Perdarahan Vagina di Akhir Kehamilan

OlehEmily E. Bunce, MD, Wake Forest School of Medicine;
Robert P. Heine, MD, Wake Forest School of Medicine
Ditinjau OlehSusan L. Hendrix, DO, Michigan State University College of Osteopathic Medicine
Ditinjau/Direvisi Jul 2023 | Dimodifikasi Feb 2025
v1536156_id

Di akhir kehamilan (setelah 20 minggu), 3 hingga 4% wanita mengalami perdarahan vagina. Perdarahan dapat menjadi pertanda bahwa ada risiko kehilangan bayi atau perdarahan yang berlebihan (hemoragi). Dalam kasus yang jarang terjadi, begitu banyak darah yang hilang sehingga tekanan darah menjadi sangat rendah (menyebabkan syok) atau terbentuk bekuan darah kecil di seluruh aliran darah (disebut koagulasi intravaskular diseminata).

Wanita yang mengalami perdarahan vagina di akhir kehamilan harus segera memeriksakan diri ke dokter untuk dievaluasi, karena perdarahan tersebut dapat dikaitkan dengan komplikasi yang mengancam keselamatan wanita tersebut dan/atau janin.

Penyebab Perdarahan Vagina di Akhir Kehamilan

Penyebab paling umum perdarahan di akhir kehamilan adalah

  • Mulainya persalinan

Di akhir kehamilan, beberapa wanita mengeluarkan gumpalan lendir (pengumpulan lendir di serviks) melalui vagina. Gumpalan lendir biasanya berupa bola kecil yang lengket dan sering kali ada darah di dalamnya. Mengeluarkan gumpalan lendir bukanlah awal persalinan, tetapi sering kali merupakan sinyal bahwa persalinan akan dimulai pada minggu berikutnya. Biasanya, persalinan dimulai dengan keluarnya darah yang bercampur dengan lendir dari vagina. Keluarnya lendir dan darah ini, yang disebut bercak darah, terjadi ketika pembuluh darah kecil robek saat serviks mulai terbuka (dilatasi), sehingga memungkinkan janin keluar melewati vagina. Jumlah darah yang keluar tergolong sedikit.

Penyebab yang lebih serius tetapi kurang umum (lihat tabel Beberapa Penyebab dan Ciri Perdarahan Vagina di Akhir Kehamilan) meliputi:

Pada plasenta previa, plasenta melekat di bagian bawah, bukan bagian atas rahim. Ketika plasenta berada lebih rendah di dalam rahim, plasenta dapat menyumbat sebagian atau seluruh serviks (bagian bawah rahim), yang harus dilalui janin. Perdarahan dapat terjadi tanpa gejala atau dapat dipicu ketika dokter memeriksa serviks untuk menentukan apakah leher rahim melebar atau apakah persalinan telah dimulai. Plasenta previa menyebabkan sekitar 20% perdarahan selama akhir kehamilan dan paling banyak terjadi pada trimester ke-3. Plasenta mungkin berada di posisi rendah di awal kehamilan, tetapi plasenta biasanya berpindah sendiri sebelum trimester ke-3.

Vasa previa adalah suatu kondisi langka di mana pembuluh darah yang memberikan darah ke janin (melalui tali pusar) tumbuh menyebrangi serviks sehingga menghalangi jalan janin. Ketika persalinan dimulai, pembuluh darah kecil ini dapat sobek, sehingga membuat janin kekurangan darah. Oleh karena janin memiliki jumlah darah yang relatif sedikit, kehilangan darah dalam jumlah sedikit saja dapat berakibat serius, atau bahkan fatal, bagi janin.

Pada abrupsio plasenta, plasenta terlepas dari rahim sebelum kelahiran. Penyebabnya masih belum diketahui, tapi kemungkinan karena aliran darah ke plasenta tidak cukup. Terkadang plasenta terlepas karena terjadi cedera, seperti yang mungkin terjadi dalam kecelakaan mobil. Perdarahan mungkin lebih parah dari yang terlihat karena beberapa atau sebagian besar darah dapat terperangkap di belakang plasenta sehingga tidak terlihat. Abrupsio plasenta adalah penyebab perdarahan yang paling sering mengancam jiwa selama akhir kehamilan, yang menyebabkan sekitar 30% kasus. Abrupsio plasenta dapat terjadi kapan saja tetapi paling sering terjadi di trimester ke-3.

Ruptur uteri atau pecahnya rahim dapat terjadi selama persalinan. Hal ini hampir selalu terjadi pada wanita yang rahimnya telah terluka dan terdapat jaringan parut. Luka tersebut dapat terjadi selama persalinan sesar atau pembedahan rahim lainnya (seperti miomektomi untuk mengangkat fibroid rahim).

Perdarahan juga dapat terjadi akibat gangguan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.

Faktor risiko

Berbagai kondisi (faktor risiko) meningkatkan risiko gangguan yang dapat menyebabkan perdarahan di akhir kehamilan.

Untuk plasenta previa, faktor risikonya meliputi:

Untuk vasa previa, faktor risiko meliputi hal berikut:

Untuk abrupsio plasenta, faktor risiko meliputi

Untuk ruptur uteri, faktor risikonya meliputi yang berikut ini:

  • Melahirkan sesar pada kehamilan sebelumnya

  • Pernah menjalani pembedahan yang melibatkan rahim

  • Usia di atas 30 tahun

  • Pernah mengalami infeksi rahim

  • Memulai persalinan secara artifisial (induksi)

  • Cedera, seperti yang mungkin terjadi pada kecelakaan mobil

  • Melahirkan lebih dari lima bayi

  • Jarak kehamilan yang terlalu dekat

  • Plasenta akreta (plasenta yang tumbuh terlalu dalam ke dalam atau melewati rahim)

Evaluasi Perdarahan Vagina di Akhir Kehamilan

Dokter berfokus untuk mengatasi penyebab perdarahan yang berpotensi serius (seperti abrupsio plasenta,plasenta previa, vasa previa, dan ruptur uteri). Jika dalam evaluasi tersebut tidak menunjukkan penyebab yang lebih serius, dokter biasanya mendiagnosis penyebab yang paling umum, yaitu awal persalinan, yang ditandai dengan adanya bercak darah.

Tanda-tanda bahaya

Setiap perdarahan vagina yang terjadi di akhir masa kehamilan dianggap sebagai tanda yang membahyakan, kecuali pada gumpalan lendir atau bercak darah, yang hanya mengandung sedikit darah dan tidak berlangsung lama.

Dokter secara khusus mengkhawatirkan wanita yang pingsan, merasa pusing, atau memiliki denyut jantung yang cepat—gejala yang menunjukkan adanya tekanan darah sangat rendah.

Gejala-gejala berikut ini juga perlu diwaspadai:

  • Rahim yang tegang dan lembut

  • Tidak ada denyut jantung atau denyut jantung lambat pada janin

  • Persalinan yang berhenti dan hilangnya tonus otot di dalam rahim

Kapan harus berkunjung ke dokter

Seorang wanita dengan perdarahan vagina selama akhir kehamilan harus segera pergi ke rumah sakit. Namun demikian, jika ia mencurigai bahwa pendarahan tersebut merupakan keluarnya lendir merah dari vagina, ia harus menghubungi dokter terlebih dahulu. Dokter dapat menentukan seberapa cepat ia perlu diperiksa berdasarkan jumlah dan durasi perdarahan serta tanda-tanda persalinan.

Tindakan dokter

Dokter akan terlebih dahulu menanyakan tentang perdarahan dan gejala lainnya serta tentang riwayat medis. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik. Apa yang mereka temukan dalam riwayat dan pemeriksaan fisik sering kali menunjukkan penyebab nyeri dan tes apa saja yang mungkin perlu dilakukan (lihat tabel Beberapa Penyebab dan Ciri Perdarahan Vagina di Akhir Kehamilan).

Dokter menanyakan tentang perdarahan tersebut:

  • Berapa lama terjadinya

  • Tingkat keparahannya

  • Apa warna darahnya

  • Apakah wanita tersebut mengalami atau pernah mengalami gejala lain (seperti sakit perut, berkunang-kunang, atau pingsan)

Wanita tersebut akan ditanya tentang kehamilannya: berapa kali ia telah hamil, berapa banyak anak yang telah ia miliki, dan apakah ia pernah mengalami keguguran atau aborsi atau masalah apa pun pada kehamilan sebelumnya. Wanita tersebut akan ditanya apakah selaput ketubannya sudah pecah (pecah ketuban), biasanya merupakan tanda bahwa persalinan akan atau telah dimulai.

Dokter akan menanyakan tentang kondisi yang meningkatkan risiko penyebab perdarahan yang paling umum dan serius serta tentang faktor risiko penyebab ini, terutama persalinan sesar pada kehamilan sebelumnya.

Selama pemeriksaan fisik, dokter terlebih dahulu akan memeriksa ada tidaknya tanda-tanda kehilangan banyak darah, seperti denyut jantung yang cepat dan tekanan darah rendah. Dokter juga memeriksa denyut jantung janin dan, bila memungkinkan, mulai memantau denyut jantung janin secara terus-menerus (dengan pemantauan jantung janin elektronik). Dokter menekan perut dengan lembut untuk menentukan seberapa besar rahim, apakah nyeri saat ditekan, dan apakah ketegangan ototnya normal. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan panggul. Dokter memeriksa serviks menggunakan alat yang melebarkan dinding vagina (spekulum).

Biasanya ketika persalinan sudah dekat, dokter memeriksa serviks dengan sarung tangan (pemeriksaan serviks digital) untuk menentukan seberapa besar pembukaan serviks dan posisi janin (lihat bagian Persalinan). Namun, jika perdarahan terjadi pada akhir kehamilan, ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa ada tidaknya plasenta previa dan vasa previa sebelum pemeriksaan ini dilakukan. Jika terdapat salah satu gangguan tersebut, pemeriksaan tidak dilakukan karena dapat memperparah perdarahan. Wanita yang mengetahui bahwa mereka memiliki plasenta previa atau vasa previa harus mengingatkan dokter tentang diagnosis mereka dan menolak dilakukannya pemeriksaan serviks digital. (Pemeriksaan spekulum yang cermat dapat dilakukan.)

Tabel
Tabel

Pengujian

Berikut ini berbagai tes yang dilakukan:

  • Pemantauan denyut jantung janin

  • Ultrasound

  • Hitung darah lengkap

  • Kadang-kadang, tes darah untuk menentukan apakah darah membeku dengan normal

  • Golongan darah dan status Rh (positif atau negatif)

Ketika terjadi perdarahan pada kehamilan, dokter memeriksa tanda-tanda vital ibu, melakukan pemeriksaan fisik, dan mengevaluasi janin dengan monitor denyut jantung janin atau ultrasonografi.

Ultrasonografi juga dilakukan untuk mencari penyebab perdarahan. Alat ultrasonografi yang ditempatkan di dalam vagina (ultrasonografi transvaginal) dapat digunakan untuk menentukan lokasi plasenta, tali pusat, dan pembuluh darah. Dengan demikian, hal ini dapat membantu dokter untuk memastikan atau mendeteksi adanya plasenta previa dan vasa previa. Namun, ultrasonografi tidak selalu mendeteksi abrupsio plasenta. Dokter akan mengevaluasi ada tidaknya abrupsio plasenta dan ruptur uteri berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, termasuk informasi tentang faktor risiko.

Tes darah lengkap dilakukan. Golongan darah dan status Rh harus ditentukan sehingga pendonor dengan jenis darah yang cocok dapat diidentifikasi seandainya wanita tersebut membutuhkan transfusi darah. Jika terjadi perdarahan berat atau jika dokter mencurigai adanya abrupsio plasenta, tes darah untuk koagulasi intravaskular diseminata akan dilakukan.

Pengobatan Perdarahan Vagina di Akhir Kehamilan

Gangguan yang menyebabkan perdarahan ditangani jika memungkinkan.

Untuk abrupsio plasenta atau plasenta previa, persalinan tidak perlu dilakukan jika ibu dan janinnya sehat, dan biasanya akan disarankan untuk rawat inap. Di rumah sakit, ibu dan janinnya bisa dipantau, dan pengobatan pasti sudah tersedia. Jika perdarahan berhenti, wanita tersebut dapat dipulangkan. Jika perdarahan berlanjut dan memburuk atau jika kehamilan sudah mendekati cukup bulan, bayi harus segera dilahirkan. Pada wanita dengan plasenta previa, diperlukan operasi sesar. Wanita yang mengalami abrupsio plasenta dapat menjalani proses kelahiran melalui vagina atau sesar.

Jika vasa previa didiagnosis, dokter akan menjadwalkan kelahiran sesar sebelum persalinan dimulai, biasanya pada usia kehamilan 34 hingga 37 minggu. Namun, jika perdarahan terjadi pada wanita dengan vasa previa, persalinan sesar perlu dilakukan sesegera mungkin.

Jika rahim pecah, bayi harus segera dilahirkan. Rahim akan diperbaiki melalui pembedahan.

Jika wanita tersebut kehilangan banyak darah, ia akan diberi cairan melalui infus. Jika pengobatan melalui infus tidak cukup, harus diberikan transfusi darah.

Poin-poin Penting

  • Biasanya, keluarnya sedikit darah yang bercampur dengan lendir (bercak darah) adalah tanda bahwa persalinan akan segera dimulai.

  • Tingkat keparahan perdarahan tidak selalu menunjukkan seberapa parah penyebabnya.

  • Ultrasonografi dilakukan untuk membantu dokter mengidentifikasi gangguan serius yang dapat menyebabkan perdarahan selama akhir kehamilan.

  • Wanita dengan perdarahan di akhir kehamilan dapat dirawat di rumah sakit agar ia dan janinnya dapat dipantau serta diobati sesuai kebutuhan.

  • Jika terjadi perdarahan dalam jumlah yang banyak, wanita tersebut mungkin perlu diberikan cairan secara intravena atau transfusi darah.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!