Gambaran Umum Penyakit Radang Usus (IBD)

OlehAaron E. Walfish, MD, Mount Sinai Medical Center;
Rafael Antonio Ching Companioni, MD, HCA Florida Gulf Coast Hospital
Ditinjau OlehMinhhuyen Nguyen, MD, Fox Chase Cancer Center, Temple University
Ditinjau/Direvisi Nov 2023 | Dimodifikasi Apr 2025
v755806_id

Pada penyakit usus inflamatori, tali perut (usus) meradang, sering kali menyebabkan nyeri perut dan diare berulang.

2 jenis utama penyakit radang usus (IBD) adalah

Kedua penyakit ini memiliki banyak kesamaan dan terkadang sulit dibedakan satu sama lain. Namun, ada beberapa perbedaan. Misalnya, penyakit Crohn dapat memengaruhi hampir semua bagian saluran pencernaan, sedangkan kolitis ulseratif hampir selalu memengaruhi hanya usus besar.

Penyebab IBD tidak diketahui, tetapi bukti menunjukkan bahwa bakteri usus normal secara tidak tepat memicu reaksi imun pada orang dengan kecenderungan genetik.

IBD memengaruhi orang dari segala usia, tetapi biasanya dimulai sebelum usia 30 tahun, biasanya dari usia 14 hingga 24 tahun. Beberapa orang mengalami serangan pertama mereka antara usia 50 dan 70 tahun.

IBD paling umum terjadi pada orang Eropa Utara dan Anglo-Saxon. Hal ini 2 sampai 4 kali lebih banyak terjadi di kalangan orang-orang keturunan Yahudi Ashkenazi (mereka yang berasal dari Eropa Tengah atau Timur) daripada orang kulit Putih non-Yahudi dari wilayah yang sama. Kedua jenis kelamin sama-sama terpengaruh. Kerabat tingkat pertama (ibu, ayah, saudara perempuan, atau saudara laki-laki) penderita IBD memiliki risiko 4 hingga 20 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami IBD. Kecenderungan untuk diturunkan di dalam keluarga jauh lebih tinggi pada penyakit Crohn dibandingkan kolitis ulseratif.

Gejala Penyakit Radang Usus

Gejala IBD bervariasi tergantung pada bagian usus mana yang terpengaruh dan apakah orang tersebut menderita penyakit Crohn atau kolitis ulseratif. Orang dengan penyakit Crohn biasanya mengalami diare kronis dan nyeri perut. Orang dengan kolitis ulseratif biasanya mengalami episode nyeri abdomen dan diare berdarah secara bergantian. Pada kedua penyakit ini, orang yang mengalami diare jangka panjang dapat mengalami penurunan berat badan dan kekurangan gizi.

Kadang-kadang, IBD dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya, seperti sendi, mata, mulut, hati, kandung empedu, dan kulit. IBD juga meningkatkan risiko kanker di area usus yang terdampak.

Tahukah Anda...

  • Penyakit radang usus meningkatkan risiko kanker di area usus yang terdampak.

Diagnosis Penyakit Radang Usus

  • Tes feses dan darah

  • Endoskopi dengan biopsi jaringan

Untuk membuat diagnosis IBD, dokter harus terlebih dahulu mengecualikan kemungkinan penyebab peradangan lainnya. Misalnya, infeksi parasit atau bakteri dapat menyebabkan peradangan. Oleh karena itu, dokter melakukan beberapa tes.

Sampel feses dianalisis untuk bukti adanya infeksi bakteri atau parasit (misalnya, didapatkan selama perjalanan), termasuk jenis infeksi bakteri (infeksi Clostridioides difficile [sebelumnya disebut Clostridium difficile]) yang dapat diakibatkan oleh penggunaan antibiotik.

Tes juga dapat dilakukan untuk mendeteksi infeksi rektum yang ditularkan secara seksual, seperti gonore, infeksi virus herpes, dan infeksi klamidia.

Sampel jaringan dapat diambil dari lapisan saluran pencernaan saat endoskopi (pemeriksaan saluran pencernaan menggunakan slang pengamatan) dan diperiksa secara mikroskopis untuk bukti penyebab lain radang usus besar (kolitis) atau radang pada bagian terakhir usus kecil (ileum). Pengangkatan dan pemeriksaan jaringan ini disebut biopsi.

Dokter juga mempertimbangkan gangguan lain yang menyebabkan gejala abdomen serupa, seperti sindrom iritasi usus, kolitis iskemik (yang lebih sering terjadi pada orang yang berusia lebih dari 50 tahun), sindrom malabsorpsi, termasuk penyakit celiac, dan gangguan ginekologi tertentu pada perempuan. Dokter dapat melakukan studi pencitraan, seperti sinar-x, tomografi terkomputasi (CT), atau pencitraan resonansi magnetik (MRI) pada abdomen untuk mengesampingkan gangguan lainnya. Dokter dapat melakukan endoskopi kapsul video untuk mengevaluasi usus orang yang memiliki gejala yang menunjukkan penyakit Crohn.

Pengobatan Penyakit Radang Usus

  • Obat-obatan

  • Terkadang pembedahan

  • Diet dan penatalaksanaan stres

Meskipun tidak ada obat untuk IBD, banyak obat-obatan (lihat tabel Obat-obatan yang Mengurangi Peradangan Usus yang Disebabkan oleh Penyakit Crohn dan tabel Obat-obatan yang Mengurangi Peradangan Usus yang Disebabkan oleh Kolitis Ulseratif), termasuk aminosalisilat, kortikosteroid, obat-obatan imunomodulasi, agen biologis, agen molekul kecil, dan antibiotik, dapat membantu mengurangi peradangan dan meredakan gejala IBD.

Orang dengan penyakit yang sangat parah terkadang memerlukan pembedahan.

Diet dan penatalaksanaan stres

Sebagian besar orang dan keluarga mereka tertarik dengan diet dan penatalaksanaan stres. Meskipun beberapa orang mengklaim bahwa diet tertentu telah membantu memperbaiki IBD mereka, termasuk diet dengan pembatasan karbohidrat kaku, diet belum terbukti efektif dalam uji klinis. Dokter terkadang merekomendasikan teknik penatalaksanaan stres untuk membantu orang tersebut mengatasi stres karena menderita penyakit kronis.

Pemeliharaan kesehatan

IBD menyebabkan orang tersebut berisiko lebih tinggi mengalami infeksi dan gangguan tertentu karena penyakit yang mendasarinya, nutrisi yang buruk, atau penggunaan obat-obatan imunomodulasi. Vaksinasi dan uji diagnostik serta penapisan dapat membantu mengurangi risiko.

Vaksin influenza diperlukan setiap tahun untuk membantu melindungi dari flu. Vaksin pneumokokal membantu melindungi dari infeksi bakteri yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae. Orang yang berusia 19 tahun ke atas harus menerima vaksin herpes. Vaksin herpes harus diberikan sebelum orang mulai meminum obat imunomodulasi jika memungkinkan. Orang tersebut juga harus menerima vaksin rutin tetanus-difteri, hepatitis A, hepatitis B, dan papilomavirus manusia, jika sesuai. Vaksin COVID-19 yang menggunakan mRNA direkomendasikan untuk orang yang menderita IBD, termasuk mereka yang meminum obat imunomodulasi.

Perempuan yang menderita IBD dan yang meminum obat imunomodulasi harus melakukan skrining untuk mengetahui adanya kanker serviks setiap tahun. Perempuan yang menderita IBD dan yang tidak meminum obat imunomodulasi harus melakukan skrining kanker serviks setiap 3 tahun.

Orang yang menderita IBD dan meminum atau berencana meminum obat imunomodulasi atau agen biologis harus melakukan skrining untuk kanker kulit setiap tahun dan harus menggunakan tabir surya dan memakai pakaian pelindung.

Orang yang berisiko mengalami penurunan kepadatan tulang (osteoporosis) harus menjalani pemindaian absorpsiometri sinar-x energi ganda (dual-energy x-ray absorptiometry, DXA).

Informasi Lebih Lanjut

Sumber daya berbahasa Inggris berikut ini mungkin berguna. Harap diperhatikan bahwa MANUAL ini tidak bertanggung jawab atas konten sumber daya ini.

  1. Crohn's and Colitis Foundation of America: General information on Crohn disease and ulcerative colitis, including access to support services

  2. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK)—Crohn Disease: General information on Crohn disease, including information about research and clinical trials

  3. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK)—Ulcerative Colitis: General information on ulcerative colitis, including information about research and clinical trials

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!