Penyalahgunaan Obat-obatan Antikecemasan dan Sedatif

OlehGerald F. O’Malley, DO, Grand Strand Regional Medical Center;
Rika O’Malley, MD, Grand Strand Medical Center
Ditinjau OlehDiane M. Birnbaumer, MD, David Geffen School of Medicine at UCLA
Ditinjau/Direvisi Dec 2022 | Dimodifikasi Apr 2025
v835280_id

Obat antikecemasan dan sedatif adalah obat resep yang digunakan untuk meredakan kecemasan dan/atau membantu tidur, tetapi penggunaannya dapat mengakibatkan ketergantungan dan gangguan penggunaan zat.

  • Menggunakan obat resep untuk meredakan kecemasan atau membantu tidur dapat menyebabkan ketergantungan.

  • Overdosis dapat menyebabkan mengantuk, kebingungan, dan memperlambat pernapasan.

  • Menghentikan obat antikecemasan atau sedatif setelah menggunakannya dalam waktu lama menyebabkan kecemasan, iritabilitas, dan masalah tidur.

  • Jika orang menjadi tergantung pada obat antikecemasan atau sedatif, mereka secara bertahap disapih dari obat tersebut dengan mengurangi dosisnya.

Obat resep yang digunakan untuk mengobati kecemasan (obat antikecemasan) atau menyebabkan tidur (sedatif, atau obat tidur) dapat menyebabkan ketergantungan. Obat-obatan ini meliputi benzodiazepin (seperti diazepam dan lorazepam), barbiturat, zolpidem, eszopiclone, dan lain-lain. Masing-masing bekerja dengan cara yang berbeda, dan masing-masing memiliki potensi ketergantungan dan toleransi yang berbeda. Orang yang mengalami gejala saat mereka berhenti meminum suatu zat dianggap bergantung pada zat tersebut. Orang yang terus menggunakan zat meskipun mereka memiliki masalah yang disebabkan oleh penggunaan zat tersebut dianggap memiliki gangguan penggunaan zat.

Sebagian besar orang yang bergantung pada obat-obatan antikecemasan dan sedatif mulai meminumnya karena alasan medis. Ketergantungan dapat berkembang dalam waktu 2 minggu penggunaan terus-menerus.

(Lihat juga Penggunaan dan Penyalahgunaan Obat.)

Gejala dan Tanda Toksisitas Sedatif

Obat-obatan antikecemasan dan sedatif menyebabkan gejala langsung maupun jangka panjang.

Dampak yang langsung muncul

Obat-obatan antikecemasan dan sedatif mengurangi kewaspadaan dan dapat menyebabkan

  • Bicara tidak jelas (cadel)

  • Koordinasi yang buruk

  • Kebingungan

Efek ini akan diperbesar saat orang tersebut mengonsumsi alkohol.

Pada lansia, gejalanya mungkin lebih parah dan meliputi pusing, disorientasi, delirium, dan hilangnya keseimbangan. Dapat menimbulkan jatuh, yang mengakibatkan patah tulang, terutama fraktur panggul.

Overdosis

Dosis yang lebih tinggi menyebabkan gejala yang lebih parah, termasuk

  • Stupor (orang tersebut hanya dapat dibangkitkan untuk sementara dan dengan kesulitan)

  • Pernapasan sangat lambat dan dan dangkal

  • Akhirnya meninggal dunia (terutama dengan barbiturat)

Efek jangka panjang

Beberapa orang mengalami kehilangan memori, penilaian yang salah, rentang perhatian yang diperpendek, dan pergeseran emosi yang menakutkan. Orang tersebut dapat berbicara perlahan dan sulit berpikir dan memahami orang lain. Orang tersebut mungkin mengalami gerakan mata yang tidak disengaja (nystagmus).

Gejala pemutusan

Tingkat gejala putus obat bervariasi dari satu obat ke obat lain dan bergantung pada dosisnya. Gejala dapat dimulai dalam waktu 12 hingga 24 jam.

Orang yang telah menggunakan sedatif, seperti benzodiazepin selama lebih dari beberapa hari sering merasa bahwa mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut. Ketika obat dihentikan, mereka mungkin mengalami gejala putus obat ringan seperti

  • Kecemasan dan kegelisahan saat waktu tidur

  • Kurang tidur

  • Mimpi yang mengganggu

  • Iritabilitas saat mereka terbangun

Gejala yang lebih serius dari gejala putus obat benzodiazepin dapat mencakup denyut jantung cepat, pernapasan cepat, kebingungan, dan terkadang kejang.

Reaksi putus obat serius dapat terjadi dengan barbiturat. Jika dosis tinggi telah diminum, pemutusan obat secara tiba-tiba dapat menghasilkan reaksi yang parah dan berpotensi mengancam jiwa, seperti putus alkohol. Efek lainnya meliputi dehidrasi, delirium, insomnia, kebingungan, dan halusinasi visual dan auditori yang menakutkan (melihat dan mendengar hal-hal yang tidak ada). Orang tersebut biasanya dirawat di rumah sakit selama proses pemutusan karena memungkinkan terjadinya reaksi yang parah.

Diagnosis Toksisitas Sedatif

  • Evaluasi dokter

Dokter biasanya membuat diagnosis berdasarkan obat-obatan mana yang disebutkan oleh orang tersebut atau teman-temannya. Jika tidak jelas mengapa seseorang terlihat mengantuk atau bingung, dokter dapat melakukan tes untuk mengesampingkan kemungkinan penyebab gejala lainnya, seperti kadar gula darah rendah atau cedera kepala. Meskipun benzodiazepin dan barbiturat dapat dideteksi dengan jenis tes skrining obat tertentu, tetapi mendeteksinya bukan berarti obat-obatan tersebut merupakan penyebab gejala orang tersebut. Sebagian besar laboratorium rumah sakit tidak dapat mengukur kadar sebagian besar sedatif dalam darah.

Pengobatan Toksisitas Sedatif

  • Pengamatan dan pemantauan sampai orang tersebut sadar

  • Bantuan pernapasan untuk overdosis yang parah

  • Terkadang diberikan antidot benzodiazepin

  • Detoksifikasi dan rehabilitasi

Pengobatan darurat

Orang yang telah overdosis memerlukan evaluasi medis segera. Overdosis barbiturat sama berbahayanya dengan overdosis benzodiazepin. Jika orang yang overdosis obat-obatan antikecemasan atau sedatif yang berbahaya tersebut mengalami masalah pernapasan, jantung, atau tekanan darah yang signifikan, mereka harus dirawat di rumah sakit di area yang dapat dipantau (seperti unit perawatan intensif).

Perawatan suportif dapat mencakup pemberian cairan melalui intravena, obat-obatan jika tekanan darah turun, dan ventilator jika pernapasan orang tersebut lemah.

Benzodiazepin memiliki antidot, flumazenil, yang dapat membalikkan overdosis yang serius. Namun, flumazenil dapat memicu efek putus obat benzodiazepin dan menyebabkan kejang pada orang yang telah meminum benzodiazepin untuk waktu yang lama. Dengan demikian, dokter tidak secara rutin memberikan flumazenil untuk penanganan overdosis.

Dalam kasus overdosis barbiturat, dokter dapat memberikan natrium bikarbonat secara intravena untuk membantu orang tersebut mengekskresikan barbiturat melalui urine.

Detoksifikasi dan rehabilitasi

Orang dengan gejala putus obat ringan membutuhkan dukungan sosial dan psikologi untuk membantu mereka mengatasi dorongan kuat untuk mulai menggunakan obat ini lagi guna menghentikan rasa cemas.

Orang dengan gejala putus obat yang parah biasanya perlu dirawat di rumah sakit, terkadang di unit perawatan intensif, dan dipantau secara ketat. Mereka diberi dosis obat yang rendah secara intravena. Dosis diturunkan secara bertahap selama beberapa hari atau minggu dan kemudian dihentikan. Terkadang diganti dengan obat serupa lainnya yang lebih mudah diputus secara bertahap. Bahkan dengan pengobatan terbaik sekalipun, orang tersebut mungkin merasa tidak normal selama satu bulan atau lebih.

Informasi Lebih Lanjut

Sumber daya berbahasa Inggris berikut ini mungkin berguna. Harap diperhatikan bahwa MANUAL ini tidak bertanggung jawab atas konten sumber daya ini. 

  1. National Institute on Drug Abuse (NIDA): Informasi spesifik-sedatif dari lembaga federal yang mendukung penelitian ilmiah tentang penggunaan narkoba dan konsekuensinya serta memasok informasi tentang obat-obatan yang umum digunakan, prioritas dan kemajuan penelitian, sumber daya klinis, serta peluang hibah dan pendanaan.

  2. Substance Abuse and Mental Health Services Administration (SAMHSA): Badan Departemen Kesehatan AS yang memimpin upaya kesehatan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan perilaku dan menyediakan sumber daya, termasuk pencari lokasi pengobatan, saluran bantuan bebas pulsa, alat bantu pelatihan praktisi, statistik, dan publikasi tentang berbagai topik terkait zat.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!