Strongiloidiasis

(Infeksi Cacing Benang)

OlehChelsea Marie, PhD, University of Virginia;
William A. Petri, Jr, MD, PhD, University of Virginia School of Medicine
Ditinjau OlehChristina A. Muzny, MD, MSPH, Division of Infectious Diseases, University of Alabama at Birmingham
Ditinjau/Direvisi Dimodifikasi Jan 2025
v14458970_id

Strongiloidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang (nematoda) Strongyloides stercoralis.

  • Biasanya, orang terinfeksi ketika mereka berjalan bertelanjang kaki di atas tanah yang terkontaminasi dan larva menembus kulit mereka.

  • Sebagian besar orang yang terinfeksi ini tidak menunjukkan gejala apa pun, tetapi ada yang mengalami ruam, batuk, mengi, nyeri perut, diare, dan penurunan berat badan.

  • Infeksi yang parah dan mengancam jiwa jarang terjadi pada orang yang memiliki sistem imun yang melemah karena gangguan (seperti kanker) atau pada orang yang meminum medikasi untuk menekan sistem imun.

  • Dokter mendiagnosis infeksi dengan menemukan larva dalam sampel feses atau dengan mendeteksi antibodi terhadap Strongyloides dalam sampel darah dan terkadang dengan memeriksa sampel dahak untuk melihat adanya larva serta mengambil foto sinar-x dada.

  • Orang-orang diobati dengan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati infeksi cacing.

Helminth adalah cacing parasit yang dapat menginfeksi manusia dan hewan. Ada 3 jenis helminth:fluke (trematoda), cacing pita (sestoda), dan cacing gelang (nematoda). Strongyloides stercoralis tergolong cacing gelang.

Strongiloidiasis adalah salah satu infeksi besar yang ditularkan melalui tanah yang terkontaminasi. Diperkirakan 614 juta orang terinfeksi di seluruh dunia.

Strongiloidiasis terjadi di daerah yang hangat dan lembap seperti subtropis dan tropis, dan di daerah pedesaan di Amerika Serikat bagian selatan.

Cacing Strongyloides terkadang disebut cacing benang.

(Lihat juga Gambaran Umum Infeksi Parasit.)

Penularan Strongiloidiasis

Siklus infeksi dimulai dengan cacing dewasa Strongyloides yang hidup di usus halus orang yang terinfeksi. Cacing betina menghasilkan telur, yang menetas dan melepaskan larva. Sebagian besar larva tahap awal ini diekskresikan dalam tinja orang tersebut ke dalam tanah. Setelah beberapa hari di tanah, larva berkembang menjadi suatu bentuk yang dapat menyebabkan infeksi (disebut larva filariformis). Jika larva bersentuhan dengan kulit seseorang yang telanjang, larva akan masuk menembusnya. Larva bermigrasi melalui berbagai rute ke usus halus, di sana mereka menjadi cacing dewasa dalam waktu sekitar 2 minggu.

Larva di dalam tanah yang tidak bersentuhan dengan manusia dapat berkembang menjadi cacing dewasa yang dapat bereproduksi selama beberapa generasi sebelum larva mereka bersentuhan dengan seseorang. Cacing dewasa ini disebut cacing dewasa yang hidup bebas.

Autoinfeksi

Beberapa larva filariformis di dalam usus dapat menginfeksi ulang orang tersebut dalam 1 dari 2 cara:

  • Mereka dapat menembus dinding usus dan masuk kembali ke aliran darah orang tersebut secara langsung.

  • Kotoran dapat masuk ke dalam tinja dan masuk kembali ke dalam tubuh dengan menembus kulit di sekitar anus atau kulit pantat atau paha.

Dalam kedua kasus, larva filariformis berpindah melalui aliran darah ke paru-paru dan kemudian ke tenggorokan dan kembali ke usus untuk menyebabkan infeksi lain. Proses ini disebut autoinfeksi (menginfeksi diri sendiri).

Sindrom hiperinfeksi dan strongiloidiasis diseminata

Meskipun jarang terjadi, infeksi berat yang disebut sindrom hiperinfeksi bisa terjadi orang-orang yang baru mengalami infeksi Strongyloides atau pada orang-orang yang telah terinfeksi kembali tetapi tidak menunjukkan gejala pada awalnya.

Sindrom hiperinfeksi memengaruhi organ-organ yang terlibat dalam siklus hidup Strongyloides normal (misalnya, usus, paru-paru, dan kulit), dan dapat berkembang menjadi strongiloidiasis diseminata, yang dapat memengaruhi organ-organ yang biasanya tidak menjadi bagian dari siklus hidup normal Strongyloides (misalnya, hati, jantung, serta otak dan sumsum tulang belakang). Larva Strongyloides dapat membawa bakteri dari saluran pencernaan bersamanya. Ketika larva bergerak di dalam tubuh, bakteri ini dapat menyebabkan infeksi dalam aliran darah, otak dan cairan tulang belakang, paru-paru, atau bagian tubuh lainnya.

Hiperinfeksi biasanya dialami oleh orang-orang yang memiliki sistem imun yang lemah karena adanya gangguan (seperti kanker) atau karena mereka meminum medikasi yang menekan sistem imun (seperti prednison) atau medikasi yang digunakan untuk mencegah penolakan transplantasi organ atau sumsum tulang. Meskipun demikian, hiperinfeksi dan penyebarannya jarang terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem imun yang melemah karena infeksi HIV stadium lanjut (juga disebut AIDS).

Orang yang menderita strongiloidiasis yang tidak terdiagnosis dapat mengalami hiperinfeksi atau strongiloidiasis diseminata jika mereka diberi kortikosteroid untuk mengobati gangguan lain.

Gejala Strongiloidiasis

Sebagian besar orang yang mengalami strongiloidiasis tidak menunjukkan gejala. Ketika gejala terjadi, gejala tersebut biasanya melibatkan kulit, paru-paru, saluran pencernaan, atau kombinasi ketiganya.

Orang yang mengalami infeksi akut mengalami ruam kemerahan yang gatal yang disebabkan oleh larva saat bermigrasi melewati kulit. Ruam terjadi ketika larva masuk ke dalam kulit. Manusia dapat mengalami batuk saat larva bergerak melewati paru-paru dan batang tenggorokan (trakea).

Larva dan cacing dewasa yang terdapat di saluran pencernaan seseorang dapat menyebabkan nyeri abdomen, diare, dan kehilangan nafsu makan.

Orang yang telah mengalami strongiloidiasis dalam waktu yang lama mungkin tidak menunjukkan gejala atau mungkin mengalami ruam, batuk, mengi, nyeri abdomen, diare, dan konstipasi. Mereka mungkin tidak menyerap nutrisi secara normal, sehingga menyebabkan penurunan berat badan.

Sindrom hiperinfeksi dan strongiloidiasis diseminata

Orang dengan sindrom hiperinfeksi atau strongiloidiasis diseminata sering mengalami gejala berat yang melibatkan paru-paru dan saluran pencernaan. Gejala paru-paru meliputi sesak napas yang parah, batuk darah, dan gagal napas. Gejala saluran pencernaan meliputi penyumbatan usus, perdarahan, dan masalah berat dalam menyerap zat gizi (malabsorpsi).

Seseorang mungkin mengalami peradangan jaringan yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang (meningitis), abses di otak, atau hepatitis.

Infeksi bakteri, seperti infeksi darah serius (bakteremia) atau infeksi rongga perut (peritonitis), dapat terjadi.

Sindrom hiperinfeksi dan strongiloidiasis diseminata sering kali berakibat fatal pada orang-orang dengan sistem imun yang melemah, sekalipun mereka telah diobati.

Diagnosis Strongiloidiasis

  • Pemeriksaan sampel feses

  • Untuk sindrom hiperinfeksi dan strongiloidiasis diseminata, pemeriksaan feses, sampel dahak (riak), dan pemeriksaan sinar-x pada dada

  • Tes darah untuk mendeteksi antibodi terhadap Strongyloides

Dokter terkadang dapat melihat larva Strongyloides ketika mereka memeriksa sampel feses di bawah mikroskop. Sering kali, mereka harus memeriksa banyak sampel.

Dokter dapat memasukkan slang pengamatan fleksibel (endoskop) yang dimasukkan melalui mulut ke dalam usus halus untuk melihat dan mengambil sampel jaringan di sana. Slang tipis dimasukkan melalui endoskop dan digunakan untuk mengisap sampel jaringan.

Jika dokter mencurigai adanya sindrom hiperinfeksi atau strongiloidiasis diseminata, mereka juga memeriksa sampel dahak untuk larva dan mengambil pemeriksaan sinar-x pada dada untuk mencari bukti infeksi paru.

Dokter juga melakukan tes darah untuk memeriksa antibodi terhadap Strongyloides. (Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem imun untuk membantu melindungi terhadap infeksi, termasuk oleh parasit.) Meskipun demikian, tes ini tidak dapat membedakan antara infeksi baru dan lama atau antara Strongyloides dan infeksi cacing gelang lainnya.

Eosinofilia dapat dilihat dalam hasil tes darah. Eosinofilia adalah jumlah eosinofil yang melebihi normal, yakni jenis sel darah putih yang memerangi penyakit yang berperan penting dalam respons tubuh terhadap reaksi alergi, asma, dan infeksi dengan cacing parasit (helminth).

Dokter dapat memeriksa tinja dan melakukan tes darah terhadap orang yang mungkin terpapar Strongyloides untuk memeriksa apakah terjadi strongiloidiasis.

Pengobatan Strongiloidiasis

  • Obat yang digunakan untuk mengobati infeksi cacing (antelmintik)

Semua orang yang mengalami strongiloidiasis akan menerima pengobatan.

Untuk sebagian besar kasus strongiloidiasis, dokter meresepkan ivermektin atau albendazole sebagai alternatif. Medikasi ini dikenal sebagai antelmintik, dan diberikan secara oral.

Ivermektin lebih mungkin membantu kesembuhan infeksi dibandingkan dengan albendazol. Jika penderita strongiloidiasis pernah tinggal di atau bepergian ke daerah Afrika tempat cacing gelang yang disebut Loa loa ditularkan, dokter akan memeriksa adanya infeksi Loa loa (loiasis) sebelum memberikan ivermektin kepada mereka karena ivermektin dapat menyebabkan peradangan otak serius (ensefalitis) pada orang yang menderita loiasis dan strongiloidiasis secara bersamaan.

Untuk orang-orang yang mengalami sindrom hiperinfeksi atau strongiloidiasis diseminata, dokter memberikan ivermektin hingga larva tidak terlihat dalam sampel dahak dan tinja selama 2 minggu. Sindrom hiperinfeksi dan strongiloidiasis diseminata adalah kondisi darurat medis yang mengancam jiwa, sehingga pengobatan dengan ivermektin segera dimulai.

Jika seseorang memiliki sistem imun yang lemah, mereka mungkin memerlukan rangkaian medikasi berulang.

Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri, yang dapat menjadi komplikasi strongiloidiasis.

Untuk menentukan apakah infeksi telah dieliminasi, dokter memeriksa sampel tinja untuk mengamati keberadaan larva. Jika larva Strongyloides masih ada di dalam tinja setelah pengobatan, maka orang tersebut akan menerima pengobatan kembali.

Pencegahan Strongiloidiasis

Pencegahan strongiloidiasis melibatkan hal-hal berikut:

  • Menggunakan fasilitas toilet yang higienis

  • Mencegah kulit bersentuhan langsung dengan tanah di area yang umumnya terjangkit strongiloidiasis (misalnya, dengan mengenakan sepatu dan menggunakan terpal atau penghalang lainnya saat duduk di tanah)

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!