Kanker Ovarium, Kanker Tuba Falopi, dan Kanker Peritoneal

OlehPedro T. Ramirez, MD, Houston Methodist Hospital;
Gloria Salvo, MD, MD Anderson Cancer Center
Ditinjau OlehOluwatosin Goje, MD, MSCR, Cleveland Clinic, Lerner College of Medicine of Case Western Reserve University
Ditinjau/Direvisi Oct 2023 | Dimodifikasi Apr 2025
v806269_id

Kanker ovarium adalah kanker yang terdapat pada ovarium. Kanker tersebut berkaitan dengan kanker tuba falopi, yang berkembang di tuba yang mengarah dari ovarium ke rahim, dan kanker peritoneal, yang merupakan kanker pada jaringan yang melapisi perut. Kanker ini biasanya terdiagnosis pada tahap lanjut.

  • Kanker ovarium mungkin tidak akan menimbulkan gejala hingga menyebar.

  • Jika dokter mencurigai adanya kanker ovarium, tes darah, ultrasonografi, dan pencitraan resonansi magnetik atau tomografi terkomputasi dilakukan.

  • Biasanya, kedua ovarium, baik tuba falopi, maupun rahim diangkat.

  • Kemoterapi sering diperlukan setelah pembedahan.

(Lihat juga Gambaran Umum Kanker Sistem Reproduksi Perempuan.)

Kanker ovarium (karsinoma ovarium) paling sering terjadi pada wanita berusia 50 hingga 70 tahun. Di Amerika Serikat, kanker ovarium adalah kanker ginekologi kedua yang paling umum, terjadi pada sekitar 1 dari 70 wanita. Kanker ovarium adalah penyebab kematian akibat kanker paling umum kelima pada wanita dan, di Amerika Serikat, akan menyebabkan sekitar 19.710 kasus baru dan 13.270 kematian pada tahun 2023.

Mengingat kanker ovarium dan tuba falopi memiliki banyak kesamaan (gejala, diagnosis, dan pengobatan), biasanya keduanya dikaitkan satu sama lain. Kanker yang berawal dari tuba falopi jarang terjadi.

Anatomi Reproduksi Internal Perempuan

Ada banyak jenis kanker ovarium. Kanker berkembang dari berbagai jenis sel di ovarium. Kanker yang mulai muncul di permukaan ovarium (karsinoma epitel) mencapai lebih dari 90%. Sebagian besar kanker ovarium lainnya dimulai dari sel yang menghasilkan telur (disebut tumor sel germinal) atau dalam jaringan ikat (disebut tumor sel stromal). Tumor sel germinal biasanya terjadi pada wanita berusia kurang dari 30 tahun.

Terkadang kanker dari bagian tubuh lain menyebar ke ovarium.

Kanker ovarium dapat menyebar sebagai berikut:

  • Langsung ke area sekitar

  • Melalui peluruhan sel kanker ke dalam rongga abdomen

  • Melalui sistem limfatik ke bagian panggul dan perut lainnya

  • Lebih jarang, melalui aliran darah, yang akhirnya muncul pada bagian tubuh yang jauh, terutama hati dan paru-paru

Faktor Risiko Kanker Ovarium

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kanker ovarium meliputi:

  • Bertambahnya usia (yang terpenting)

  • Memiliki kerabat tingkat pertama (ibu, saudari, atau anak perempuan) yang menderita kanker ovarium

  • Tidak memiliki anak

  • Memiliki anak pertama pada usia tua

  • Menstruasi dimulai pada usia dini

  • Terlambat menopause

  • Menderita kanker rahim, payudara, atau usus besar (kolon) atau memiliki anggota keluarga yang pernah menderita salah satu kanker tersebut

Penggunaan kontrasepsi oral secara signifikan dapat menurunkan risiko.

Sekitar 15% kasus kanker ovarium berkaitan dengan mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2, yang juga terlibat dalam beberapa kanker payudara. Ketika ditemukan mutasi pada gen tersebut atau mutasi gen langka lainnya, kanker ovarium dan payudara cenderung menurun dalam keluarga. Kanker semacam itu terkadang disebut sindrom kanker payudara dan ovarium turunan. Untuk wanita yang mengalami mutasi BRCA1, risiko seumur hidup terkena kanker ovarium adalah 20 sampai 40%. Peningkatan risiko lebih kecil pada wanita dengan mutasi BRCA2. Gen BRCA1 dan BRCA2 lebih banyak ditemukan pada wanita dari kalangan Yahudi Ashkenazi dibandingkan dengan populasi umum.

Gejala Kanker Ovarium

Kanker ovarium menyebabkan membesarnya ovarium yang terkena. Pada wanita muda, pembesaran ovarium cenderung disebabkan oleh kantong yang berisi cairan nonkanker (kista ovarium). Namun demikian, setelah menopause, ovarium yang membesar dapat menjadi tanda adanya kanker ovarium.

Banyak wanita tidak menunjukkan gejala apa pun sampai kankernya berada pada stadium lanjut. Jika gejala muncul, gejalanya bersifat umum. Gejalanya meliputi rasa tidak nyaman di perut, kembung, kehilangan nafsu makan, cepat merasa kenyang, perubahan kebiasaan buang air besar, dan sering buang air kecil.

Akhirnya, perut dapat mengembang karena ovarium membesar atau cairan terakumulasi di dalam rongga perut (disebut asites). Pada tahap ini, nyeri di area panggul, anemia, dan penurunan berat badan banyak terjadi.

Tumor sel germinal atau sel stromal jarang menghasilkan estrogen, yang dapat menyebabkan jaringan dalam lapisan rahim tumbuh berlebihan dan payudara membesar. Atau tumor tersebut dapat menghasilkan hormon pria (androgen), yang dapat menyebabkan rambut tubuh tumbuh berlebihan, atau hormon yang menyerupai hormon tiroid, yang dapat menyebabkan gejala kelenjar tiroid terlalu aktif (hipertiroidisme).

Diagnosis Kanker Ovarium

  • Ultrasound

  • Terkadang tomografi terkomputasi atau pencitraan resonansi magnetik

  • Tes darah

Mendiagnosis kanker ovarium pada tahap awal sulit dilakukan karena gejala biasanya tidak muncul hingga kanker cukup besar atau menyebar melampaui ovarium dan karena banyak gangguan yang kurang serius memiliki gejala yang sama.

Jika dokter mendeteksi pembesaran ovarium selama pemeriksaan fisik atau mencurigai adanya kanker ovarium dini berdasarkan gejala, dapat dilakukan ultrasonografi terlebih dahulu. Terkadang tomografi terkomputasi (computed tomography, CT) atau pencitraan resonansi magnetik (magnetic resonance imaging, MRI) digunakan untuk membantu membedakan kista ovarium dari massa kanker padat. Jika dicurigai adanya kanker stadium lanjut, CT atau tomografi emisi positron (positive emission tomography, PET) biasanya dilakukan sebelum pembedahan untuk menentukan stadium kanker.

Jika kanker tampaknya tidak mungkin terjadi, dokter akan memeriksa ulang wanita tersebut secara berkala.

Jika dokter mencurigai adanya kanker atau hasil tes tidak jelas, tes darah biasanya dilakukan untuk mengukur kadar zat yang dapat mengindikasikan adanya kanker (penanda tumor), seperti antigen kanker 125 (CA 125). Kadar penanda tumor abnormal saja tidak dapat mengonfirmasi diagnosis kanker, tetapi jika dikombinasikan dengan informasi lain, mereka dapat mendukung diagnosis.

Biopsi dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis kanker ovarium dan, jika diagnosis terkonfirmasi, untuk menentukan jenis kanker. Dokter memeriksa ovarium dan organ lainnya di rongga perut dan panggul (untuk memeriksa penyebaran kanker). Prosedur ini dilakukan dengan salah satu dari dua cara berikut:

  • Laparoskopi: Dokter biasanya menggunakan slang berkamera yang fleksibel (laparoskop) yang disisipkan melalui sayatan kecil tepat di bawah pusar, terutama jika menurut dokter kankernya belum stadium lanjut. Dokter menggunakan instrumen yang dimasukkan melalui laparoskop, terkadang dengan bantuan robot, untuk mengambil sampel dari berbagai jaringan lain dan untuk memeriksa ovarium dan organ lainnya. Informasi yang diperoleh dapat membantu dokter menentukan apakah dan seberapa jauh kanker telah menyebar (stadiumnya). Ovarium juga dapat diangkat untuk mengobati kanker ovarium menggunakan laparoskopi.

  • Bedah terbuka: Jika dokter berpendapat bahwa kanker mungkin sudah dalam stadium lanjut, mereka akan membuat sayatan di perut dan secara langsung melihat rahim dan jaringan di sekitarnya. Dokter akan menentukan stadium kanker dan mengangkat kanker sebanyak mungkin.

Dokter mempertimbangkan untuk merekomendasikan tes genetik bagi setiap wanita yang didiagnosis menderita kanker ovarium (atau tuba falopi). Dokter juga menanyakan tentang kanker yang pernah dialami anggota keluarga. Informasi ini dapat membantu dokter mengidentifikasi wanita yang lebih mungkin menderita kanker turunan, seperti yang disebabkan oleh mutasi pada gen BRCA.

Penentuan stadium kanker ovarium, tuba falopi, dan peritoneal

Pembedahan untuk menentukan stadium kanker ovarium dan tuba falopi meliputi pengangkatan rahim, ovarium, dan tuba falopi.

Stadium kanker ditentukan berdasarkan seberapa jauh kanker telah menyebar. Stadium dimulai dari I (paling dini) hingga IV (lanjut):

  • Stadium I: Kanker hanya terjadi pada satu atau kedua ovarium atau tuba falopi.

  • Stadium II: Kanker telah menyebar ke rahim atau jaringan terdekat di dalam panggul (yang berisi organ reproduksi internal, kandung kemih, dan rektum) atau hanya terjadi pada peritoneum.

  • Stadium III: Kanker telah menyebar ke luar panggul ke kelenjar getah bening dan/atau ke bagian perut lainnya (seperti permukaan hati atau limpa).

  • Stadium IV: Kanker telah menyebar ke area yang jauh (misalnya, ke paru-paru).

Pengobatan Kanker Ovarium

  • Biasanya pengangkatan ovarium, tuba falopi, dan rahim

  • Pengangkatan semua jaringan yang terdampak (bedah sitoreduktif)

  • Biasanya kemoterapi

Luasnya pembedahan bergantung pada jenis kanker ovarium dan tuba falopi serta stadiumnya.

Ketika kanker ovarium dan tuba falopi pertama kali didiagnosis, biasanya kanker telah menyebar ke seluruh abdomen, sehingga pengobatan biasanya melibatkan salah satu dari hal-hal berikut ini:

  • Pembedahan untuk menghilangkan tumor sebanyak mungkin, disertai kemoterapi

  • Kemoterapi, disertai pembedahan dan kemoterapi lainnya

Untuk sebagian besar kanker ovarium dan tuba falopi, pengobatan melibatkan pengangkatan ovarium dan tuba falopi (salpingo-ooforektomi) dan rahim (histerektomi). Bedah laparoskopi atau bedah laparoskopi dengan bantuan robotik dapat dilakukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah pembedahan yang lebih ekstensif merupakan pilihan yang bermanfaat. Jika tidak, kemoterapi dimulai.

Jika kanker telah menyebar melampaui ovarium, maka kelenjar getah bening terdekat dan struktur di sekitarnya yang biasanya menjadi tempat penyebaran kanker juga akan diangkat. Pendekatan ini bertujuan untuk menghilangkan semua kanker yang terlihat.

Jika seorang wanita menderita kanker stadium I yang hanya memengaruhi satu ovarium dan ia ingin hamil, dokter hanya perlu mengangkat ovarium dan tuba falopi yang terdampak.

Untuk kanker stadium lanjut yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya, dokter biasanya akan menghilangkan kanker sebanyak mungkin untuk memperpanjang harapan hidup. Jenis operasi ini disebut bedah sitoreduktif. Namun demikian, bergantung pada tempat penyebaran kanker dan jumlah kanker yang ada, wanita dapat diobati dengan kemoterapi, sebelum dan sesudah pembedahan.

Setelah pembedahan, sebagian besar wanita dengan karsinoma epitel stadium I yang kurang agresif tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut. Untuk kanker stadium I lainnya atau untuk kanker yang lebih lanjut, kemoterapi dapat digunakan untuk menghancurkan area kecil kanker yang mungkin masih tersisa.

Sebagian besar wanita dengan tumor sel germinal dapat disembuhkan dengan menghilangkan satu ovarium dan tuba falopi yang terdampak disertai dengan kombinasi dua atau lebih obat kemoterapi. Terapi radiasi jarang digunakan.

Kanker ovarium stadium lanjut biasanya kambuh. Jadi setelah kemoterapi, dokter biasanya mengukur kadar penanda kanker (seperti CA 125). Kadar penanda kanker yang tetap tinggi biasanya berarti bahwa sebagian tumor masih tetap ada.

Jika kanker kambuh setelah kemoterapi terbukti efektif, kemoterapi akan diulang. Banyak obat kemoterapi atau kombinasi obat yang berbeda dapat digunakan.

Prognosis Kanker Ovarium

Prognosis untuk wanita penderita kanker ovarium didasarkan pada stadiumnya.

Prognosis bisa menjadi lebih buruk jika kanker bersifat sangat agresif atau jika pembedahan tidak dapat menghilangkan semua jaringan yang terlihat abnormal. Kanker dapat kambuh pada sekitar 70% wanita yang menderita kanker stadium III atau IV.

Pencegahan Kanker Ovarium

Tidak ada tes skrining untuk kanker ovarium atau tuba falopi. Namun demikian, beberapa ahli meyakini bahwa jika kanker ovarium atau payudara menurun dalam keluarga, wanita harus menjalani tes kelainan genetik. Jika kerabat tingkat pertama atau kedua menderita kanker, terutama di antara keluarga Yahudi Ashkenazi, wanita harus mendiskusikan tentang tes kelainan genetik BRCA dengan dokter mereka.

Wanita dengan mutasi gen BRCA tertentu dapat diberikan opsi untuk melepaskan ovarium dan tuba falopi, meskipun tidak ada kanker. Pendekatan ini dapat mengeliminasi risiko kanker ovarium dan mengurangi risiko kanker payudara.

Tahukah Anda...

  • Jika wanita memiliki kerabat tingkat pertama atau kedua yang menderita kanker ovarium atau payudara, mereka harus bertanya kepada dokter tentang tes kelainan genetik BRCA.

Informasi Lebih Lanjut

Sumber daya berbahasa Inggris berikut ini mungkin berguna. Harap diperhatikan bahwa MANUAL ini tidak bertanggung jawab atas konten sumber daya ini.

  1. Foundation for Women's Cancer: Situs web ini menyediakan tautan ke informasi tentang kanker ginekologi, uji klinis (termasuk menemukan uji coba untuk berpartisipasi), dan penelitian. Program ini juga menawarkan kursus tentang masalah kanker dan berbagi cerita pribadi tentang perjuangan wanita melawan kanker.

  2. National Cancer Institute: Kanker: Ovarian, Fallopian Tube, and Primary Peritoneal Cancer: Situs web ini menyediakan tautan ke informasi umum tentang kanker ovarium, tuba falopi, dan peritoneal primer, serta tautan ke informasi tentang penyebab, pencegahan, skrining, pengobatan, dan penelitian serta tentang cara menghadapi kanker.

  3. National Cancer Institute: BRCA1 and BRCA2: Cancer Risk and Genetic Testing: Situs web ini menyediakan informasi tentang gen BRCA, manfaat dan kemungkinan bahaya tes genetik, dan implikasi memiliki mutasi BRCA.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!