Toleransi dan Resistansi terhadap Medikasi

OlehShalini S. Lynch, PharmD, University of California San Francisco School of Pharmacy
Ditinjau OlehEva M. Vivian, PharmD, MS, PhD, University of Wisconsin School of Pharmacy
Ditinjau/Direvisi Dimodifikasi Mar 2025
v716093_id

Toleransi adalah penurunan respons seseorang terhadap medikasi atau zat tertentu, yang terjadi ketika medikasi atau zat tertentu digunakan berulang kali dan tubuh beradaptasi dengan keberadaan medikasi atau zat tertentu yang berkelanjutan. Resistansi mengacu pada kemampuan mikroorganisme atau sel kanker untuk menahan efek medikasi yang biasanya efektif terhadap mereka.

(Lihat juga Gambaran Umum Respons terhadap Obat dan Medikasi.)

Toleransi

Seseorang dapat mengembangkan toleransi terhadap medikasi atau zat tertentu bila digunakan berulang kali. Misalnya, jika morfin atau alkohol digunakan dalam waktu lama, dosis yang semakin besar harus diminum untuk memberikan efek yang sama. Biasanya, toleransi berkembang karena kecepatan metabolisme medikasi dan zat tertentu meningkat (sering kali karena enzim hati yang terlibat dalam memetabolisme medikasi dan zat tertentu menjadi lebih aktif) dan karena jumlah lokasi (reseptor sel) tempat medikasi dan zat tertentu menempel atau kekuatan ikatan (afinitas) antara reseptor dan medikasi dan zat tertentu mengalami penurunan (lihat Reseptor pada Sel).

Toleransi tidak sama dengan ketergantungan atau kecanduan.

Resistansi

Galur-galur mikroorganisme (bakteri atau virus) dikatakan mengalami resistansi ketika tidak lagi dimatikan atau dihambat aktivitasnya oleh antibiotik dan medikasi antivirus yang biasanya efektif melawannya (atau, dalam praktiknya, ketika diperlukan dosis yang jauh lebih tinggi daripada dosis normal agar dapat memberikan efek). Demikian pula, sel-sel kanker dapat mengalami resistansi terhadap obat-obatan kemoterapi.

Resistansi muncul karena mutasi yang terjadi secara spontan pada kelompok mikroorganisme atau sel yang tumbuh, baik yang terpapar medikasi atau tidak. Sebagian besar mutasi tersebut mengubah struktur mikroorganisme atau sel atau jalur biokimia dengan cara yang berbahaya bagi mikroorganisme atau sel. Tetapi beberapa mutasi mengubah bagian-bagian dari mikroorganisme atau sel yang dipengaruhi oleh medikasi, menurunkan kemampuan kerja medikasi (yaitu, menyebabkan resistansi). Karena mutasi semacam itu sangat jarang terjadi, biasanya hanya ada beberapa mikroorganisme atau sel yang resistan dalam kelompok apa pun. Namun, jika semua atau banyak mikroorganisme atau sel "normal" terbunuh oleh medikasi, proporsi penyintas yang cenderung mengalami resistansi menjadi jauh lebih tinggi. Jika penyintas yang resistan tidak terbunuh oleh pertahanan alami tubuh, yang cenderung terjadi ketika medikasi dihentikan terlalu cepat atau tidak diminum dengan cara yang benar, maka penyintas dapat mereproduksi dan meneruskan sifat resistan tersebut kepada keturunannya.

Pencegahan dan Pengobatan

Untuk mencegah terjadinya resistansi, dokter mencoba menggunakan antibiotik hanya jika diperlukan (bukan untuk infeksi virus seperti pilek) dan meminta orang meminumnya sampai habis sesuai durasi pengobatan. Dalam pengobatan infeksi serius tertentu, seperti HIV, dokter biasanya memberikan dua atau lebih medikasi yang berbeda pada saat yang sama karena sangat kecil kemungkinannya bahwa sel akan resistan secara spontan terhadap dua medikasi pada saat yang sama. Meskipun demikian, memberikan satu medikasi untuk waktu yang singkat diikuti obat lain dapat menimbulkan resistansi terhadap beberapa medikasi. Resistansi multi-obat telah menjadi masalah khususnya dalam pengobatan tuberkulosis.

Setelah toleransi atau resistansi medikasi terbentuk, dokter dapat meningkatkan dosis atau menggunakan medikasi yang berbeda.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!