

CT dilakukan untuk memeriksa kemungkinan kerusakan otak. Terkadang MRI dilakukan selain CT. Foto sinar-x tengkorak biasanya tidak diperlukan. Foto ini dapat mengidentifikasi fraktur tengkorak tetapi tidak banyak memberi informasi tentang kerusakan otak. Sinar-X atau CT leher dilakukan bila perlu untuk memastikan terjadi patah leher (karena pukulan kuat ke kepala juga dapat mencederai leher).

Jika dokter menduga adanya kerusakan pembuluh darah, angiografi, angiografi CT, atau angiografi resonansi magnetik dapat dilakukan untuk mendapatkan citra pembuluh darah Anda yang terperinci.

Tahukah Anda...

  • Derajat cedera kepala eksternal mungkin tidak ada hubungannya dengan derajat cedera otak.

Pengobatan Cedera Kepala

  • Untuk cedera kepala ringan, dilakukan pengobatan terhadap gejala

  • Untuk cedera kepala berat, dilakukan pengobatan untuk mempertahankan fungsi vital dan untuk membatasi komplikasi

Cedera kepala ringan

Jika cedera kepala ringan dan tidak menyebabkan gejala selain nyeri di tempat cedera, analgesik ringan seperti asetaminofen dapat digunakan. Aspirin atau obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya (seperti ibuprofen) tidak boleh diminum karena obat-obatan ini dapat memperparah perdarahan pada otak atau tengkorak. Dokter menggunakan jahitan atau staples medis untuk menutup sayatan dan kemudian memasang kasa atau perban.

Jika orang tidak kehilangan kesadaran atau kehilangan kesadarannya hanya dalam waktu singkat dan jika hasil pemeriksaannya normal, mereka dapat pulang ke rumah selama anggota keluarga atau teman dapat memeriksa mereka untuk melihat adanya gejala tertentu setiap beberapa jam selama 24 jam pertama setelah cedera. Anggota keluarga atau teman harus membawa mereka ke rumah sakit jika terjadi salah satu gejala berpotensi serius berikut ini:

  • Menurunnya kewaspadaan dan kesadaran akan lingkungan sekitar

  • Gangguan penglihatan, pendengaran, atau berjalan

  • Mati rasa atau kelumpuhan bagian tubuh

  • Sakit kepala yang semakin memburuk

  • Muntah

  • Penurunan fungsi mental (seperti bingung, tidak dapat mengenali orang, atau berperilaku tidak normal)

  • Kejang

Jika orang kehilangan kesadaran lebih dari beberapa saat atau menunjukkan hasil pemeriksaan abnormal, mereka biasanya ditempatkan di unit gawat darurat atau dirawat di rumah sakit untuk keperluan observasi.

Anak-anak yang mengalami cedera ringan pada kepala dapat diizinkan untuk tidur, tetapi mereka harus dibangunkan setiap beberapa jam untuk diperiksa gejalanya.

Seseorang, termasuk anak-anak, harus dirawat di rumah sakit jika dokter mencurigai adanya kerusakan otak berdasarkan gejala atau temuan CT. Anak-anak juga dirawat di rumah sakit jika mereka sempat tidak sadar meskipun hanya sesaat atau mengalami kejang atau jika diduga ada kekerasan terhadap anak.

Tahukah Anda...

  • Asetaminofen adalah obat terbaik yang dapat diminum untuk meredakan nyeri setelah mengalami cedera kepala ringan.

Cedera kepala berat

Jika cedera dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya (misalnya, setelah tabrakan kendaraan bermotor) atau orang tersebut tidak sadar, ambulans harus segera dipanggil. Ketika personel darurat memindahkan seseorang yang mengalami cedera kepala berat, mereka harus sangat berhati-hati untuk mencegah agar tidak memperburuk cedera. Leher harus dianggap patah sampai terbukti sebaliknya. Dalam hal ini, kepala, leher, dan tulang belakang orang yang cedera harus distabilkan. Biasanya, penyangga leher keras dipasang pada orang tersebut, lalu diikat ke papan yang kokoh, dan diberi bantalan dengan hati-hati untuk mencegah gerakan.

Orang dengan cedera kepala berat harus dirawat di rumah sakit, biasanya di unit perawatan intensif atau unit perawatan kritis.

Prioritas pertama adalah menjaga tekanan darah serta kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah pada kadar yang diinginkan. Jika cedera kepala tergolong berat, area otak yang mengontrol pernapasan dapat terpengaruh. Selain itu, refleks yang melindungi pipa batang tenggorokan (trakea) mungkin tidak berfungsi. (Refleks ini mencegah terhirupnya air liur dan zat lain di mulut.) Karena alasan ini, slang pernapasan biasanya dimasukkan melalui mulut ke dalam batang tenggorokan untuk membantu orang bernapas sementara dokter mengobati masalah lain, seperti pembengkakan di otak. Jika cedera kepala sangat parah, ventilasi mekanis dapat digunakan.

Dokter mengontrol tekanan darah dan meminimalkan tingkat pembengkakan otak dengan menyesuaikan jumlah cairan intravena yang diberikan dan kadang-kadang dengan memberikan obat secara intravena untuk meningkatkan ekskresi cairan (diuretik, seperti manitol dan furosemid) atau larutan garam pekat (larutan salin hipertonik). Larutan garam pekat dapat membantu meminimalkan pembengkakan otak secara lebih efektif dibandingkan diuretik. Mengelola kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah dapat membantu mengurangi tekanan di dalam tengkorak yang disebabkan oleh pembengkakan dan memastikan bahwa otak mendapatkan cukup oksigen. Dokter dapat mengontrol kadar ini dengan menyesuaikan jumlah oksigen yang diberikan dan laju serta kedalaman napas yang diberikan oleh ventilator. Kepala tempat tidur dapat ditinggikan untuk mencegah tekanan berlebihan di dalam tengkorak dan otak.

Pengukur tekanan kecil dapat diimplan di dalam tengkorak untuk mengukur tekanan di dalam tengkorak dan untuk menentukan seberapa efektif pengobatan yang diberikan untuk mencegah atau mengobati peningkatan tekanan di dalam otak. Sebagai alternatif, kateter dapat dimasukkan ke dalam salah satu ruang (ventrikel) di dalam otak. Ventrikel berisi cairan serebrospinal, yang mengalir di atas permukaan otak di antara lapisan-lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges). Kateter ini dapat digunakan untuk memantau tekanan dan menguras cairan serebrospinal, sehingga mengurangi tekanan di dalam tengkorak. Kadang-kadang dokter perlu melepaskan sebagian besar tengkorak melalui pembedahan untuk mengurangi tekanan; bagian tengkorak tersebut dipasang kembali setelah pembengkakan mereda.

Dilakukan pemberian pereda nyeri. Pereda nyeri opioid mungkin diperlukan. Orang yang cedera mungkin perlu menerima sedasi karena terlalu banyak aktivitas otot dapat membahayakan. Dilakukan pemberian obat demam. Jika terjadi kejang, obat antikejang akan diberikan.

Dokter memantau dari dekat fungsi organ lain, seperti ginjal, jantung, paru-paru, dan usus karena cedera kepala yang berat dapat mengganggu fungsi organ tersebut.

Tahukah Anda...

  • Pada orang dengan cedera kepala berat, tidak boleh menggerakkan leher karena dapat menyebabkan leher patah.

Prognosis untuk Cedera Kepala

Cedera kepala ringan

Sebagian besar orang yang mengalami cedera kepala ringan dapat sembuh total, terutama jika tidak terjadi gejala sindrom pascakonkusi.

Gejala-gejala sindrom pascakonkusi banyak terjadi selama seminggu setelah cedera otak terjadi. Mereka sering kali membaik dalam minggu kedua. Meskipun demikian, terkadang gejala menetap selama berbulan-bulan atau, dalam kasus yang jarang, hingga bertahun-tahun. Orang yang mengalami gegar otak tampaknya lebih rentan terhadap cedera lain, terutama jika cedera baru terjadi sebelum gejala dari gegar otak sebelumnya benar-benar mereda (seperti yang mungkin terjadi pada gegar otak terkait olahraga, sering kali ketika atlet kembali bermain terlalu cepat).

Cedera kepala berat

Untuk orang dewasa yang mengalami cedera kepala berat, sebagian besar pemulihan terjadi dalam 6 bulan pertama, meskipun beberapa perbaikan dapat berlanjut hingga beberapa tahun. Anak-anak cenderung pulih lebih sempurna, terlepas dari keparahan cederanya, dan mereka akan terus membaik untuk waktu yang jauh lebih lama.

Konsekuensi akhir dari cedera kepala berat berkisar dari pemulihan penuh hingga masalah permanen atau disabilitas dengan dalam berbagai derajat hingga kematian.

Masalah jangka panjang yang umum termasuk yang berikut ini:

  • Amnesia (hilangnya memori terhadap kejadian sebelumnya dan kesulitan membentuk memori baru)

  • Masalah perilaku (seperti kecemasan, gelisah, impulsivitas, kurang mampu mengendalikan diri, atau kurang motivasi)

  • Perubahan suasana hati secara tiba-tiba

  • Depresi

  • Gangguan tidur

  • Kehilangan indra pembau

  • Penurunan fungsi kognitif

Pemulihan memori setelah kehilangan kesadaran karena cedera kepala parah bergantung pada seberapa cepat kesadaran pulih kembali. Orang yang sadar kembali pada minggu pertama kemungkinan besar dapat memulihkan memori mereka.

Meskipun jarang, gangguan kejang dapat terjadi setelah seseorang mengalami cedera kepala berat. Biasanya dimulai segera setelah cedera tetapi dapat muncul hingga 4 tahun kemudian.

Jenis dan tingkat keparahan disabilitas bergantung pada tempat dan seberapa parah kerusakan otak yang terjadi. Berbagai area otak mengontrol fungsi spesifik. Beberapa fungsi, seperti penglihatan dan kontrol gerakan lengan dan tungkai, dikendalikan oleh area unik pada 1 sisi otak. Kerusakan pada salah satu area ini biasanya menyebabkan gangguan fungsi yang berhubungan dan dengan demikian menyebabkan cacat permanen.

Area otak yang tidak rusak terkadang mengambil alih fungsi yang hilang saat area lain rusak, sehingga menyebabkan pemulihan parsial. Namun demikian, seiring bertambahnya usia, otak menjadi kurang mampu mengalihkan fungsi dari 1 area ke area lainnya. Misalnya, keterampilan bahasa ditangani oleh beberapa bagian otak pada anak-anak tetapi terkonsentrasi pada 1 sisi otak (hemisfer kiri) pada orang dewasa. Jika area bahasa hemisfer kiri rusak parah sebelum usia 8 tahun, hemisfer kanan dapat mengambil alih fungsi bahasa hingga mendekati normal. Namun demikian, kerusakan pada area bahasa selama masa dewasa dapat mengakibatkan disabilitas permanen.

Rehabilitasi setelah cedera otak dapat membantu orang meminimalkan efek sebagian besar disabilitas fungsi.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!