Masalah Infertilitas Dengan Ovulasi

OlehRobert W. Rebar, MD, Western Michigan University Homer Stryker M.D. School of Medicine
Ditinjau OlehOluwatosin Goje, MD, MSCR, Cleveland Clinic, Lerner College of Medicine of Case Western Reserve University
Ditinjau/Direvisi Feb 2024 | Dimodifikasi Sept 2024
v807098_id

Wanita mungkin mengalami infertilitas jika ovarium tidak melepaskan telur setiap bulan, seperti yang biasanya terjadi selama siklus menstruasi.

  • Ovulasi sama sekali tidak terjadi atau dapat terjadi secara tidak teratur jika hormon tertentu tidak dilepaskan dari otak atau ovarium dalam pola bulanan yang biasanya terjadi.

  • Wanita dapat mengetahui apakah ovulasi terjadi dan memperkirakan kapan ovulasi terjadi dengan mengukur suhu tubuh atau menggunakan alat prediksi ovulasi rumahan.

  • Dokter dapat menggunakan tes ultrasonografi atau darah atau urine untuk mengevaluasi masalah ovulasi.

  • Obat-obatan, biasanya klomifen atau letrozol, dapat digunakan untuk merangsang ovulasi.

(Lihat juga Gambaran Umum Infertilitas.)

Ovulasi adalah pelepasan telur dari ovarium. Hal ini biasanya terjadi di tengah siklus menstruasi. Siklus normal terjadi setiap 24 hingga 38 hari. Masalah ovulasi adalah penyebab umum infertilitas pada wanita.

Penyebab Masalah Ovulasi

Sistem reproduksi wanita dikendalikan oleh hormon yang dihasilkan pada area otak, termasuk hipotalamus (area otak yang mengoordinasikan dan mengendalikan aktivitas hormonal) dan kelenjar pituitari, serta oleh ovarium. Interaksi hormonal yang mengendalikan ovulasi dan menstruasi terjadi dalam urutan berikut ini:

  • Hormon pelepas gonadotropin (Gonadotropin-releasing hormone, GnRH) dilepaskan dari hipotalamus.

  • Kelenjar pituitari (juga terletak di otak) akan distimulasi oleh GnRH.

  • Hormon pelutein (Luteinizing hormone, LH) dan hormon perangsang folikel (follicle-stimulating hormone, FSH) dilepaskan oleh kelenjar pituitari.

  • Ovarium distimulasi oleh LH dan FSH, hormon yang mengontrol ovulasi.

  • Ovarium menghasilkan hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron, yang mengendalikan menstruasi.

Masalah dengan ovulasi (pelepasan telur) terjadi ketika satu bagian dari sistem tersebut tidak berfungsi dengan benar. Ovulasi dapat terpengaruh jika salah satu dari langkah atau hormon tersebut tidak normal. Ovulasi juga dapat dipengaruhi oleh abnormalitas pada kelenjar hormonal lainnya, seperti kelenjar adrenal atau kelenjar tiroid.

Masalah dengan ovulasi dapat disebabkan oleh banyak gangguan.

Penyebab paling umum dari masalah ovulasi kronis adalah

  • Sindrom polikistik ovarium, biasanya menyebabkan periode menstruasi tidak teratur dan sering juga menyebabkan kenaikan berat badan berlebih, jerawat, dan/atau pertumbuhan rambut tubuh berlebih (karena kelebihan produksi hormon pria oleh ovarium)

Penyebab lain dari masalah ovulasi antara lain

Jarang sekali, penyebabnya adalah menopause dini—ketika pasokan telur di ovarium rendah pada usia yang lebih muda dari usia rata-rata (usia rata-rata menopause adalah 51 tahun).

Wanita dengan masalah ovulasi mungkin tidak mengalami menstruasi (amenore) atau perdarahan tidak teratur, yang disebut perdarahan rahim abnormal.

Perubahan Selama Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi diatur oleh interaksi hormon yang kompleks: hormon pelutein, hormon perangsang folikel, dan hormon wanita estrogen dan progesteron.

Siklus menstruasi memiliki tiga fase:

  • Folikuler (sebelum telur dilepaskan)

  • Ovulasi (pelepasan sel telur)

  • Luteal (setelah sel telur dilepaskan)

Siklus menstruasi dimulai dengan perdarahan menstruasi (haid), yang menandai hari pertama fase folikuler.

Ketika fase folikuler dimulai, kadar estrogen dan progesteron rendah. Akibatnya, lapisan atas dari lapisan rahim yang menebal (endometrium) rusak dan luruh, dan terjadilah perdarahan menstruasi. Pada waktu ini, tingkat hormon perangsang folikel sedikit meningkat, menstimulasi perkembangan beberapa folikel dalam ovarium. Setiap folikel mengandung sel telur. Kemudian dalam fase ini, seiring menurunnya kadar hormon perangsang folikel, hanya satu folikel yang akan terus berkembang. Folikel ini menghasilkan estrogen. Ketika fase folikuler berlanjut, peningkatan kadar estrogen menyebabkan lapisan dinding rahim menebal.

Fase ovulasi dimulai dengan lonjakan kadar hormon pelutein dan hormon perangsang folikel. Hormon pelutein merangsang pelepasan sel telur (ovulasi), yang biasanya terjadi 32 hingga 36 jam setelah lonjakan hormon dimulai. Kadar estrogen mencapai puncaknya selama lonjakan tersebut, dan kadar progesteron pun mulai meningkat.

Selama fase luteal, kadar hormon pelutein dan hormon perangsang folikel menurun. Folikel yang pecah akan menutup setelah melepaskan sel telur dan membentuk korpus luteum, yang menghasilkan progesteron. Selama sebagian besar fase ini, kadar estrogen tinggi. Progesteron dan estrogen akan menyebabkan lapisan rahim semakin menebal untuk mempersiapkan kemungkinan pembuahan. Jika telur tidak dibuahi, korpus luteum akan mengalami degenerasi dan tidak lagi menghasilkan progesteron, kadar estrogen akan menurun, lapisan atas dinding rahim akan rusak dan luruh, lalu perdarahan menstruasi terjadi (awal dari siklus menstruasi baru).

Diagnosis Masalah Ovulasi

  • Catatan waktu periode menstruasi

  • Alat prediksi ovulasi rumahan

  • Terkadang pengukuran suhu tubuh harian

  • Ultrasound

  • Tes darah atau urine

Dokter meminta wanita untuk mendeskripsikan periode menstruasi mereka (riwayat menstruasi), termasuk seberapa sering periode menstruasi terjadi dan berapa lama periode menstruasi berlangsung. Berdasarkan informasi tersebut, dokter mungkin dapat menentukan apakah wanita tersebut sedang mengalami ovulasi.

Metode paling akurat yang dapat dilakukan di rumah adalah dengan alat prediksi ovulasi, tetapi hasilnya tidak 100% akurat sehingga beberapa ovulasi mungkin terlewatkan. Alat tersebut dapat mendeteksi peningkatan hormon pelutein dalam urine 24 hingga 36 jam sebelum ovulasi. Untuk memberikan hasil yang lebih akurat, beberapa kit juga mengukur produk sampingan estrogen. Urine akan dites selama beberapa hari berturut-turut pada pertengahan siklus menstruasi.

Metode lain untuk menentukan apakah ovulasi terjadi atau kapan ovulasi terjadi adalah seorang wanita harus mengukur suhu tubuhnya saat istirahat (suhu basal tubuh) setiap hari. Biasanya, waktu terbaik adalah segera setelah bangun tidur dan sebelum bangun dari tempat tidur. Penurunan suhu basal tubuh menunjukkan bahwa ovulasi akan terjadi. Jika memungkinkan, wanita harus menggunakan termometer suhu basal tubuh yang dirancang untuk wanita yang mencoba hamil, atau dapat juga menggunakan termometer digital atau merkuri. Kenaikan suhu 0,9° F (0,5° C) atau lebih biasanya menunjukkan bahwa ovulasi baru saja terjadi. Namun, metode ini memakan waktu dan tidak dapat diandalkan atau akurat.

Dokter dapat menentukan secara akurat apakah dan kapan ovulasi terjadi. Metodenya meliputi

  • Ultrasound

  • Pengukuran kadar progesteron dalam darah atau kadar salah satu produk sampingnya dalam urine

Peningkatan nyata pada kadar progesteron atau produk sampingannya menunjukkan bahwa ovulasi telah terjadi.

Dokter dapat melakukan tes lain untuk memeriksa ada tidaknya gangguan yang dapat menyebabkan masalah ovulasi. Misalnya, dokter dapat mengukur kadar testosteron dalam darah untuk memeriksa ada tidaknya sindrom ovarium polikistik.

Pengobatan Masalah Ovulasi

  • Mengobati penyebabnya, jika didentifikasi

  • Obat untuk merangsang ovulasi

Jika gangguan yang menjadi penyebabnya (seperti sindrom polikistik ovarium atau terlalu banyak prolaktin) teridentifikasi, maka gangguan tersebut akan diobati.

Obat-obatan, seperti letrozol, klomifen, atau gonadotropin manusia, biasanya dapat merangsang ovulasi. Obat tertentu dipilih berdasarkan masalah tertentu. Jika penyebab infertilitas adalah menopause dini, baik klomifen maupun gonadotropin manusia tidak dapat merangsang ovulasi.

Letrozol

Letrozolesering menjadi pilihan pertama obat yang digunakan untuk merangsang ovulasi, karena letrozol memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan klomifen, obat kesuburan lain yang umum digunakan. Efek samping paling umum dari letrozol adalah kelelahan dan pusing.

Letrozol adalah penghambat aromatase. Penghambat aromatase menghambat produksi estrogen. Obat ini juga digunakan untuk mengobati kanker payudara pada wanita yang telah mengalami menopause.

Untuk wanita dengan sindrom ovarium polikistik dan obesitas, penggunaan letrozol cenderung lebih menstimulasi ovulasi dibandingkan klomifen. Untuk wanita lain, penelitian belum menunjukkan bahwa letrozol lebih efektif daripada klomifen.

Penggunaan letrozol dimulai beberapa hari setelah menstruasi dimulai, dan wanita mengonsumsinya melalui mulut selama 5 hari. Jika ovulasi tidak terjadi, dapat digunakan dosis yang lebih tinggi dalam setiap siklus menstruasi sampai ovulasi terjadi atau mencapai dosis maksimum.

Letrozol digunakan hanya setelah tes kehamilan menunjukkan hasil negatif karena cacat lahir dapat terjadi jika digunakan di awal kehamilan.

Klomifen

Obat lain yang dapat digunakan dokter adalah Klomifen. Klomifen paling efektif jika masalah ovulasi disebabkan oleh sindrom polikistik ovarium.

Beberapa hari setelah menstruasi dimulai, seorang wanita diminta untuk mengonsumsi klomifen melalui mulut selama 5 hari. Sebelum pengobatan dimulai, wanita biasanya perlu diberi hormon untuk menginduksi menstruasi. Biasanya, wanita tersebut akan mengalami ovulasi 5 sampai 10 hari setelah klomifen dihentikan, dan wanita tersebut akan mengalami periode menstruasi 14 sampai 16 hari setelah ovulasi.

Jika wanita tersebut tidak memiliki periode menstruasi setelah pengobatan dengan klomifen, wanita tersebut akan menjalani tes kehamilan. Jika wanita tersebut tidak hamil, siklus pengobatan pun akan diulang. Dosis klomifen yang lebih tinggi akan digunakan dalam setiap siklus menstruasi sampai ovulasi terjadi atau mencapai dosis maksimum. Ketika dosis untuk merangsang ovulasi telah ditentukan, seorang wanita perlu mengonsumsi dosis tersebut hingga 4 siklus pengobatan berikutnya. Sebagian besar wanita yang melakukannya hamil pada siklus keempat saat terjadinya ovulasi. Meskipun sekitar 75 sampai 80% wanita yang diobati dengan klomifen mengalami ovulasi, namun hanya sekitar 40 hingga 50% dari mereka yang mengalami ovulasi tersebut yang mengalami kehamilan. Sekitar 5% kehamilan pada wanita yang diobati dengan klomifen memiliki lebih dari 1 janin (kehamilan ganda), biasanya kembar dua.

Efek samping dari klomifen meliputi sensasi panas, perut kembung, nyeri payudara, mual, masalah penglihatan, dan sakit kepala.

Sindrom hiperstimulasi ovarium terjadi pada kurang dari 1% wanita yang diobati dengan klomifen. Dalam sindrom tersebut, ovarium membesar dan sejumlah besar cairan keluar dari aliran darah ke dalam perut. Sindrom ini dapat mengancam nyawa. Untuk mencoba mencegahnya, dokter akan meresepkan dosis terendah klomifen yang efektif, dan jika ovarium membesar, dokter akan menghentikan pengobatan.

Klomifen digunakan hanya setelah tes kehamilan menunjukkan hasil negatif karena cacat lahir dapat terjadi jika digunakan di awal kehamilan.

Metformin

Dokter dapat mengobati beberapa wanita dengan metformin (obat yang juga digunakan untuk mengobati pengidap diabetes) untuk merangsang ovulasi. Metformin sering digunakan untuk wanita dengan sindrom polikistik ovarium, terutama bagi mereka yang juga mengalami obesitas (dengan indeks massa tubuh 30 atau lebih) dan/atau diabetes atau pradiabetes (kadar gula darah tinggi tetapi tidak cukup tinggi untuk diberi label diabetes). Namun, pada wanita-wanita ini pun, klomifen biasanya lebih efektif daripada metformin dan sama efektifnya dengan metformin plus klomifen untuk merangsang ovulasi.

Gonadotropin manusia

Jika seorang wanita tidak mengalami ovulasi atau hamil selama pengobatan dengan klomifen atau letrozol, terapi hormon dengan menyuntikkan human gonadotropin ke otot atau di bawah kulit dapat dicoba. Gonadotropin manusia mengandung hormon perangsang folikel dan terkadang hormon pelutein. Hormon-hormon ini merangsang folikel ovarium untuk matang dan dengan demikian memungkinkan terjadinya ovulasi. Folikel merupakan rongga berisi cairan, yang masing-masing berisi telur. Ultrasonografi dapat mendeteksi kapan folikel matang.

Ketika folikel matang, seorang wanita diberikan injeksi hormon yang berbeda, gonadotropin korionik manusia, untuk merangsang ovulasi. Hormon gonadotropin korionik manusia diproduksi selama kehamilan dan serupa dengan hormon pelutein, yang biasanya dilepaskan di tengah siklus menstruasi. Atau, agonis hormon pelepasan-gonadotropin (gonadotropin-releasing hormone, GnRH) dapat digunakan untuk merangsang ovulasi, terutama pada wanita yang berisiko tinggi mengalami sindrom hiperstimulasi ovarium. Agonis GnRH adalah bentuk sintetis dari hormon yang diproduksi oleh tubuh (GnRH).

Ketika gonadotropin manusia digunakan dengan tepat, lebih dari 95% wanita yang diobati dengan gonadotropin manusia mengalami ovulasi, tetapi hanya sekitar 50% dari mereka yang mengalami ovulasi dan hamil. Sekitar 10 hingga 30% kehamilan pada wanita yang diobati dengan gonadotropin manusia menghasilkan lebih dari 1 janin, terutama kembar dua.

Penggunaan gonadotropin manusia cukup mahal dan dapat memiliki efek samping yang parah, sehingga dokter akan memantau wanita yang menggunakannya secara ketat selama pengobatan. Sekitar 10 hingga 20% wanita yang diobati dengan gonadotropin manusia mengalami sindrom hiperstimulasi ovarium sedang hingga berat.

Jika seorang wanita berisiko tinggi memiliki lebih dari 1 janin atau mengalami sindrom hiperstimulasi ovarium, akan lebih aman untuk tidak menggunakan obat untuk merangsang ovulasi. Akan tetapi, jika diperlukan untuk merangsang ovulasi, menggunakan agonis GnRH lebih aman daripada menggunakan gonadotropin korionik manusia.

Obat-obatan Lain

Jika hipotalamus tidak mengeluarkan hormon pelepas gonadotropin, pemberian versi sintetis dari hormon ini (disebut gonadorelin asetat) secara intravena, dapat berguna. Obat ini, seperti hormon alami, merangsang kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon yang merangsang ovulasi. Risiko hiperstimulasi ovarium lebih rendah dengan penggunaan obat ini, sehingga tidak memerlukan pemantauan yang ketat. Namun, obat ini tidak tersedia di Amerika Serikat.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!