Penggunaan NAPZA pada Remaja

OlehSarah M. Bagley, MD, MSc, Boston University Chobanian & Avedisian School of Medicine
Ditinjau OlehAlicia R. Pekarsky, MD, State University of New York Upstate Medical University, Upstate Golisano Children's Hospital
Ditinjau/Direvisi Nov 2024 | Dimodifikasi Jul 2025
v818009_id

Penggunaan narkoba di antara remaja berkisar dari berpantang hingga eksperimen hingga gangguan penggunaan narkoba yang parah. Semua penggunaan narkoba, bahkan penggunaan eksperimental, membuat remaja berisiko mengalami masalah jangka pendek, seperti tabrakan kendaraan bermotor, perkelahian, aktivitas seksual yang tidak diinginkan, dan overdosis. Remaja yang menggunakan narkoba memiliki angka infeksi menular seksual (IMS) yang lebih tinggi dan cenderung mengalami gangguan penggunaan narkoba.

Remaja rentan terhadap efek penggunaan narkoba dan berisiko lebih tinggi mengalami konsekuensi jangka panjang, seperti gangguan kesehatan mental, kurangnya kemampuan di sekolah, fungsi yang buruk di usia dewasa, dan tingkat kecanduan yang lebih tinggi, jika mereka secara teratur menggunakan alkohol, ganja (mariyuana), nikotin, atau zat-zat lain selama masa remaja.

Di banyak masyarakat, penggunaan narkoba adalah cara mudah bagi remaja dalam memenuhi kebutuhan perkembangan normal untuk mengambil risiko dan mencari sensasi. Tidak mengherankan, penggunaan narkoba banyak terjadi saat remaja semakin tua, dan banyak remaja yang mencoba alkohol sebelum lulus SMA. Penggunaan narkoba secara berulang atau terus-menerus jauh lebih jarang, tetapi penggunaan narkoba sesekali tetap berisiko dan tidak boleh diremehkan, diabaikan, atau diizinkan oleh orang dewasa. Sikap orang tua dan contoh-contoh yang ditetapkan orang tua terkait penggunaan alkohol, tembakau, obat resep, dan zat-zat lainnya oleh mereka sendiri merupakan pengaruh yang kuat.

Jenis narkoba yang digunakan oleh remaja dan potensi narkoba tersebut bervariasi tergantung pada faktor individu, lokal, dan nasional. Di Amerika Serikat, risiko mengalami konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang telah meningkat karena berbagai macam produk yang lebih kuat, adiktif, dan berbahaya, seperti opioid resep, produk kanabis berpotensi tinggi, vaping nikotin, fentanil, dan rokok elektrik, telah tersedia.

Salah satu konsekuensi jangka pendek tersebut adalah risiko overdosis obat. Overdosis mengacu pada menerima terlalu banyak narkoba, seperti obat-obatan, obat terlarang, atau alkohol, sekaligus. Overdosis dapat mengancam jiwa. Jumlah overdosis di kalangan remaja di Amerika Serikat telah meningkat karena meningkatnya keberadaan fentanil yang dibuat secara ilegal. Fentanil lebih kuat daripada morfin atau heroin, dan jumlah fentanil yang lebih kecil dapat menyebabkan overdosis fatal. Remaja yang mendapatkan pil palsu atau zat lainnya mungkin tidak menyadari bahwa pil atau zat tersebut mengandung fentanil dan mereka berisiko mengalami overdosis.

Pandemi COVID-19 berdampak beragam terhadap penggunaan narkoba remaja. Selama masa tinggal di rumah, angka remaja yang mulai menggunakan narkoba untuk pertama kalinya menurun, tetapi pada saat yang sama angka penggunaan berat meningkat karena beberapa remaja yang sudah menggunakan narkoba meningkatkan penggunaannya sebagai cara untuk mengatasi stres.

Narkoba yang paling umum digunakan oleh remaja di Amerika Serikat adalah alkohol, nikotin (dalam produk tembakau atau vaping), dan kanabis.

(Lihat juga Pengantar untuk Masalah Perawatan Kesehatan pada Remaja.)

Penggunaan Alkohol pada Remaja

Alkohol adalah zat yang paling sering digunakan oleh remaja. Survei Monitoring the Future tentang Penggunaan Narkoba adalah studi jangka panjang mengenai penggunaan zat yang dilakukan oleh Institut Nasional Penyalahgunaan Narkoba AS pada remaja di Amerika Serikat. Survei ini melaporkan bahwa pada tahun 2023 di kelas 12, 46% remaja pernah mencoba alkohol dalam tahun sebelumnya, 33% pernah mabuk dalam tahun sebelumnya, 24,3% pernah mengonsumsi alkohol dalam 30 hari terakhir, dan 10% pernah mengonsumsi lebih dari 5 minuman berturut-turut dalam 2 minggu sebelumnya.

Penggunaan alkohol secara berlebihan juga banyak terjadi, dan hampir 90% dari semua alkohol yang dikonsumsi oleh remaja terjadi selama minum berlebihan (binge). Minum berlebihan (binge) didefinisikan sebagai pola konsumsi alkohol yang meningkatkan kadar alkohol dalam darah menjadi 80 miligram per desiliter (17,37 milimol per liter). Jumlah minuman yang dianggap berlebihan tergantung pada usia dan jenis kelamin serta dapat berkisar antara 3 minuman dalam 2 jam bagi remaja putri. Namun, karena remaja sering minum alkohol langsung dari botol atau menuangkan minuman mereka sendiri, minuman untuk mereka mungkin lebih besar dari minuman "standar" untuk orang dewasa. Minum berlebihan membuat remaja berisiko mengalami kecelakaan, cedera, aktivitas seksual tanpa pengaman atau tidak diinginkan, dan situasi buruk lainnya. Karena alasan ini, remaja harus dilarang minum.

Di beberapa masyarakat, minum alkohol digambarkan di media sebagai hal yang dapat diterima, modis, atau bahkan sebagai mekanisme yang menyehatkan untuk mengelola stres, kesedihan, atau masalah kesehatan mental. Terlepas dari pengaruh ini, orang tua dapat membuat perbedaan dengan menyampaikan ekspektasi yang jelas kepada remaja mereka tentang minum alkohol, menetapkan batas-batas yang konsisten, dan melakukan pemantauan. Di sisi lain, remaja yang anggota keluarganya minum berlebihan mungkin menganggap perilaku ini dapat diterima.

Beberapa remaja yang mencoba alkohol mengalami gangguan penggunaan alkohol. Faktor risiko terjadinya gangguan termasuk mulai minum sejak usia muda dan genetik. Remaja yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan penggunaan alkohol harus diberi tahu tentang peningkatan risiko mereka untuk mengalami gangguan penggunaan narkoba dan harus menerima konseling dan dukungan dari profesional perawatan kesehatan.

Penggunaan Tembakau pada Remaja

Sebagian besar orang dewasa yang merokok mulai merokok saat remaja. Remaja yang mencoba rokok pada usia 13 tahun atau sebelumnya lebih mungkin untuk terus merokok tembakau saat dewasa dibandingkan remaja lain.

Produk tembakau bakar adalah produk-produk yang perlu dibakar sehingga dapat dikonsumsi, misalnya rokok konvensional, cerutu, dan hookah. Tingkat penggunaan tembakau bakar di kalangan remaja menurun drastis pada tahun 1990-an dan 2000-an dan terus menurun.

Survei Monitoring the Future melaporkan bahwa pada tahun 2023, sekitar 2,9% siswa kelas 12 melaporkan penggunaan rokok saat ini (diisap dalam 30 hari sebelumnya), yang turun dari 28,3% pada tahun 1991. Hanya sekitar 0,7% siswa kelas 12 yang melaporkan merokok setiap hari.

Faktor-faktor risiko merokok pada remaja adalah

  • Orang tua yang merokok

  • Memiliki teman sebaya dan teladan (seperti selebritas) yang merokok

  • Vaping tembakau (faktor risiko mengisap rokok konvensional)

  • Penggunaan alkohol atau zat lainnya

  • Gangguan kesehatan mental atau disabilitas belajar

  • Kinerja sekolah yang buruk

  • Ketersediaan rokok

  • Harga diri yang buruk

Merokok pipa relatif jarang terjadi di Amerika Serikat. Persentase orang-orang di atas usia 12 tahun yang merokok cerutu telah menurun.

Remaja juga dapat menggunakan produk tembakau dalam bentuk lain. Sekitar 2,5% dari siswa kelas 12 saat ini adalah pengguna tembakau tanpa asap. Tembakau tanpa asap dapat dikunyah (tembakau kunyah), ditempatkan di antara bibir bawah dan gusi (tembakau celup, atau dip), atau dihirup ke dalam hidung (hirupan).

Orang tua dapat membantu mencegah remaja mereka merokok dan menggunakan produk tembakau tanpa asap dengan menjadi teladan positif (yaitu, dengan tidak merokok atau mengunyah tembakau), mendiskusikan secara terbuka bahaya tembakau, dan mendorong remaja yang sudah merokok atau mengunyah tembakau untuk berhenti merokok, termasuk mendukung mereka dalam mencari bantuan medis jika diperlukan.

Rokok Elektrik (Produk Vaping)

Rokok elektronik (rokok elektrik, vape) adalah alat bertenaga baterai yang menggunakan panas untuk mengubah cairan menjadi uap yang dapat dihirup. Cairan ini biasanya mengandung nikotin, yang merupakan bahan aktif dalam tembakau, atau tetrahidrokanabinol (THC), yang merupakan bahan aktif dalam kanabis. Baik nikotin maupun THC bersifat adiktif. (Lihat juga Vaping.)

Rokok elektrik awalnya memasuki pasar sebagai alternatif untuk merokok bagi perokok dewasa, dan model-model awalnya tidak banyak digunakan oleh remaja. Rokok elektrik kemudian berubah menjadi "vape", yang sangat menarik bagi remaja, dan telah menjadi semakin populer di kalangan mereka selama beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan remaja dengan status sosial dan ekonomi menengah dan atas. Penggunaan rokok elektrik saat ini (vaping nikotin, tidak termasuk zat lain) di antara siswa kelas 12 meningkat tajam dari 11% pada tahun 2017 menjadi 25,5% pada tahun 2019. Namun demikian, menurut Survei Monitoring the Future, penggunaan rokok elektrik pada tahun 2023 turun menjadi 16,9%. Menurut survei yang sama, pada tahun 2023 sekitar 22,1% siswa kelas 12 mencoba rokok elektrik (nikotin dan zat lainnya).

Rokok elektrik menyebabkan efek kesehatan negatif yang berbeda dari merokok tembakau. Namun demikian, seperti halnya rokok biasa, bahan kimia yang terkandung dalam rokok elektrik dapat menyebabkan cedera paru-paru. Cedera paru-paru dapat terjadi tiba-tiba, parah, atau berlangsung lama dan, jika paling parah, dapat mematikan. Selain itu, produk ini dapat menghantarkan konsentrasi nikotin dan THC yang sangat tinggi. THC dan nikotin sangat adiktif, dan dapat terjadi toksisitas. Uap sekunder dari rokok elektrik memaparkan orang pada nikotin dan bahan kimia lainnya.

Rokok elektrik semakin menjadi bentuk awal paparan nikotin bagi remaja, tetapi efeknya terhadap tingkat merokok orang dewasa masih belum jelas. Risiko jangka panjang rokok elektrik saat ini belum diketahui.

Ganja (Mariyuana)

Survei Pemantauan Masa Depan melaporkan bahwa pada tahun 2023, 18,4% dari siswa kelas 12 adalah pengguna ganja aktif, yang menurun dari 22,3% pada tahun 2019. Sekitar 36,5% siswa kelas 12 melaporkan telah menggunakan ganja 1 kali atau lebih dalam hidup mereka. Pada tahun 2010, tingkat penggunaan ganja saat ini melampaui tingkat penggunaan tembakau saat ini untuk pertama kalinya.

Peningkatan paling signifikan dalam penggunaan ganja adalah dalam vaping THC. Jumlah siswa kelas 12 yang melaporkan sedang menggunakan vaping THC meningkat dari 4,9% pada tahun 2017 menjadi 14% pada tahun 2019 (lihat juga produk-produk vaping). Persentase ini sedikit menurun menjadi 13,7% pada tahun 2023.

Narkoba Lainnya

Penggunaan narkoba selain alkohol, nikotin, dan kanabis selama masa remaja jarang terjadi.

Dalam Survei Pemantauan Masa Depan 2023, persentase berikut dari siswa kelas 12 yang dilaporkan menggunakan zat terlarang 1 kali atau lebih dalam hidup mereka:

Obat resep yang paling sering disalahgunakan termasuk pereda nyeri opioid (narkotik), obat antikecemasan, sedatif, dan stimulan (misalnya, obat yang digunakan untuk mengobati gangguan sulit memusatkan perhatian/hiperaktivitas seperti metilfenidat dan obat-obatan serupa).

Obat tanpa resep, yang dijual bebas yang umumnya disalahgunakan meliputi obat batuk dan pilek yang mengandung dekstrometrofan. Obat batuk dan pilek yang dijual bebas banyak tersedia dan dianggap aman oleh banyak remaja.

Bahkan remaja dapat mencoba obat-obatan terlarang, dengan sebagian di antaranya melaporkan penggunaan obat-obatan terlarang pada usia 12 tahun. Banyak remaja yang bereksperimen dengan obat yang dijual bebas, obat resep, dan zat lainnya kemudian mengalami gangguan penggunaan narkoba.

Meskipun penggunaan steroid anabolik lebih umum di kalangan atlet, non-atlet juga menggunakannya. Penggunaan steroid anabolik dikaitkan dengan sejumlah efek samping. Masalah khusus untuk remaja meliputi penutupan dini pelat pertumbuhan pada ujung tulang, yang mengakibatkan tubuh pendek permanen. Efek samping lainnya banyak terjadi baik pada remaja maupun orang dewasa.

Diagnosis Penggunaan Narkoba pada Remaja

  • Evaluasi dokter, termasuk skrining rutin dan penggunaan alat skrining

  • Terkadang tes obat

Ada tanda-tanda perilaku dan fisik bahwa anak mungkin minum alkohol atau menggunakan narkoba. Mengetahui tanda-tandanya dapat membantu orang tua dan pengasuh menentukan apakah anak mereka harus diperiksa oleh tenaga profesional kesehatan.

Beberapa tanda perilaku kemungkinan penggunaan narkoba:

  • Depresi atau perubahan suasana hati, perubahan sikap

  • Bertindak paranoid, mudah marah, atau cemas

  • Kesulitan tetap mengerjakan tugas atau tetap fokus

  • Mencuri, berbohong

  • Sikapnya menjadi berahasia, pintu kamar tidur dikunci

  • Perubahan teman

  • Menurunnya kinerja di sekolah

  • Hilangnya minat pada hobi

  • Bertindak agresif, marah, atau tidak bertanggung jawab

  • Tidur lebih banyak atau kurang dari biasanya

  • Tidak masuk sekolah, olahraga, atau kerja

Beberapa tanda fisik kemungkinan penggunaan narkoba:

  • Higienitas yang buruk/perubahan penampilan

  • Mata berkaca-kaca, berair, atau berwarna merah darah

  • Pupil yang lebih besar (lebar) atau lebih kecil (konstriksi) dari biasanya

  • Sering mimisan atau hidung meler

  • Seriawan di mulut, di bibir, atau keduanya

  • Wajah bengkak

  • Tanda garis kecil (akibat penggunaan jarum) pada lengan atau kaki, mengenakan pakaian berlengan panjang (bahkan dalam cuaca hangat)

  • Tangan gemetar atau telapak tangan yang dingin dan berkeringat

  • Sakit kepala

  • Tidak bisa diam

  • Gemetar atau tremor

  • Penurunan berat badan tiba-tiba

Orang tua juga harus memperhatikan kemungkinan penggunaan narkoba jika mereka menemukan narkoba atau peralatan narkoba (seperti vape, pipa, alat suntik, dan timbangan) di antara barang-barang anak mereka.

Selama kunjungan perawatan kesehatan rutin, orang tua harus meminta dokter anak mereka untuk memeriksa penggunaan narkoba oleh anak mereka dengan mengajukan pertanyaan rahasia tentang penggunaan tembakau/nikotin, alkohol, dan narkoba lainnya, termasuk penyalahgunaan obat resep. Alat skrining digunakan untuk remaja berusia 12 hingga 17 tahun. Alat bantu singkat ini dapat digunakan sendiri oleh remaja atau dapat diberikan oleh dokter atau profesional perawatan kesehatan lainnya. Alat bantu ini dimulai dengan pertanyaan tentang frekuensi penggunaan tembakau, alkohol, dan ganja dalam setahun terakhir. Pertanyaan terkait tambahan akan dibuat berdasarkan respons sang remaja. Alat skrining dapat membantu dokter dan tenaga kesehatan profesional lainnya menilai apakah seorang remaja memiliki gangguan penggunaan narkoba atau berisiko mengalami gangguan penggunaan narkoba dan mengimplementasikan intervensi yang tepat atau membuat rujukan untuk pengobatan.

Tes obat (termasuk tes di rumah) dapat menjadi bagian yang berguna untuk membuat evlauasi tetapi ini memiliki keterbatasan yang signifikan. Hasil tes urine mungkin negatif pada remaja yang menggunakan obat-obatan jika obat tersebut telah dibersihkan dari tubuh sebelum tes dilakukan, jika obat yang digunakan tidak termasuk dalam panel tes standar, atau jika spesimen urine telah terkontaminasi. Terkadang hasil tes obat terlihat positif pada remaja yang belum menggunakan obat (positif palsu). Bahkan tes positif sejati juga tidak menunjukkan seberapa sering dan seberapa banyak obat digunakan sehingga tidak dapat membedakan penggunaan biasa dengan masalah yang lebih serius.

Mengingat keterbatasan ini, dokter dengan keahlian di bidang ini harus menentukan apakah diperlukan tes obat dalam situasi tertentu. Ketika orang tua menjaga kerahasiaan anak mereka, mereka akan memudahkan dokter untuk mendapatkan riwayat penggunaan narkoba yang akurat dan menjalin hubungan saling percaya dengan anak mereka. Hubungan ini penting karena intervensi yang sangat singkat sekalipun oleh dokter dan tenaga profesional kesehatan lainnya telah terbukti mengurangi penggunaan narkoba oleh remaja.

Pengobatan untuk Penggunaan Narkoba pada Remaja

  • Terapi yang dirancang khusus untuk remaja

  • Terkadang, obat-obatan

  • Naloxone untuk overdosis opioid

Jika dokter menganggap remaja tersebut mengalami gangguan penggunaan narkoba, mungkin diperlukan rujukan untuk penilaian dan pengobatan lebih lanjut. Secara umum, pengobatan yang digunakan sama dengan yang untuk orang dewasa peyandang gangguan penggunaan narkoba, termasuk pengobatan dan konseling terapeutik, juga dapat digunakan pada remaja. Namun demikian, pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan remaja. Remaja harus menerima layanan dari program remaja dan terapis yang ahli dalam mengobati remaja dengan gangguan penggunaan narkoba dan tidak boleh diobati dalam program yang sama dengan orang dewasa.

Remaja berusia 16 tahun ke atas yang memiliki gangguan penggunaan opioid dapat diobati dengan obat yang disebut buprenorfin. Obat ini bekerja dengan mencegah gejala putus obat dan mengurangi mengidam obat tanpa menyebabkan orang merasa ‘high’ atau mengantuk. Terkadang, dapat digunakan obat-obatan lain.

Obat terapeutik yang digunakan untuk mengobati gejala putus obat atau menekan keinginan akibat penggunaan nikotin, THC, dan zat lainnya tersedia bagi remaja.

Orang tua dapat memiliki pengaruh positif yang kuat terhadap anak-anak mereka dengan memberikan contoh yang baik (seperti menggunakan alkohol secukupnya dan menghindari penggunaan obat-obatan rekreasional), menyampaikan nilai-nilai mereka, dan menetapkan ekspektasi yang tinggi agar anak menjauhi obat-obatan rekreasional. Orang tua juga harus mengajari anak-anak bahwa obat resep hanya boleh digunakan sesuai petunjuk profesional perawatan kesehatan.

Pencegahan overdosis

Overdosis adalah penyebab kematian ketiga di kalangan remaja di Amerika Serikat meskipun penggunaan narkoba menurun. Oleh karena itu, profesional perawatan kesehatan dapat mendiskusikan dengan remaja cara mencegah overdosis yang disebabkan oleh berbagai zat seperti alkohol dan obat-obatan terlarang.

Obat yang disebut naloxone adalah obat penangkal overdosis yang disebabkan oleh zat dalam kelas obat yang disebut opioid (misalnya, kodein,oksikodon, morfin,fentanil, dan heroin).

Semprotan hidung naloxone dapat dibeli di toko kelontong dan apotek di seluruh Amerika Serikat dan di beberapa negara lainnya. Naloxone aman diberikan kepada orang-orang dari segala usia, mulai bayi hingga lansia.

Informasi Lebih Lanjut

Sumber daya berbahasa Inggris berikut ini mungkin berguna. Harap diperhatikan bahwa Manual ini tidak bertanggung jawab atas konten sumber daya ini.

  1. Al-Anon Family Groups: Akses ke sumber daya dan dukungan untuk keluarga dan teman-teman penderita gangguan penggunaan alkohol

  2. Alcoholics Anonymous (AA): Persahabatan internasional antara pria dan wanita nonprofesional yang saling mendukung untuk menghadapi dan mengatasi masalah minum alkohol

  3. American Lung Association: Anak-anak dan Merokok: Sumber daya tentang cara mencegah anak-anak merokok dan cara membantu mereka yang merokok untuk berhenti merokok

  4. Narcotics Anonymous (NA): Mendukung sumber daya dan program pemulihan bagi orang-orang yang kecanduan narkoba atau alkohol

  5. National Institutes on Drug Abuse (NIDA): Badan di dalam Institut Kesehatan Nasional A.S. yang memiliki informasi khusus untuk anak-anak dan remaja tentang bagaimana narkoba memengaruhi otak mereka, fakta tentang narkoba yang banyak digunakan, dan tautan ke konten terkait

  6. Substance Abuse and Mental Health Services Administration (SAMHSA): Lembaga di dalam Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat A.S. yang memimpin upaya kesehatan masyarakat untuk mengurangi dampak penggunaan narkoba dan penyakit mental pada masyarakat Amerika

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!