Asma pada Anak-anak

OlehRajeev Bhatia, MD, Phoenix Children's Hospital
Ditinjau OlehAlicia R. Pekarsky, MD, State University of New York Upstate Medical University, Upstate Golisano Children's Hospital
Ditinjau/Direvisi Dimodifikasi Mar 2024
v819523_id

Asma adalah gangguan paru-paru peradangan berulang di mana rangsangan (pemicu) tertentu menimbulkan peradangan saluran napas dan menyebabkannya menyempit untuk sementara, sehingga menyebabkan kesulitan bernapas.

  • Pemicu asma meliputi infeksi virus, hewan peliharaan, asap, parfum, serbuk sari, jamur, dan tungau debu.

  • Mengi, batuk, sesak napas, dada terasa tertekan, dan kesulitan bernapas merupakan gejala asma.

  • Diagnosis ditetapkan berdasarkan kejadian mengi berulang pada anak, riwayat asma keluarga, dan terkadang hasil tes yang mengukur fungsi paru-paru.

  • Pengobatan meliputi bronkodilator dan kortikosteroid inhalasi.

  • Banyak anak-anak yang mengalami mengi pada masa kanak-kanak tidak menderita asma di kemudian hari.

  • Gejala asma sering kali dapat dicegah dengan menghindari pemicunya.

(Lihat juga Asma pada orang dewasa.)

Meskipun asma dapat terjadi pada usia berapa pun, asma paling sering terjadi pada anak-anak, terutama dalam 5 tahun pertama kehidupannya. Beberapa anak terus menderita asma hingga usia dewasa mereka. Pada anak-anak lain, asma mereda sendiri. Kadang-kadang, anak-anak yang dianggap dokternya memiliki asma sebenarnya memiliki gangguan lain yang menyebabkan gejala serupa (lihat Mengi pada Bayi dan Anak-anak Kecil).

Asma adalah salah satu penyakit kronis paling umum pada anak-anak, yang memengaruhi sekitar 6 juta anak di Amerika Serikat. Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki sebelum pubertas dan pada anak perempuan setelah pubertas. Asma adalah penyebab utama rawat inap untuk anak-anak dan merupakan kondisi kronis nomor satu yang menyebabkan anak tidak masuk sekolah.

Sebagian besar anak-anak penderita asma dapat ikut dalam aktivitas normal pada anak-anak, kecuali saat penyakit asma mereka mengalami kekambuhan. Sejumlah kecil anak-anak menderita asma sedang atau berat dan perlu menggunakan obat-obatan preventif setiap hari agar mereka dapat berolahraga dan bermain secara normal.

Pemicu Asma pada Anak-anak

Karena alasan yang tidak diketahui, anak-anak dengan asma merespons rangsangan (pemicu) tertentu dengan cara yang tidak dilakukan oleh anak-anak tanpa asma. Anak-anak dengan asma dapat memiliki gen tertentu yang dapat membuat mereka lebih rentan bereaksi terhadap pemicu tertentu. Sebagian besar anak-anak penderita asma juga memiliki orang tua dan saudara kandung atau kerabat lainnya yang menderita asma, yang merupakan bukti bahwa genetik berperan dalam asma.

Ada banyak pemicu potensial, dan sebagian besar anak-anak hanya merespons beberapa saja. Pada beberapa anak, pemicu spesifik untuk kekambuhan tidak dapat diidentifikasi.

Semua pemicu menghasilkan respons yang sama. Sel-sel tertentu dalam saluran napas melepaskan zat kimia. Zat-zat ini

  • Menyebabkan saluran napas menjadi meradang dan membengkak

  • Merangsang sel-sel otot di dinding saluran napas untuk berkontraksi

  • Meningkatkan produksi lendir di saluran napas

Masing-masing respons ini berkontribusi terhadap penyempitan tiba-tiba saluran napas (serangan asma). Pada kebanyakan anak, saluran napas kembali normal di antara serangan asma. Stimulasi berulang oleh zat kimia ini meningkatkan produksi lendir di saluran napas, menyebabkan peluruhan sel yang melapisi saluran napas, dan memperbesar sel otot di dinding saluran napas.

Tabel
Tabel

Faktor Risiko Asma pada Anak-anak

Dokter tidak sepenuhnya memahami mengapa beberapa anak mengalami asma, tetapi sejumlah faktor risiko berhasil diketahui:

  • Faktor bawaan dan prenatal

  • Paparan alergen

  • Infeksi virus

  • Diet

Jika salah satu atau kedua orang tua menderita asma, risiko asma meningkat pada anak-anak mereka. Anak-anak yang ibunya merokok selama kehamilan kemungkinan besar akan mengalami asma. Asma juga telah dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang terkait dengan ibu, seperti usia ibu yang muda, nutrisi ibu yang buruk, dan kurangnya pemberian ASI. Prematuritas dan berat lahir rendah juga merupakan faktor risiko.

Di Amerika Serikat, anak-anak di lingkungan perkotaan lebih mungkin menderita asma, terutama jika mereka berasal dari kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah. Meskipun tidak sepenuhnya dipahami, diyakini bahwa kondisi hidup yang lebih buruk, potensi paparan yang lebih besar terhadap pemicu, dan lebih sedikit akses ke perawatan kesehatan berkontribusi terhadap insiden asma yang lebih tinggi dalam kelompok-kelompok ini. Asma memengaruhi anak-anak non-Hispanik kulit hitam dan Puerto Riko di Amerika Serikat dengan persentase lebih tinggi.

Anak-anak yang terpapar alergen tertentu dengan konsentrasi tinggi, seperti tungau debu atau feses kecoa, pada usia dini lebih mungkin menderita asma. Namun demikian, dokter telah memperhatikan bahwa asma lebih banyak terjadi pada anak-anak yang tinggal di lingkungan yang sangat bersih dan higienis, tempat mereka terpapar lebih sedikit penyakit menular dibandingkan anak-anak yang tinggal di lingkungan tempat mereka terpapar lebih banyak penyakit menular. Dengan demikian, dokter menganggap bahwa kemungkinan paparan masa kanak-kanak terhadap zat dan infeksi tertentu sebenarnya dapat membantu sistem imun anak-anak belajar untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap pemicu.

Sebagian besar anak-anak yang mengalami serangan asma atau yang dirawat di rumah sakit karena asma menderita infeksi virus (biasanya rhinovirus atau selesma). Anak-anak yang menderita bronkiolitis pada usia dini sering mengalami mengi dengan infeksi virus berikutnya. Mengi pada awalnya dapat ditafsirkan sebagai asma, tetapi anak-anak ini tidak lebih mungkin menderita asma daripada anak-anak lainnya selama masa remaja.

Diet dapat menjadi faktor risiko. Anak-anak yang tidak mengonsumsi cukup vitamin C dan E serta asam lemak omega-3 atau yang mengalami obesitas mungkin berisiko lebih tinggi mengalami asma.

Gejala Asma pada Anak-anak

Saat saluran napas menyempit selama serangan asma, anak mengalami kesulitan bernapas, dada terasa tertekan, dan batuk, biasanya disertai mengi. Mengi adalah suara bernada tinggi yang terdengar saat anak mengembuskan napas.

Audio

Namun, tidak semua serangan asma menyebabkan mengi. Asma ringan, terutama pada anak-anak yang masih sangat kecil, hanya dapat mengakibatkan batuk. Beberapa anak yang lebih tua dengan asma ringan cenderung batuk hanya ketika berolahraga atau ketika terpapar udara dingin.

Pada serangan yang parah, pernapasan menjadi terihat sulit, mengi biasanya menjadi lebih keras, anak bernapas lebih cepat dan perlu upaya lebih besar, dan tulang rusuk terlihat menonjol ketika anak menarik napas (inspirasi). Pada serangan yang sangat parah, anak menjadi terengah-engah dan duduk tegak, bersandar ke depan. Kulit berkeringat dan pucat atau berwarna biru. Anak-anak yang sering mengalami serangan berat terkadang pertumbuhannya terlambat, tetapi pertumbuhannya biasanya mirip dengan anak-anak lain saat mencapai usia dewasa.

Pada serangan asma yang sangat parah, anak-anak mungkin tidak mengalami mengi karena udara yang mengalir terlalu sedikit bahkan untuk mengeluarkan suara.

Diagnosis Asma pada Anak-anak

  • Mengi dan riwayat asma atau alergi keluarga

  • Terkadang pengujian alergi

  • Terkadang pengujian fungsi paru

Seorang dokter mencurigai adanya asma pada anak-anak yang mengalami berulang kali mengi, terutama jika anggota keluarga diketahui menderita asma atau alergi. Namun demikian, asma hanyalah salah satu dari beberapa penyebab mengi.

Sinar-x dada jarang diperlukan untuk diagnosis asma pada anak-anak. Sinar-x biasanya dilakukan hanya jika dokter berpikir bahwa gejala anak mungkin disebabkan oleh gangguan yang berbeda, seperti pneumonia. Dokter terkadang melakukan pengujian alergi untuk membantu menentukan pemicu potensial.

Anak-anak dengan episode mengi yang sering dapat diuji untuk gangguan lain, seperti fibrosis kistik atau refluks gastroesofagus. Anak-anak yang lebih tua terkadang menjalani tes yang digunakan untuk mengukur seberapa baik fungsi paru (pengujian fungsi paru). Pada sebagian besar anak-anak penderita asma, paru-paru berfungsi normal saat penyakitnya sedang tidak kambuh.

Anak-anak yang lebih tua atau remaja yang diketahui menderita asma sering menggunakan peak flow meter (perangkat genggam kecil yang mencatat seberapa cepat seseorang dapat menghembuskan udara) untuk mengukur tingkat penyempitan saluran napas. Perangkat ini dapat digunakan di rumah. Dokter dan orang tua dapat menggunakan pengukuran ini untuk menilai kondisi anak selama serangan dan di antara serangan. Sinar-x tidak dilakukan selama serangan pada anak-anak yang diketahui menderita asma kecuali dokter mencurigai adanya gangguan lain seperti pneumonia atau paru-paru yang kolaps.

Peak Flow Meter
Sembunyikan Detail

Peak flow meter dapat digunakan untuk mengukur seberapa cepat udara dapat dihembuskan.

Pengobatan untuk Asma pada Anak-anak

  • Untuk serangan akut, bronkodilator dan terkadang kortikosteroid

  • Untuk asma kronis, kortikosteroid inhalasi (terkadang dikombinasikan dengan bronkodilator) dan kemungkinan pemodifikasi leukotriena dan/atau kromolin

Pengobatan diberikan untuk mengatasi serangan tiba-tiba (akut) dan terkadang untuk mencegah serangan.

Anak-anak yang mengalami serangan ringan yang sangat jarang biasanya hanya meminum obat saat terjadi serangan. Anak-anak yang mengalami serangan yang lebih sering atau parah juga perlu meminum obat meskipun tidak mengalami serangan. Digunakan obat-obatan yang berbeda tergantung pada frekuensi dan tingkat keparahan serangan. Anak-anak dengan serangan yang jarang terjadi yang tidak sangat parah biasanya menggunakan kortikosteroid hirup dosis rendah atau pemodifikasi leukotriena (montelukast atau zafirlukast) setiap hari untuk membantu mencegah serangan. Obat-obatan ini mengurangi peradangan dengan menghalangi pelepasan zat kimia yang membuat saluran napas meradang.

Serangan akut (kekambuhan)

Pengobatan serangan asma akut terdiri dari

  • Membuka saluran napas (bronkodilasi)

  • Menghentikan peradangan

Berbagai obat inhalasi membuka saluran napas (bronkodilator—lihat Mengobati Serangan Asma). Contoh umum adalah albuterol dan ipratropium. Dokter tidak merekomendasikan penggunaan bronkodilator kerja panjang, seperti salmeterol dan formoterol, sebagai satu-satunya pengobatan untuk anak-anak.

Anak-anak dan remaja harus menggunakan inhaler dosis terukur dengan spacer atau ruang penahan katup (lihat gambar Cara Menggunakan Inhaler Dosis Terukur dengan Spacer). Spacer mengoptimalkan penghantaran obat ke paru-paru dan meminimalkan kemungkinan efek samping.

Inhaler dengan Pengatur Jarak Pernapasan

Bayi dan anak-anak yang masih sangat kecil terkadang dapat menggunakan inhaler dan pengatur dosis (spacer) jika digunakan masker berukuran untuk bayi.

Anak-anak yang tidak dapat menggunakan inhaler dapat menerima obat inhalasi di rumah melalui masker yang tersambung ke nebulizer (perangkat kecil yang menciptakan kabut obat dengan menggunakan udara terkompresi). Inhaler dan nebulizer sama efektifnya dalam menghantarkan obat, tetapi kebanyakan orang tua menganggap inhaler dan pengatur dosis jauh lebih nyaman dan mudah digunakan.

Masker Nebulizer untuk Anak

Albuterol juga dapat diminum, tetapi rute ini kurang efektif dan dapat memiliki lebih banyak efek samping daripada inhaler dan biasanya hanya digunakan pada bayi yang tidak memiliki nebulizer dan terlalu muda untuk menggunakan inhaler. Anak-anak dengan serangan yang cukup parah juga dapat diberi kortikosteroid melalui mulut atau injeksi.

Anak-anak dengan serangan yang sangat parah dirawat di rumah sakit dengan bronkodilator yang diberikan dalam nebulizer atau inhaler setidaknya setiap 20 menit pada awalnya. Kadang-kadang dokter menggunakan suntikan epinefrin atau terbutalin (bronkodilator) pada anak-anak yang mengalami serangan yang sangat parah jika obat inhalasi tidak cukup efektif dengan cepat. Dokter biasanya memberikan kortikosteroid melalui vena kepada anak-anak yang mengalami serangan parah.

Cara Menggunakan Inhaler Dosis Terukur dengan Spacer

  • Kocok inhaler setelah melepas tutup dari inhaler dan spacer.

  • Pasang spacer ke inhaler.

  • Buang napas sepenuhnya selama 1 atau 2 detik. Cobalah untuk menghembuskan udara sebanyak mungkin dari paru-paru Anda.

  • Letakkan pengatur jarak (spacer) di antara gigi Anda dan tutup bibir Anda dengan erat di sekelilingnya.

  • Hirup perlahan melalui mulut Anda.

  • Tekan bagian atas inhaler dan jaga pernapasan tetap perlahan dan dalam.

  • Keluarkan spacer dari mulut Anda.

  • Tahan napas Anda selama 10 detik (atau selama yang Anda bisa).

  • Bernapaslah dan, jika diperlukan dosis kedua, ulangi proses ini setelah 1 menit.

  • Pasang kembali tutup pada inhaler dan spacer.

Asma kronis

Pengobatan asma kronis terdiri dari

  • Mengonsumsi kortikosteroid inhalasi setiap hari dan kemungkinan obat-obatan lain yang mengendalikan peradangan

  • Menggunakan inhaler sebelum berolahraga

Bayi dan anak-anak di bawah usia 5 tahun yang memerlukan pengobatan lebih dari 2 kali seminggu, yang mengalami asma persisten, atau mereka yang berisiko mengalami serangan lebih sering atau lebih parah harus menerima pengobatan anti-inflamasi harian dengan kortikosteroid inhalasi. Anak-anak ini juga dapat diberi obat tambahan seperti pemodifikasi leukotriena (montelukast atau zafirlukast), bronkodilator kerja panjang (selalu dicampur dengan kortikosteroid inhalasi dalam inhaler kombinasi), atau kromolin. Obat-obatan ditingkatkan atau dikurangi dari waktu ke waktu untuk mencapai kontrol optimal terhadap gejala asma anak dan untuk mencegah serangan berat. Jika obat-obatan ini tidak mencegah serangan parah, anak-anak mungkin perlu meminum kortikosteroid melalui mulut. Anak-anak berusia di atas 5 tahun dan remaja dengan asma dapat diobati serupa dengan orang dewasa (lihat Mengobati Serangan Asma).

Anak-anak yang mengalami serangan selama olahraga biasanya menghirup satu dosis bronkodilator tepat sebelum berolahraga.

Anak-anak yang asmanya dipicu oleh aspirin atau obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya (OAINS) harus menghindari penggunaan obat-obatan ini. Reaksi ini sangat jarang terjadi pada anak-anak.

Karena asma adalah gangguan jangka panjang dengan berbagai pengobatan, dokter bekerja sama dengan orang tua dan anak-anak untuk memastikan mereka memahami gangguan tersebut sebaik mungkin. Remaja dan anak-anak yang lebih muda dan dewasa harus berpartisipasi dalam mengembangkan rencana penatalaksanaan asma mereka sendiri dan menetapkan tujuan terapi mereka sendiri untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan. Orang tua dan anak-anak harus mempelajari cara menentukan tingkat keparahan serangan, kapan harus menggunakan obat-obatan dan peak flow meter, kapan harus menghubungi dokter, dan kapan harus pergi ke rumah sakit.

Orang tua dan dokter harus memberi tahu perawat sekolah, penyedia layanan penitipan anak, dan orang dewasa lain yang perlu tahu tentang gangguan yang dialami anak dan obat-obatan yang digunakan. Beberapa anak mungkin diizinkan untuk menggunakan inhaler di sekolah sesuai kebutuhan, dan anak lainnya harus diawasi oleh perawat sekolah.

Prognosis Asma pada Anak-anak

Banyak anak-anak yang sembuh sendiri dari asma. Namun demikian, sebanyak 1 dari 4 anak-anak terus mengalami serangan asma atau gejala asma yang sudah hilang datang kembali (disebut kekambuhan) ketika anak-anak bertambah besar. Anak-anak yang menderita asma parah lebih cenderung menderita asma saat dewasa. Faktor risiko lain untuk persistensi dan kekambuhan meliputi jenis kelamin perempuan, merokok, mengalami asma pada usia yang lebih muda, dan sensitivitas terhadap tungau debu rumah tangga.

Meskipun asma menyebabkan sejumlah besar kematian setiap tahun, sebagian besar dapat dicegah dengan pengobatan. Dengan demikian, prognosisnya baik untuk anak-anak yang memiliki akses ke pengobatan dan yang dapat mengikuti rencana pengobatan mereka.

Pencegahan Asma pada Anak-anak

Belum diketahui cara mencegah terjadinya asma pada anak dengan riwayat asma pada keluarga. Namun demikian, terdapat bukti bahwa anak-anak dari ibu yang merokok selama kehamilan lebih cenderung menderita asma. Dengan demikian, ibu hamil tidak boleh merokok, terutama jika terdapat riwayat asma dalam keluarga.

Di sisi lain, ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah gejala atau serangan asma pada anak-anak yang menderita asma.

Kekambuhan asma sering kali dapat dicegah dengan menghindari atau mencoba mengendalikan apa pun yang memicu serangan asma pada anak. Anak-anak yang memiliki alergi harus mengeluarkan barang-barang berikut dari kamar tidur mereka:

  • Bantal bulu

  • Karpet dan permadani

  • Tirai/gorden

  • Furnitur berlapis kain

  • Mainan lunak atau boneka

  • Hewan Peliharaan

  • Sumber potensial tungau debu dan alergen lainnya

Cara lain untuk mengurangi alergen meliputi

  • Menggunakan bantal serat sintetis dan penutup kasur yang kedap

  • Mencuci seprai, sarung bantal, dan selimut di dalam air panas

  • Menggunakan dehumidifier di ruang bawah tanah dan di ruangan basah yang tidak memiliki aerasi yang baik untuk mengurangi jamur

  • Menggunakan uap untuk membersihkan rumah guna mengurangi alergen tungau debu

  • Membersihkan rumah dan membasmi hama untuk menghilangkan paparan kecoak

  • Menghilangkan kebiasaan merokok di rumah

Asap tembakau sekunder sering kali memperburuk gejala pada anak-anak penderita asma, sehingga penting untuk berhenti merokok setidaknya di area tempat anak menghabiskan waktu.

Pemicu lain, seperti bau menyengat, asap yang mengiritasi, suhu dingin, dan kelembapan tinggi, juga harus dihindari atau dikendalikan jika memungkinkan.

Karena olahraga sangat penting bagi perkembangan anak, dokter biasanya mendorong anak-anak untuk tetap melakukan aktivitas fisik, olahraga, dan ikut dalam olahraga serta menggunakan obat asma segera sebelum berolahraga jika diperlukan.

Suntikan alergi (imunoterapi)

Jika alergen tertentu tidak dapat dihindari, dokter dapat mencoba menurunkan kepekaan anak dengan menggunakan suntikan alergi, meskipun manfaat suntikan alergi untuk asma masih belum diketahui.

Suntikan alergi biasanya lebih efektif pada anak-anak daripada orang dewasa. Jika gejala asma tidak berkurang secara signifikan setelah 24 bulan, suntikan biasanya dihentikan. Jika gejala hilang, suntikan harus dilanjutkan selama 3 tahun atau lebih. Namun, lama waktu optimum untuk melanjutkan suntikan tidak diketahui.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!