Miastenia Gravis

OlehMichael Rubin, MDCM, New York Presbyterian Hospital-Cornell Medical Center
Ditinjau OlehMichael C. Levin, MD, College of Medicine, University of Saskatchewan
Ditinjau/Direvisi Mar 2024 | Dimodifikasi Apr 2024
v1560864_id

Miastenia gravis adalah gangguan autoimun yang mengganggu komunikasi antara saraf dan otot, yang menyebabkan episode kelemahan otot.

  • Miastenia gravis disebabkan oleh gangguan sistem imun.

  • Orang-orang biasanya mengalami kelopak mata yang terkulai dan penglihatan ganda, dan otot menjadi sangat lelah dan lemah setelah digunakan dan pulih kembali saat beristirahat.

  • Tes dilakukan menggunakan kompres es atau istirahat untuk melihat apakah langkah-langkah ini membuat kelopak mata terkulai jadi membaik, elektromiografi, dan tes darah dapat membantu mengonfirmasi diagnosis.

  • Beberapa obat dapat meningkatkan kekuatan otot dengan cepat, dan obat lain dapat memperlambat perkembangan penyakit.

  • Jika krisis miastenic terjadi, dilakukan infus imunoglobulin atau pertukaran plasma.

(Lihat juga Gambaran Umum Gangguan Sambungan Neuromuskular.)

Miastenia gravis biasanya terjadi pada wanita berusia antara 20 hingga 40 tahun dan pada pria berusia antara 50 hingga 80 tahun. Namun demikian, gangguan ini dapat dialami oleh pria atau wanita pada usia berapa pun. Jarang dimulai pada masa kanak-kanak.

Saraf berkomunikasi dengan otot dengan melepaskan pembawa pesan kimiawi (neurotransmitter), yang berinteraksi dengan reseptor pada otot (di sambungan neuromuskular) dan menstimulasi otot untuk berkontraksi. Pada sebagian besar orang dengan miastenia gravis, sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi yang menyerang satu jenis reseptor di sisi otot dari sambungan neuromuskular - reseptor yang merespons neurotransmitter asetilkolin. Akibatnya, komunikasi antara sel saraf dan otot terganggu.

Apa yang menyebabkan tubuh menyerang reseptor asetilkolinnya sendiri—reaksi autoimun—tidak diketahui. Menurut salah satu teori, gangguan kelenjar timus mungkin terlibat. Dalam kelenjar timus, sel-sel tertentu dari sistem imun mempelajari cara membedakan antara tubuh dan benda asing. Untuk alasan yang tidak diketahui, kelenjar timus dapat menginstruksikan sel sistem imun untuk menghasilkan antibodi yang menyerang reseptor asetilkolin. Orang tersebut dapat mewarisi kecenderungan terhadap abnormalitas autoimun ini. Sekitar 65% orang yang menderita gravis miastenia memiliki kelenjar timus yang membesar, dan sekitar 10% memiliki tumor kelenjar timus (timoma). Sekitar setengah dari timoma ini bersifat kanker (ganas).

Miastenia gravis juga sering terjadi pada orang-orang dengan gangguan autoimun lainnya, seperti artritis reumatoid, lupus eritematosus sistemik, dan gangguan yang menyebabkan kelenjar tiroid menjadi terlalu aktif (hipertiroidisme autoimun), seperti yang terjadi pada tiroiditis Hashimoto.

Beberapa orang dengan miastenia gravis tidak memiliki antibodi terhadap reseptor asetilkolin, tetapi mereka memiliki antibodi terhadap enzim yang terlibat dalam pembentukan sambungan neuromuskular. Orang-orang ini mungkin memerlukan pengobatan yang berbeda.

Miastenia gravis dapat dipicu oleh

  • Infeksi

  • Tindakan bedah

  • Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti nifedipin atau verapamil (digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi), quinina (digunakan untuk mengobati malaria), dan prokainamid (digunakan untuk mengobati irama jantung abnormal)

Miastenia gravis jarang diwariskan sebagai sifat resesif autosomal (tidak terkait jenis kelamin). Artinya, dua gen untuk gangguan tersebut, satu dari masing-masing orang tua, diperlukan bagi anak untuk memiliki gangguan ini.

Miastenia neonatal

Miastenia neonatal terjadi pada 12% bayi yang lahir dari wanita yang menderita miastenia gravis. Antibodi terhadap reseptor asetilkolin, yang bersirkulasi di dalam darah, dapat ditularkan dari wanita hamil melalui plasenta ke janin. Dalam kasus tersebut, bayi mengalami kelemahan otot yang menghilang beberapa hari hingga beberapa minggu setelah lahir. Sejumlah 88% bayi sisanya tidak terpengaruh.

Gejala Miastenia Gravis

Episode gejala yang memburuk (perburukan) umum terjadi. Di lain waktu, gejalanya mungkin minimal atau tidak ada.

Gejala miastenia gravis yang paling umum adalah

  • Kelopak mata lemah dan terkulai

  • Otot mata lemah, yang menyebabkan penglihatan ganda

  • Kelemahan otot yang terpengaruh secara berlebihan setelah digunakan

Ketika orang dengan miastenia gravis menggunakan otot secara berulang, otot biasanya menjadi lemah. Contohnya, orang yang tadinya dapat menggunakan palu dengan baik, menjadi lemas setelah memalu selama beberapa menit. Kelemahan menghilang ketika otot beristirahat tetapi berulang ketika digunakan lagi.

Kelemahan otot sangat bervariasi intensitasnya dari menit ke menit, jam ke jam, dan dari hari ke hari, dan perjalanan penyakit ini sangat bervariasi. Kelemahan lebih ringan pada suhu yang lebih dingin.

Pada sekitar 40% penderita miastenia gravis, otot-otot mata akan terpengaruh terlebih dahulu, tetapi 85% pada akhirnya mengalami masalah ini. Pada 15% orang, hanya otot mata yang terpengaruh, tetapi pada kebanyakan orang, seluruh tubuh terpengaruh.

Kesulitan berbicara dan menelan serta kelemahan lengan dan kaki umum terjadi. Otot leher dapat menjadi lemah. Sensasi tidak terpengaruh.

Krisis Miastenia

Sekitar 15 hingga 20% penderita miastenia gravis mengalami episode parah (disebut krisis miastenia) setidaknya sekali dalam hidup mereka. Kadang-kadang dipicu oleh infeksi. Lengan dan tungkai dapat menjadi sangat lemah, tetapi meskipun demikian, lengan dan tungkai tidak kehilangan sensasi.

Pada sebagian orang, otot yang diperlukan untuk bernapas melemah (menyebabkan gagal napas). Kondisi ini mengancam jiwa.

Diagnosis Miastenia Gravis

  • Tes menggunakan kompres es atau istirahat

  • Elektromiografi

  • Tes darah

Dokter mencurigai adanya miastenia gravis pada orang-orang yang mengalami episode kelemahan, terutama ketika mata atau otot wajah terkena atau ketika kelemahan meningkat seiring penggunaan otot-otot yang terkena dan menghilang dengan istirahat.

Mengingat kesejukan dan istirahat dapat mengurangi kelemahan akibat miastenia, dokter dapat menggunakan tes kompres es atau tes istirahat untuk memeriksa miastenia gravis.

Tes kompres es dilakukan hanya jika kelopak mata orang tersebut jelas-jelas terkulai. Dokter menaruh kompres es ke mata orang tersebut selama 2 menit, kemudian dilepaskan. Jika terkulai sembuh, dokter mencurigai adanya miastenia gravis.

Tes istirahat dilakukan jika seseorang mengalami kesulitan menggerakkan bola mata (biasanya menyebabkan penglihatan ganda). Orang tersebut diminta untuk melatih otot mata sampai mereka lelah. Kemudian dokter meminta orang tersebut untuk berbaring tenang di ruangan gelap selama beberapa menit dengan mata tertutup. Jika mata kemudian bergerak normal dan penglihatan ganda sembuh, dokter mencurigai adanya miastenia gravis.

Tes diagnostik lain diperlukan untuk mengonfirmasi diagnosis. Ini meliputi

  • Elektromiografi (memasukkan jarum ke otot untuk mencatat aktivitas listriknya)

  • Tes darah untuk mendeteksi antibodi terhadap reseptor asetilkolin dan terkadang antibodi lain yang ada pada orang dengan gangguan tersebut

Tes darah juga dilakukan untuk memeriksa gangguan lainnya, termasuk gangguan tiroid.

Setelah miastenia gravis didiagnosis, dilakukan tomografi terkomputasi (computed tomography, CT) atau pencitraan resonansi magnetik (magnetic resonance imaging, MRI) dada untuk menilai kelenjar timus dan untuk menentukan apakah terdapat timoma.

Tes lain dilakukan untuk memeriksa gangguan autoimun yang umum terjadi pada orang-orang dengan miastenia gravis, seperti anemia pernisiosa, artritis reumatoid, dan lupus eritematosus sistemik (lupus).

Tes fungsi paru dilakukan ketika kelemahan cukup parah untuk memengaruhi pernapasan. Tes ini membantu menentukan apakah diperlukan bantuan pernapasan (ventilasi mekanis).

Pengobatan Miastenia Gravis

  • Piridostigmin atau obat serupa

  • Kortikosteroid atau obat yang menghambat sistem imun

  • Terkadang pertukaran plasma atau infus imunoglobulin

  • Sering kali pengangkatan kelenjar timus

Pada penderita miastenia gravis, obat-obatan dapat digunakan untuk

  • Membantu meningkatkan kekuatan dengan cepat

  • Menekan reaksi autoimun dan memperlambat perkembangan penyakit

Obat-obatan untuk membantu meningkatkan kekuatan dengan cepat

Obat-obatan yang meningkatkan jumlah asetilkolin, seperti piridostigmin (diminum melalui mulut), dapat meningkatkan kekuatan otot. Tablet aksi panjang tersedia untuk digunakan di malam hari untuk membantu orang yang mengalami kelemahan parah atau kesulitan menelan saat mereka bangun di pagi hari.

Dokter harus menyesuaikan dosis secara berkala, yang mungkin harus ditingkatkan selama episode kelemahan. Namun, dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kelemahan yang sulit dibedakan dari yang disebabkan oleh gangguan. Efek ini disebut krisis kolinergik. Jika terjadi krisis kolinergik, obat harus dihentikan selama beberapa hari. Pada krisis kolinergik (seperti pada krisis miastenia), otot-otot yang dibutuhkan untuk bernapas dapat melemah. Dalam hal ini, penderita dirawat di unit perawatan intensif.

Selain itu, efektivitas obat-obatan ini dapat menurun jika digunakan dalam jangka panjang. Kelemahan yang meningkat, yang mungkin disebabkan oleh penurunan efektivitas obat, harus dievaluasi oleh dokter yang memiliki keahlian dalam mengobati miastenia gravis.

Efek samping yang banyak terjadi dari penggunaan piridostigmin antara lain kram perut dan diare. Obat-obatan yang memperlambat aktivitas saluran pencernaan, seperti atropin atau propantelin, mungkin diperlukan untuk mengatasi efek ini. Jika terjadi gagal napas, mungkin diperlukan ventilasi mekanis.

Pengobatan untuk menekan reaksi autoimun

Untuk menekan reaksi autoimun, dokter juga dapat meresepkan hal berikut:

  • Kortikosteroid, seperti prednison

  • Obat yang menghambat sistem imun (imunosupresan), seperti mofetil mikofenolat, siklosporin, atau azatioprin

Obat-obatan ini diminum melalui mulut.

Sebagian besar orang perlu meminum kortikosteroid tanpa batas waktu. Jika dosis terlalu tinggi ketika kortikosteroid dimulai, gejala dapat memburuk pada awalnya, tetapi perbaikan terjadi dalam beberapa minggu. Dosis kemudian dikurangi ke minimum yang efektif. Kortikosteroid, jika diminum dalam waktu lama, dapat menimbulkan efek samping sedang atau parah. Dengan demikian, azatioprin dapat diberikan sehingga kortikosteroid dapat dihentikan atau dosisnya dikurangi. Dengan azatioprin, perbaikan dapat memakan waktu berbulan-bulan.

Jika obat-obatan ini tidak memberikan pemulihan, antibodi monoklonal, seperti rituksimab atau ekulizumab, dapat membantu. Antibodi monoklonal antibodi yang diproduksi yang menargetkan dan menekan bagian spesifik sistem imun.

Efgartigimod, jenis antibodi monoklonal lain, dapat digunakan untuk mengobati miastenia gravis.

Imunoglobulin intravena (intravenous immune globulin, IVIG) atau pertukaran plasma dapat digunakan saat terjadi krisis miastenia. Tindakan ini juga dapat dilakukan jika obat-obatan tidak mengurangi gejala dan kelenjar timus akan diangkat (sebelum operasi).

Imunoglobulin (larutan yang mengandung banyak antibodi berbeda yang dikumpulkan dari sekelompok donor) dapat diberikan melalui pembuluh darah (intravena) sekali sehari selama 5 hari. Imunoglobulin mengandung antibodi yang membantu mengontrol sistem imun dan menghentikan reaksi autoimun yang menyebabkan miastenia gravis. Lebih dari dua pertiga orang mengalami perbaikan dalam 1 hingga 2 minggu, dan efeknya dapat berlangsung hingga 2 bulan.

Dalam pertukaran plasma, zat beracun (dalam hal ini, antibodi abnormal) disaring dari darah. Perbaikan setelah pertukaran plasma serupa dengan setelah meminum imunoglobulin.

Pengobatan lainnya

Jika terdapat timoma, kelenjar timus harus diangkat melalui pembedahan untuk mencegah menyebarnya timoma. Pengangkatan dapat menyebabkan remisi atau memungkinkan dokter mengurangi dosis kortikosteroid.

Kadang-kadang dokter mengangkat timus meskipun tidak ada timoma. Pengobatan ini tampaknya mengurangi gejala miastenia gravis dalam jangka panjang.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!