Gambaran Umum Reaksi Alergi

OlehJames Fernandez, MD, PhD, Cleveland Clinic Lerner College of Medicine at Case Western Reserve University
Ditinjau OlehBrian F. Mandell, MD, PhD, Cleveland Clinic Lerner College of Medicine at Case Western Reserve University
Ditinjau/Direvisi Aug 2024 | Dimodifikasi Apr 2025
v779602_id

Reaksi alergi (reaksi hipersensitivitas) adalah respons sistem imun yang tidak tepat terhadap zat yang biasanya tidak berbahaya.

  • Biasanya, alergi menyebabkan bersin, mata berair dan gatal, pilek, kulit gatal, dan ruam.

  • Beberapa reaksi alergi, yang disebut reaksi anafilaksis, dapat mengancam jiwa.

  • Diagnosis ditentukan berdasarkan gejala, dan tes kulit dapat membantu mengidentifikasi zat yang memicu alergi tetapi tidak memprediksi keparahan reaksi di masa mendatang.

  • Menghindari pemicu adalah langkah terbaik, tetapi jika tidak memungkinkan, suntikan alergi, jika diberikan jauh sebelum paparan terjadi, kadang-kadang dapat mengurangi kepekaan seseorang.

  • Orang yang pernah atau berisiko mengalami reaksi alergi berat harus selalu membawa alat suntik epinefrin otomatis dan pil antihistamin.

  • Reaksi berat membutuhkan perawatan darurat di fasilitas perawatan darurat.

Biasanya, sistem imun—yang mencakup antibodi, sel darah putih, sel mast, protein komplemen, dan zat lainnya—melindungi tubuh terhadap zat asing (disebut antigen). Meskipun demikian, pada orang yang rentan, sistem imun dapat bereaksi berlebihan ketika terpapar zat tertentu (alergen) dalam lingkungan, makanan, atau obat-obatan, yang tidak berbahaya bagi kebanyakan orang. Hasilnya adalah reaksi alergi. (Alergen adalah molekul yang dapat diidentifikasi oleh sistem imun dan dapat merangsang respons oleh sistem imun). Sebagian orang alergi hanya terhadap satu zat. Sementara sebagian lainnya alergi terhadap banyak zat.

Alergen dapat menyebabkan reaksi alergi jika menempel pada kulit atau mata atau dihirup, dimakan, atau disuntikkan. Reaksi alergi dapat terjadi dalam beberapa cara:

  • Dipicu oleh zat-zat yang ada hanya selama musim tertentu, seperti serbuk sari pohon, rumput, atau ragweed (alergi musiman, termasuk rinitis alergi atau hay fever)

  • Dipicu dengan meminum obat (alergi obat)

  • Dipicu oleh memakan makanan tertentu (alergi makanan)

  • Dipicu oleh menghirup debu, bulu hewan, atau kapang (alergi sepanjang tahun)

  • Dipicu dengan menyentuh zat tertentu (seperti lateks)

  • Dipicu oleh gigitan atau sengatan serangga (seperti yang terjadi pada reaksi anafilaksis dan angioedema)

Pada banyak reaksi alergi, sistem imun, ketika pertama kali terpapar alergen, menghasilkan jenis antibodi yang disebut imunoglobulin E (IgE). IgE berikatan dengan jenis sel darah putih yang disebut basofil dalam aliran darah dan dengan jenis sel serupa yang disebut sel mast dalam jaringan. Paparan pertama dapat membuat orang sensitif terhadap alergen (disebut sensitisasi) tetapi tidak menyebabkan gejala. Ketika orang yang tersensitisasi kemudian bertemu dengan alergen, basofil dan sel mast dengan IgE pada permukaannya akan melepaskan zat (seperti histamin, prostaglandin, dan leukotrien) yang menyebabkan pembengkakan atau peradangan pada jaringan sekitarnya. Zat tersebut memulai alur reaksi yang terus mengiritasi dan membahayakan jaringan. Reaksi ini berkisar dari ringan hingga berat.

Sebagian orang memiliki kecenderungan yang diwariskan untuk menghasilkan banyak IgE (kondisi yang disebut atopi) dan dapat bereaksi berlebihan terhadap beberapa antigen yang menyebabkan hay fever, asma, masalah kulit, atau alergi makanan.

Alergi Lateks

Lateks adalah cairan yang berasal dari pohon karet. Zat ini digunakan untuk membuat produk karet, termasuk beberapa sarung tangan karet, kondom, dan peralatan medis seperti kateter, slang pernapasan, tip enema, dan bendungan gigi.

Lateks dapat menyebabkan sistem imun memproduksi antibodi untuk IgE, yang dapat menyebabkan reaksi alergi, termasuk kaligata, ruam, dan bahkan reaksi alergi berat dan berpotensi mengancam jiwa yang disebut reaksi anafilaksis. Namun demikian, kulit kering dan teriritasi yang dialami banyak orang setelah mengenakan sarung tangan lateks biasanya disebabkan oleh iritasi dan bukan reaksi alergi terhadap lateks.

Orang mungkin berisiko menjadi sensitif terhadap lateks jika mereka

  • Adalah tenaga kesehatan profesional yang menggunakan sarung tangan lateks untuk mencegah penyebaran infeksi

  • Pernah menjalani beberapa prosedur bedah

  • Harus menggunakan kateter untuk membantu buang air kecil

  • Bekerja di pabrik yang memproduksi atau mendistribusikan produk lateks

Karena alasan yang tidak diketahui, orang yang alergi terhadap lateks sering kali mengalami alergi terhadap pisang dan terkadang makanan lain seperti kiwi, pepaya, alpukat, kastanye, kentang, tomat, dan aprikot.

Dokter dapat menduga adanya alergi lateks berdasarkan gejala dan deskripsi orang tersebut tentang kapan gejala itu terjadi, terutama jika orang tersebut adalah seorang tenaga kesehatan profesional. Tes darah atau tes kulit terkadang dilakukan untuk menegakkan diagnosis.

Orang yang alergi terhadap lateks harus menghindarinya. Misalnya, tenaga kesehatan profesional dapat menggunakan sarung tangan dan produk lain yang bebas lateks. Sebagian besar lembaga perawatan kesehatan menyediakannya.

Penyebab Reaksi Alergi

Faktor genetik dan lingkungan bekerja sama untuk berkontribusi terhadap perkembangan alergi.

Gen dianggap terlibat karena mutasi spesifik banyak terjadi pada orang yang memiliki alergi dan karena alergi cenderung diwariskan dalam keluarga.

Faktor lingkungan juga meningkatkan risiko timbulnya alergi. Faktor-faktor ini meliputi hal-hal berikut:

  • Paparan berulang terhadap zat asing (alergen)

  • Diet

  • Polutan (seperti asap tembakau dan asap gas buang)

Di sisi lain, paparan terhadap berbagai antigen, seperti bakteri dan virus serta makanan (termasuk kacang tanah), selama masa kanak-kanak dapat memperkuat sistem imun. Paparan tersebut dapat membantu sistem imun mempelajari cara merespons alergen dengan cara yang tidak berbahaya, sehingga membantu mencegah berkembangnya alergi. Lingkungan yang membatasi paparan anak terhadap bakteri dan virus—umumnya dianggap sebagai hal yang baik—dapat membuat alergi lebih cenderung terjadi. Paparan terhadap mikroorganisme dibatasi pada keluarga dengan lebih sedikit anak dan lingkungan dalam ruangan yang lebih bersih dan dengan penggunaan antibiotik yang lebih dini.

Mikroorganisme hidup di saluran pencernaan, di saluran pernapasan, dan pada kulit, tetapi mikroorganisme mana yang ada bervariasi dari satu orang ke orang lainnya. Mana yang muncul tampaknya memengaruhi adanya tidaknya perkembangan alergi dan jenis alergi yang berkembang.

Alergen yang paling sering memicu reaksi alergi meliputi

  • Kotoran tungau debu rumah

  • Bulu hewan

  • Serbuk sari (pohon, rumput, dan gulma)

  • Kapang

  • Makanan

  • Racun serangga

  • Obat-obatan

  • Bahan kimia rumah tangga, seperti produk pembersih dan wewangian

Tungau debu rumah hidup di debu yang menumpuk di karpet, seprai, perabotan lunak, dan mainan lunak.

Gejala Reaksi Alergi

Sebagian besar reaksi alergi bersifat ringan, seperti mata berair dan gatal, pilek, kulit gatal, dan bersin-bersin. Ruam (termasuk kaligata) banyak terjadi dan sering kali gatal.

Kaligata, juga disebut urtikaria, adalah pembengkakan permukaan kulit (wheal) berukuran kecil, merah, sedikit menonjol yang sering kali memiliki bagian tengah yang pucat. Pembengkakan dapat terjadi di area yang lebih besar di bawah kulit (disebut angioedema). Pembengkakan disebabkan oleh cairan yang bocor dari pembuluh darah. Bergantung pada bagian tubuh mana yang terpengaruh, angioedema dapat berubah menjadi serius, terutama jika terjadi di tenggorokan atau saluran napas.

Alergi dapat memicu serangan asma.

Reaksi alergi tertentu, yang disebut reaksi anafilaksis, dapat mengancam jiwa. Saluran napas dapat menyempit (konstriksi), menyebabkan mengi, dan lapisan tenggorokan dan saluran napas dapat membengkak, mengganggu pernapasan. Pembuluh darah dapat melebar (dilatasi) sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah yang berbahaya.

Diagnosis Reaksi Alergi

  • Evaluasi dokter

  • Terkadang dilakukan tes darah

  • Sering kali tes kulit dan tes IgE serum spesifik alergen

Dokter terlebih dahulu menentukan bahwa suatu reaksi tergolong alergi atau tidak. Mereka mungkin bertanya

  • Apakah orang tersebut memiliki kerabat dekat yang menderita alergi karena reaksinya kemungkinan besar bersifat alergi dalam kasus-kasus tersebut

  • Seberapa sering reaksi terjadi dan berapa lama reaksi berlangsung

  • Berapa usia orang tersebut saat reaksi dimulai

  • Apakah sesuatu (seperti olahraga atau paparan serbuk sari, hewan, atau debu) memicu reaksi

  • Apakah ada pengobatan yang telah dicoba dan, jika demikian, bagaimana respons orang tersebut

Untuk membantu menentukan apakah suatu reaksi bersifat alergi, dokter terkadang melakukan tes darah untuk mendeteksi jenis sel darah putih yang disebut eosinofil. Eosinofil, meskipun ada pada setiap orang, biasanya diproduksi dalam jumlah yang lebih besar ketika reaksi alergi terjadi. Akan tetapi, kegunaan tes ini masih terbatas karena gangguan eosinofilik lainnya dapat menyebabkan jumlah eosinofil meningkat, dan jumlah yang normal tidak mengecualikan adanya alergi.

Jika tampaknya gejala seseorang disebabkan oleh alergi, sasaran utamanya adalah untuk mengidentifikasi alergen spesifik. Sering kali, orang dan dokter dapat mengidentifikasi alergen, atau setidaknya jenis alergen, berdasarkan waktu dimulainya alergi serta waktu dan frekuensi terjadinya reaksi (misalnya, selama musim tertentu atau setelah memakan makanan tertentu).

Tes kulit dan tes darah yang disebut tes IgE serum spesifik alergen juga dapat membantu dokter mendeteksi alergen spesifik. Namun demikian, tes ini mungkin tidak mendeteksi semua alergi, dan terkadang menunjukkan bahwa seseorang alergi terhadap alergen padahal sebenarnya tidak (disebut hasil positif palsu).

Tes kulit

Tes kulit adalah cara yang paling berguna untuk mengidentifikasi alergen spesifik. Alergen yang dioleskan atau disuntikkan ke kulit seharusnya menyebabkan reaksi kulit pada orang yang alergi terhadapnya. Ada 2 jenis tes kulit:

  • Tes tusukan kulit

  • Tes intradermal

Untuk membantu memastikan bahwa hasil tes kulit ini dapat diandalkan, dokter memberikan 2 larutan kontrol selain larutan tes (yang mengandung alergen yang dicurigai). Zat kontrol adalah

  • Setetes larutan histamin, yang seharusnya memicu reaksi alergi pada siapa pun, diberikan. Jika tidak ada reaksi kulit, mungkin karena sistem imun tidak bekerja secara normal atau karena terdapat obat alergi dalam sistem orang yang bersangkutan. Orang yang tidak bereaksi terhadap histamin mungkin tidak akan bereaksi terhadap larutan tes yang mengandung alergen. Dengan demikian, seseorang mungkin terlihat tidak menunjukkan alergi terhadap alergen padahal sebenarnya adalah sebaliknya (hasil negatif palsu).

  • Setetes larutan pengencer, yang tidak mengandung alergen sehingga seharusnya tidak memicu reaksi alergi, diberikan. Jika seseorang bereaksi terhadap larutan pengencer, mereka mungkin memiliki kulit sensitif, dan mungkin juga akan bereaksi terhadap larutan tes yang mengandung alergen, sekalipun mereka tidak alergi terhadapnya (hasil positif palsu).

Biasanya, dokter memberikan beberapa larutan tes. Ini adalah beberapa larutan encer, setiap larutan mengandung satu antigen spesifik. Antigen yang umum digunakan termasuk serbuk sari (dari pohon, rumput, atau gulma), kapang, tungau debu, bulu hewan, racun serangga, makanan, dan beberapa antibiotik. Dokter memilih antigen untuk tes ini berdasarkan zat mana yang diduga sebagai penyebabnya.

Biasanya, tes tusukan kulit dilakukan terlebih dahulu. Setetes larutan kontrol dan setetes larutan tes ditempatkan pada kulit orang tersebut, yang kemudian ditusuk dengan jarum menembus tetesan tersebut. Tes tusukan kulit dapat mengidentifikasi sebagian besar alergen.

Jika tidak ada alergen yang teridentifikasi, tes intradermal dapat dilakukan. Untuk tes ini, sejumlah kecil dari masing-masing larutan kontrol dan larutan tes disuntikkan ke kulit melalui jarum. Jenis tes kulit ini lebih sensitif dan lebih mungkin mendeteksi reaksi terhadap alergen.

Jika orang tersebut alergi terhadap satu atau beberapa alergen dalam larutan uji, orang tersebut akan mengalami reaksi bentol (wheal) dan kemerahan, yang ditunjukkan dengan hal-hal berikut:

  • Pembengkakan sedikit timbul yang tampak pucat atau sesuai dengan warna kulit orang tersebut—bentol—muncul di lokasi tusukan jarum dalam waktu 15 sampai 20 menit.

  • Bentol yang dihasilkan berdiameter sekitar 1/8 sampai 2/10 inci (sekitar 0,3 sampai 0,5 sentimeter) lebih besar daripada bentol yang disebabkan oleh larutan pengencer.

  • Bentol dikelilingi oleh area merah berbatas jelas (yang mungkin sulit diidentifikasi pada kulit gelap)—yang disebut suar.

Sebelum tes kulit dilakukan, orang diminta untuk berhenti meminum obat-obatan yang dapat menekan reaksi pada orang yang benar-benar memiliki alergi terhadap alergen dalam larutan tes. Obat-obatan ini meliputi

  • Antihistamin

  • Antidepresan tertentu disebut antidepresan trisiklik (seperti amitriptilin)

  • Omalizumab (antibodi monoklonal yang diproduksi untuk memblokir IgE)

  • Penghambat monoamin oksidase (seperti selegilin)

Beberapa dokter juga tidak melakukan tes terhadap orang yang meminum pemblokir beta karena jika orang-orang tersebut mengalami reaksi alergi sebagai respons terhadap tes, konsekuensinya kemungkinan besar bersifat serius. Selain itu, pemblokir beta dapat mengganggu obat-obatan yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi serius.

Tes IgE serum spesifik alergen

Tes IgE serum spesifik alergen adalah suatu tes darah yang digunakan ketika tes kulit tidak dapat digunakan—misalnya, ketika ruam menyebar. Tes ini menentukan adanya ikatan yang terbentuk atau tidak antara IgE dalam darah seseorang dengan alergen spesifik yang digunakan dalam tes. Jika terbentuk ikatan, orang tersebut memiliki alergi terhadap alergen tersebut.

Tes provokatif

Untuk tes provokatif, seseorang akan dipaparkan secara langsung ke sejumlah kecil alergen yang dicurigai. Tes ini biasanya dilakukan ketika seseorang harus mendokumentasikan reaksi alergi mereka—misalnya, untuk klaim disabilitas. Terkadang juga digunakan untuk mendiagnosis alergi makanan. Jika dokter menduga adanya alergi yang dipicu olahraga, mereka dapat meminta orang tersebut untuk berolahraga. Jika dokter menduga adanya alergi yang dipicu oleh dingin, mereka dapat menempatkan es batu pada kulit orang tersebut untuk melihat munculnya ruam.

Pencegahan Reaksi Alergi

Langkah-langkah terhadap lingkungan sekitar

Menghindari atau menghilangkan alergen, jika memungkinkan, adalah pendekatan terbaik. Menghindari alergen dapat melibatkan hal-hal berikut:

  • Hindari obat-obatan tertentu (diskusikan dengan dokter Anda sebelum menghentikan pengobatan)

  • Menempatkan hewan peliharaan di luar rumah atau membatasinya di ruangan tertentu

  • Menggunakan vakum dan filter udara partikulat efisiensi tinggi (HEPA)

  • Tidak memakan makanan tertentu

  • Bagi mereka dengan alergi musiman yang parah, mungkin pindah ke area yang tidak memiliki alergen

  • Membuang atau mengganti barang yang menampung debu, seperti mebel berlapis kain, karpet, dan pernak-pernik

  • Menutupi kasur dan bantal dengan kain tenun halus yang tidak dapat ditembus oleh tungau debu dan partikel alergen

  • Menggunakan bantal serat sintetis dan pelindung matras kedap air

  • Sering mencuci seprai, sarung bantal, dan selimut menggunakan air panas

  • Sering membersihkan rumah, termasuk membersihkan debu, menyedot debu, dan mengepel basah

  • Menggunakan AC dan dehumidifier di ruang bawah tanah dan ruang lembap lainnya

  • Membasmi kecoak

Orang yang memiliki alergi harus menghindari atau meminimalkan paparan terhadap iritan tertentu lainnya yang dapat memperburuk gejala alergi atau menyebabkan masalah pernapasan. Iritan ini meliputi yang berikut:

  • Asap rokok

  • Bau yang kuat

  • Asap yang mengiritasi

  • Polusi udara

  • Suhu dingin

  • Kelembapan tinggi

Imunoterapi alergen (desensitisasi)

Imunoterapi alergen, biasanya suntikan alergi (injeksi), dapat diberikan untuk menurunkan sensitisasi seseorang terhadap alergen jika beberapa alergen, terutama alergen di udara, tidak dapat dihindari dan obat yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi tidak efektif.

Dengan imunoterapi alergen, reaksi alergi dapat dicegah atau dikurangi jumlah dan/atau keparahannya. Namun demikian, imunoterapi alergen tidak selalu efektif. Sebagian orang dan sebagian alergi cenderung memberikan respons yang lebih baik daripada yang lainnya.

Imunoterapi paling sering digunakan untuk alergi terhadap

  • Serbuk sari

  • Tungau debu rumah

  • Kapang

  • Racun serangga penyengat

Ketika orang memiliki alergi terhadap alergen yang tidak dapat dihindari, seperti racun serangga, maka imunoterapi dapat membantu mencegah reaksi anafilaksis. Terkadang digunakan untuk alergi terhadap bulu hewan, tetapi pengobatan semacam itu cenderung tidak berguna. Tersedia imunoterapi untuk alergi kacang, dan sementara imunoterapi untuk alergi makanan lain sedang diteliti.

Imunoterapi tidak digunakan ketika alergen, seperti penisilin dan obat-obatan lainnya, dapat dihindari. Meskipun demikian, jika seseorang perlu meminum obat yang menyebabkan alergi, maka imunoterapi, yang dipantau secara ketat oleh dokter, dapat dilakukan untuk menurunkan sensitisasi.

Dalam imunoterapi, sejumlah kecil alergen disuntikkan di bawah kulit atau diberikan secara oral, bergantung pada alergen spesifik. Dosis pertama sangat kecil sehingga orang yang alergi bahkan tidak bereaksi terhadapnya. Namun, dosis kecil mulai membuat sistem imun orang terbiasa dengan alergen. Kemudian dosis ditingkatkan secara bertahap. Setiap peningkatan sangat kecil sehingga sistem imun masih tidak bereaksi. Dosis ditingkatkan sampai orang tersebut tidak bereaksi terhadap jumlah alergen yang sama yang pernah menyebabkan gejala. Dosis ini adalah dosis pemeliharaan orang tersebut. Peningkatan bertahap diperlukan karena paparan terlalu banyak alergen yang terlalu cepat dapat menyebabkan reaksi alergi. Injeksi biasanya diberikan sekali atau dua kali seminggu sampai dosis pemeliharaan tercapai. Kemudian injeksi biasanya diberikan setiap 2 sampai 4 minggu. Prosedur paling efektif jika injeksi pemeliharaan dilanjutkan sepanjang tahun, bahkan untuk alergi musiman.

Karena injeksi imunoterapi kadang-kadang menyebabkan reaksi alergi berbahaya, pasien akan tetap berada di tempat praktik dokter selama setidaknya 30 menit setelah tindakan dilakukan. Jika mereka mengalami reaksi ringan terhadap imunoterapi (seperti bersin, batuk, wajah memerah, sensasi kesemutan, gatal-gatal, dada terasa ketat, mengi, dan kaligata), obat—biasanya antihistamin, seperti difenhidramin atau loratadin—dapat membantu. Untuk reaksi yang lebih berat, epinefrin (adrenalin) dapat disuntikkan.

Sebagai alternatif, dosis alergen dapat ditempatkan di bawah lidah (sublingual) dan ditahan di sana selama beberapa menit, kemudian ditelan. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap, seperti untuk injeksi. Dosis sublingual dapat diberikan setiap hari atau hingga 3 kali seminggu. Ekstrak serbuk sari rumput, ragweed, atau tungau debu rumah, yang ditempatkan di bawah lidah, dapat digunakan untuk membantu mencegah hay fever (rinitis alergi).

Imunoterapi untuk alergi kacang juga dapat diberikan secara oral (lihat Alergi Makanan, Pencegahan). Orang tersebut menerima beberapa dosis alergen yang pertama selama satu hari saat berada di tempat praktik dokter atau klinik. Orang tersebut kemudian meminum alergen di rumah. Setiap kali dosis ditingkatkan, dosis pertama untuk dosis yang lebih tinggi akan diberikan di bawah pengawasan dokter.

Penyelesaian imunoterapi alergen membutuhkan waktu 3 tahun. Orang yang mengalami alergi lagi mungkin memerlukan imunoterapi lainnya yang lebih lama (terkadang 5 tahun atau lebih).

Pengobatan Reaksi Alergi

  • Menghindari alergen

  • Antihistamin

  • Penstabil sel mast

  • Kortikosteroid

  • Imunoterapi alergen

  • Untuk reaksi alergi berat, diperlukan perawatan darurat, termasuk injeksi epinefrin

Menghindari alergen adalah cara terbaik untuk mengobati serta mencegah alergi.

Jika terjadi gejala ringan, antihistamin sering kali diperlukan. Jika tidak efektif, obat-obatan lain, seperti penstabil sel mast dan kortikosteroid, dapat membantu. Obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) tidak membantu, kecuali pada tetes mata yang digunakan untuk mengobati konjungtivitis alergi.

Gejala berat, seperti yang melibatkan saluran napas (termasuk reaksi anafilaksis), memerlukan pengobatan darurat, termasuk injeksi epinefrin.

Antihistamin

Obat yang paling sering digunakan untuk meredakan gejala alergi adalah antihistamin. Antihistamin memblokir efek histamin (yang memicu gejala). Obat tersebut tidak menyebabkan tubuh berhenti memproduksi histamin.

Meminum antihistamin secara parsial meredakan pilek, mata berair, dan gatal-gatal serta mengurangi pembengkakan akibat kaligata angioedema ringan. Tetapi antihistamin tidak memudahkan pernapasan ketika saluran napas tersumbat. Beberapa antihistamin (seperti azelastin) juga merupakan penstabil sel mast.

Antihistamin tersedia sebagai

  • Tablet, kapsul, atau larutan cair yang diberikan secara oral

  • Obat semprot hidung

  • Obat tetes mata

  • Losion atau krim

Antihistamin mana yang digunakan bergantung pada jenis reaksi alergi. Beberapa antihistamin tersedia tanpa resep (dijual bebas), dan sebagian lainnya memerlukan resep.

Produk yang mengandung antihistamin dan dekongestan (seperti pseudoefedrin) juga tersedia secara bebas dan berguna ketika antihistamin dan dekongestan hidung diperlukan. Obat ini dapat diminum oleh orang dewasa dan anak-anak berusia 12 tahun ke atas. Produk antihistamin-dekongestan tidak boleh diberikan kepada anak-anak di bawah usia 12 tahun. Selain itu, sebagian orang, seperti mereka yang menggunakan penghambat monoamin oksidase (sejenis antidepresan), tidak dapat menggunakan produk ini. Orang dengan tekanan darah tinggi tidak boleh meminum dekongestan kecuali dokter merekomendasikannya dan memantau penggunaannya.

Antihistamin difenhidramin dan doksepin, yang tersedia dalam bentuk losion, krim, gel, dan semprotan, dapat diaplikasikan pada kulit untuk meredakan gatal kulit. Orang-orang, terutama anak-anak, tidak boleh meminum antihistamin secara oral saat menggunakan antihistamin yang dioleskan ke kulit karena obat-obatan ini dapat menyebabkan mengantuk yang ekstrem.

Efek samping antihistamin meliputi efek antikolinergik, seperti mengantuk, mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi, kesulitan buang air kecil, kebingungan, dan pusing (terutama setelah seseorang berdiri), serta mengantuk.

Beberapa antihistamin lebih cenderung menyebabkan kantuk (sedasi) daripada yang lainnya. Orang tidak boleh meminum antihistamin ini jika mereka akan mengemudi, mengoperasikan alat berat, atau melakukan aktivitas lain yang memerlukan kewaspadaan. Antihistamin yang menyebabkan kantuk tidak boleh diberikan kepada anak-anak di bawah usia 2 tahun karena dapat menimbulkan efek samping yang serius atau mengancam jiwa. Antihistamin ini juga menjadi masalah khusus bagi lansia dan penderita glaukoma, hiperplasia prostat jinak, konstipasi, atau demensia karena efek antikolinergik obat-obatan tersebut. Orang yang menderita penyakit kardiovaskular harus berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum meminum antihistamin, sekalipun yang dijual bebas.

Tidak semua orang bereaksi dengan cara yang sama terhadap antihistamin. Misalnya, keturunan Asia tampaknya kurang rentan terhadap efek sedatif dari difenhidramin dibandingkan dengan orang-orang yang berasal dari Eropa Barat. Selain itu, antihistamin menyebabkan reaksi yang berlawanan (paradoksal) pada sebagian orang, sehingga membuat mereka merasa gugup, gelisah, dan tidak tenang.

Tabel
Tabel

Penstabil sel mast

Penstabil sel mast menghalangi sel mast untuk melepaskan histamin dan zat lain yang menyebabkan pembengkakan dan peradangan.

Penstabil sel mast digunakan ketika antihistamin dan obat-obatan lain tidak efektif atau memiliki efek samping yang mengganggu. Obat-obatan ini dapat membantu mengendalikan gejala alergi.

Obat-obatan ini meliputi azelastin, kromolin, lodoksamid, ketotifen, nedokromil, olopatadin, dan pemirolast. Azelastin, ketotifen, olopatadin, dan pemirolast juga merupakan antihistamin.

Kromolin tersedia dengan resep dokter sebagai berikut:

  • Untuk digunakan bersama alat inhalasi atau nebulizer (yang menghantarkan obat dalam bentuk aerosol ke paru-paru)

  • Sebagai obat tetes mata

  • Sebagai cairan yang diberikan secara oral

Kromolin tersedia tanpa resep dokter sebagai obat semprot hidung untuk mengobati rinitis alergi. Kromosin biasanya hanya memengaruhi area tempat obat ini diaplikasikan, seperti bagian belakang tenggorokan, paru-paru, mata, atau hidung. Jika diberikan secara oral, kromolin dapat meredakan gejala pencernaan dari mastositosis, tetapi tidak mudah diserap ke dalam aliran darah sehingga memberikan efek yang kecil terhadap gejala alergi di seluruh tubuh lainnya.

Kortikosteroid

Jika antihistamin dan penstabil sel mast tidak dapat mengendalikan gejala alergi, maka kortikosteroid mungkin dapat membantu.

Kortikosteroid dapat digunakan sebagai obat semprot hidung untuk mengobati gejala hidung atau melalui inhaler, biasanya untuk mengobati asma.

Dokter meresepkan kortikosteroid (seperti prednison) untuk diberikan secara oral hanya jika gejalanya sangat berat atau meluas sedangkan semua pengobatan lainnya tidak efektif. Jika diberikan secara oral dalam dosis tinggi dan untuk waktu yang lama (misalnya, selama lebih dari 3 hingga 4 minggu), kortikosteroid dapat memiliki banyak efek samping yang terkadang serius. Oleh karena itu, kortikosteroid yang diberikan secara oral digunakan dalam waktu sesingkat mungkin.

Krim dan salep yang mengandung kortikosteroid dapat membantu meredakan rasa gatal akibat ruam alergi. Sebagai salah satu kortikosteroid, hidrokortison dapat dibeli secara bebas.

Obat-obatan Lain

Penghambat leukotrien, seperti montelukas, adalah obat anti-inflamasi yang digunakan untuk mengobati hal-hal berikut:

Obat ini menghambat leukotrien, yang dilepaskan oleh beberapa sel darah putih dan sel mast ketika terpapar alergen. Leukotrien berkontribusi terhadap peradangan dan menyebabkan saluran napas menyempit. Montelukast hanya digunakan jika pengobatan lain tidak efektif.

Omalizumab adalah antibodi monoklonal (yang merupakan antibodi pabrikan [sintetis] yang dirancang untuk berinteraksi dengan zat tertentu). Omalizumab berikatan dengan imunoglobulin E (IgE), antibodi yang diproduksi dalam jumlah besar selama reaksi alergi, dan mencegah IgE berikatan dengan sel mast dan basofil serta memicu reaksi alergi. Omalizumab dapat digunakan untuk mengobati asma yang persisten atau berat jika pengobatan lain dinilai tidak efektif. Jika kaligata sering kambuh dan pengobatan lain tidak efektif, maka hal ini dapat membantu. Jika digunakan, dosis kortikosteroid dapat dikurangi. Zat ini diberikan melalui injeksi di bawah kulit (secara subkutan).

Pengobatan darurat

Reaksi alergi berat, seperti reaksi anafilaksis, memerlukan pengobatan darurat segera.

Orang yang pernah atau berisiko mengalami reaksi alergi berat harus selalu membawa alat suntik epinefrin otomatis yang harus digunakan secepat mungkin jika terjadi reaksi berat. Pil antihistamin juga dapat membantu, tetapi epinefrin harus disuntikkan sebelum meminum pil antihistamin. Biasanya, epinefrin menghentikan reaksi, setidaknya untuk sementara. Meskipun demikian, orang-orang yang mengalami reaksi alergi berat harus dibawa ke fasilitas perawatan darurat. Di sana, mereka dapat dipantau secara ketat, dan pengobatan dapat diulang atau disesuaikan menurut kebutuhan.

Jika terjadi reaksi anafilaksis, saluran napas dapat membengkak dan menyempit, sehingga menyulitkan pernapasan. Dokter mungkin harus memasukkan slang melalui hidung atau mulut ke dalam batang tenggorokan (trakea) untuk membantu pernapasan. Terkadang trakea menjadi terlalu bengkak dan sempit hingga slang sekalipun sulit melewati trakea. Dalam hal ini, dokter mungkin harus memasukkan slang langsung ke dalam trakea melalui sayatan di bagian depan leher (trakeostomi) agar seseorang bisa bernapas.

Pengobatan alergi selama kehamilan dan menyusui

Jika memungkinkan, wanita hamil yang memiliki alergi harus mengontrol gejalanya dengan menghindari alergen. Jika gejalanya berat, wanita hamil harus menggunakan obat semprot hidung antihistamin. Mereka harus meminum antihistamin lewat mulut (antihistamin oral) hanya jika obat semprot hidung antihistamin tidak memberikan pemulihan yang memadai.

Wanita yang menyusui juga harus berusaha menghindari antihistamin. Tetapi jika antihistamin diperlukan, dokter lebih memilih untuk menggunakan antihistamin yang lebih kecil kemungkinannya untuk menyebabkan kantuk, dan mereka lebih memilih obat semprot hidung antihistamin daripada antihistamin oral. Jika antihistamin oral sangat penting untuk mengendalikan gejala, obat ini harus segera diminum setelah memberi makan bayi.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!