Pneumokoniosis Pekerja Batubara

(Antrakosis; Penyakit Paru-paru Hitam)

OlehCarrie A. Redlich, MD, MPH, Yale Occupational and Environmental Medicine Program Yale School of Medicine;
Efia S. James, MD, MPH, Bergen New Bridge Medical Center;Brian Linde, MD, MPH, Stanford University
Ditinjau OlehRichard K. Albert, MD, Department of Medicine, University of Colorado Denver - Anschutz Medical
Ditinjau/Direvisi Dimodifikasi Nov 2023
v87248318_id

Pneumokoniosis pekerja batu bara adalah penyakit paru yang disebabkan oleh endapan debu pertambangan batu bara di paru-paru.

  • Gejalanya meliputi batuk dan sesak napas yang dapat terjadi seiring waktu.

  • Foto rontgen dada dan tomografi terkomputasi digunakan untuk membuat diagnosis.

  • Orang dapat meminum obat untuk membantu pernapasan mereka.

  • Pencegahan dengan meminimalkan paparan terhadap debu pertambangan batu bara sangatlah penting.

(Lihat juga Gambaran Umum tentang Penyakit Paru-Paru Lingkungan dan Okupasional.)

Orang dengan pneumokoniosis pekerja batu bara memiliki

  • pneumonokoniosis sederhana

  • pneumonokoniosis komplikasi, juga dikenal sebagai fibrosis masif progresif

Pada pneumokoniosis pekerja batu bara sederhana, debu pertambangan batu bara terkumpul di sekitar saluran napas kecil (bronkiola) paru-paru. Orang dengan pneumokoniosis pekerja batu bara sederhana biasanya tidak memiliki gejala pernapasan.

Pneumokoniosis pekerja batu bara komplikasi atau fibrosis masif progresif, bentuk penyakit yang lebih serius, terjadi pada beberapa orang dengan pneumokoniosis pekerja batu bara sederhana. Parut besar (minimal berdiameter ½ inci [sekitar 1,3 cm]) terbentuk di paru-paru sebagai reaksi terhadap debu pertambangan batu bara. Fibrosis masif yang progresif dapat memburuk bahkan setelah paparan terhadap penambangan batu bara berhenti. Baru-baru ini, perkembangan pesat fibrosis masif progresif telah ditemukan di kalangan penambang batu bara muda, terutama di Amerika Serikat bagian timur. Jaringan paru-paru dan pembuluh darah di paru-paru dapat dihancurkan oleh jaringan parut.

Setelah ditetapkannya Undang-Undang Kesehatan dan Keselamatan Tambang Batu Bara pada tahun 1969, terjadi penurunan pneumokoniosis pekerja batu bara di Amerika Serikat. Namun, sejak akhir 1990-an telah terjadi kebangkitan kembali pneumokoniosis pekerja batu bara, terutama penyakit progresif yang parah. Kebangkitan ini kemungkinan besar disebabkan oleh paparan silika yang lebih besar. Hal yang mungkin dapat menjelaskan tentang meningkatnya paparan silika antara lain adanya pengabaian terhadap peraturan kesehatan dan keselamatan, kandungan silika yang lebih besar dalam debu pertambangan batu bara, lapisan batu bara yang kurang dapat diakses yang memerlukan pemotongan lebih banyak batu, dan perubahan praktik kerja, seperti penggunaan peralatan berdaya tinggi yang dapat menghasilkan lebih banyak debu dengan partikel yang lebih halus.

Penyebab Pneumokoniosis Pekerja Batu Bara

Pneumokoniosis pekerja batu bara adalah penyakit paru-paru okupasional yang terjadi akibat menghirup debu pertambangan batu bara dalam waktu lama, sering kali 10 tahun atau lebih. Paparan debu kumulatif adalah faktor risiko terpenting dalam terjadinya pneumokoniosis pekerja batu bara.

Kuantitas silika kristalin dalam debu pertambangan batu bara juga merupakan faktor risiko penting untuk penyakit progresif. Penambang yang bekerja di tambang bawah tanah, lebih dekat ke titik ekstraksi, dan mereka yang terlibat dalam pemotongan atau pengeboran berisiko lebih besar mengalami pneumokoniosis pekerja batu bara.

Gejala Pneumokoniosis Pekerja Batu Bara

Gejalanya biasanya termasuk sesak napas, batuk, dan produksi dahak. Penyakit ini dapat berkembang bahkan setelah paparan berhenti. Fibrosis masif progresif dapat berkembang menjadi penyakit paru stadium akhir.

Komplikasi

Debu pertambangan batu bara dapat menyebabkan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) terlepas dari merokok. Penyakit paru obstruktif terjadi pada penambang batu bara bahkan tanpa adanya pneumokoniosis pekerja batu bara. Bronkitis kronis dengan gejala batuk dan produksi sputum juga banyak terjadi. Penurunan fungsi paru-paru meningkat dengan semakin besarnya paparan debu kumulatif.

Paparan debu pertambangan batu bara dikaitkan dengan meningkatnya risiko artritis reumatoid.

Risiko kanker paru meningkat pada pekerja yang terpapar debu pertambangan batu bara. Lingkungan pertambangan mengandung beberapa kontributor terhadap risiko kanker paru, termasuk silika dan asap knalpot diesel. Risiko tuberkulosis juga meningkat pada orang-orang yang menderita pneumokoniosis pekerja batu bara.

Diagnosis Pneumokoniosis Pekerja Batu Bara

  • Riwayat paparan pertambangan batu bara

  • Pencitraan dada (tomografi terkomputasi atau sinar-x)

Dokter membuat diagnosis pneumokoniosis pekerja batu bara setelah mencatat titik karakteristik pada foto rontgen dada atau pemindaian tomografi terkomputasi (CT) terhadap seseorang yang telah terpapar debu pertambangan batu bara selama bertahun-tahun.

Pengobatan untuk Pneumokonis Pekerja Batu Bara

  • Pengurangan paparan lebih lanjut

  • Penanganan gejalanya

Pekerja dengan pneumokoniosis pekerja batu bara yang lebih lanjut, seperti fibrosis masif progresif, harus menghindari paparan lebih lama.

Pengobatan untuk pneumokoniosis pekerja batu bara ditargetkan pada gejalanya. Orang yang tidak memiliki gejala tidak memerlukan pengobatan. Namun demikian, pekerja yang memiliki tanda-tanda penyakit paru obstruktif (misalnya, kesulitan bernapas) dapat dibantu dengan pengobatan yang digunakan untuk menangani penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Seseorang dengan gejala penyakit stadium lanjut dapat memperoleh manfaat dari terapi oksigen dan rehabilitasi paru untuk mempermudah aktivitas hidup sehari-hari.

Transplantasi paru direkomendasikan bagi mereka yang paling parah terkena dampaknya.

Pekerja batu bara yang merokok didorong untuk berhenti (lihat Penghentian Merokok). Orang harus dipantau agar tuberkulosis dan komplikasi lainnya terdeteksi lebih awal.

Pekerja dapat disarankan untuk mendapatkan vaksin pneumokokus, vaksin COVID-19, dan vaksinasi influenza tahunan untuk membantu melindungi dari infeksi yang membuat mereka lebih rentan.

Pencegahan Pneumokoniosis Pekerja Batu Bara

Langkah pencegahan dimulai dengan menghilangkan atau mengurangi paparan, seperti menekan debu batu bara di lokasi kerja dan menggunakan sistem ventilasi. Respirator yang dipasang dengan benar yang menyaring udara dapat memberikan manfaat tambahan.

Dokter biasanya merekomendasikan agar pekerja batu bara melakukan skrining sinar-x pada dada, sehingga penyakit dapat dideteksi pada tahap yang relatif awal. Jika dideteksi ada penyakit, paparan lebih lanjut terhadap debu pertambangan batu bara harus diminimalkan untuk membatasi perkembangan penyakit.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!