Skrining dan Pencegahan Kanker Payudara

OlehLydia Choi, MD, Karmanos Cancer Center
Ditinjau OlehOluwatosin Goje, MD, MSCR, Cleveland Clinic, Lerner College of Medicine of Case Western Reserve University
Ditinjau/Direvisi Dimodifikasi Oct 2023
v84397578_id

Kanker payudara jarang menimbulkan gejala pada tahap awal, dan pengobatan dini cenderung berhasil; dengan demikian, skrining sangat penting untuk dilakukan. Skrining adalah pencarian gangguan sebelum terjadi gejala apa pun. Skrining kanker payudara dianjurkan untuk semua wanita di Amerika Serikat, tetapi organisasi kesehatan besar bervariasi mengenai usia awal dan frekuensi skrining.

Skrining untuk Kanker Payudara

Skrining untuk kanker payudara dapat mencakup

  • Pemeriksaan payudara tahunan oleh tenaga kesehatan profesional

  • Mamografi

  • Jika wanita memiliki risiko kanker payudara, pencitraan resonansi magnetik (magnetic resonance imaging, MRI)

Kekhawatiran tentang skrining kanker payudara

Mungkin sulit untuk mengikuti rekomendasi terbaru untuk pemeriksaan kanker payudara, seperti kapan memulai melakukan mamogram. Selain itu, organisasi kesehatan dapat mengubah rekomendasi mereka dari waktu ke waktu, atau organisasi yang berbeda mungkin memiliki rekomendasi yang berbeda.

Sebagian orang berpikir bahwa lebih banyak tes yang dilakukan lebih baik, tetapi tes mungkin juga memiliki kelemahan. Misalnya, tes skrining untuk kanker payudara terkadang menunjukkan adanya kanker padahal tidak ada kanker (disebut hasil positif palsu). Ketika hasil tes skrining payudara positif, biopsi payudara biasanya dilakukan. Memiliki hasil positif palsu berarti menjalani biopsi yang tidak diperlukan dan menghadapi kecemasan, nyeri, dan pengeluaran yang tidak perlu. Akibat potensi masalah ini, organisasi merekomendasikan agar beberapa orang tidak menjalani tes skrining. Orang-orang ini termasuk mereka yang lebih muda atau lebih tua dari usia tertentu (lihat kolom di samping Kanker Payudara: Kapan Memulai Mamografi Skrining?). Wanita harus mendiskusikan rekomendasi saat ini serta risiko dan prioritas mereka sendiri dengan tenaga kesehatan profesional dan memutuskan jenis pemeriksaan mana, jika ada, yang sesuai untuk mereka.

Mamografi

Mamografi adalah salah satu cara paling efektif untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini. Mamografi dirancang agar cukup sensitif untuk mendeteksi kemungkinan kanker pada tahap awal, terkadang bertahun-tahun sebelum dapat dirasakan. Mengingat mamografi sangat sensitif, alat ini dapat mengindikasikan adanya kanker meskipun tidak ada (hasil positif palsu). Sekitar 85 hingga 90% kelainan yang terdeteksi selama skrining (yaitu pada wanita tanpa gejala atau benjolan) bukanlah kanker. Biasanya, jika hasilnya positif, prosedur diagnostik yang lebih spesifik, umumnya biopsi payudara, akan dijadwalkan. Mamografi mungkin dapat melewatkan hingga 15% dari kanker payudara. Hal ini kurang akurat pada wanita dengan jaringan payudara padat. Dengan demikian, para wanita ini mungkin memerlukan tes tambahan, seperti ultrasonografi payudara, mamografi 3 dimensi (tomosintesis), atau pencitraan resonansi magnetik (MRI).

Untuk mamografi, sinar-x digunakan untuk memeriksa area abnormal di payudara. Seorang teknisi memposisikan payudara wanita di atas pelat sinar-x. Penutup plastik yang dapat disesuaikan diturunkan di atas payudara, lalu menekan payudara dengan kuat. Dengan demikian, payudara diratakan sehingga jumlah maksimum jaringan dapat dicitrakan dan diperiksa. Sinar-X ditujukan ke bawah melalui payudara, menghasilkan gambar pada pelat sinar-x. Dua sinar-x diambil dari masing-masing payudara dalam posisi ini. Kemudian pelat dapat ditempatkan secara vertikal di kedua sisi payudara, dan sinar-x diarahkan dari samping. Posisi ini menghasilkan tampilan samping payudara.

Tomosintesis payudara (mamografi 3 dimensi) dapat digunakan dengan mamografi untuk menghasilkan gambar payudara 3 dimensi yang jelas dan sangat fokus. Teknik ini mempermudah deteksi kanker, terutama pada wanita dengan jaringan payudara yang padat. Namun, jenis mamografi ini membuat wanita terpapar lebih banyak radiasi daripada mamografi biasa.

Rekomendasi untuk pemeriksaan rutin dengan mamografi bervariasi. Para ahli tidak setuju tentang

  • Kapan harus memulai

  • Seberapa sering hal itu harus dilakukan

  • Kapan (atau apakah) hal itu harus dihentikan

Para ahli memiliki rekomendasi yang berbeda tentang kapan memulai mamografi rutin. Sebagian besar organisasi medis merekomendasikan skrining mamografi untuk beberapa wanita mulai usia 40 hingga 49 tahun dan untuk semua wanita mulai usia 50 tahun.

Rekomendasi untuk memulai pada usia 50 tahun adalah karena mamografi skrining lebih akurat pada wanita berusia 50 tahun ke atas. Alasannya adalah seiring bertambahnya usia wanita, jaringan lemak menggantikan jaringan fibroglandular di payudara. Kelainan di sebelah jaringan lemak lebih mudah dideteksi dengan mamogram.

Manfaat pemeriksaan tidak terlalu jelas bagi wanita berusia 40 hingga 49 tahun. Para ahli khawatir tentang kecemasan, positif palsu, dan juga mengenai memulai pemeriksaan terlalu cepat atau skrining terlalu sering karena paparan radiasi akan meningkat.

Wanita dengan faktor risiko kanker payudara lebih mungkin mendapatkan manfaat dari memulai mamografi sebelum usia 50 tahun. Mereka harus mendiskusikan risiko dan manfaat mamogram skrining dengan dokter mereka.

Kapan pun dimulainya, mamografi kemudian diulang setiap 1 atau 2 tahun.

Mamografi rutin dapat dihentikan pada usia 75 tahun, bergantung pada harapan hidup wanita tersebut dan keinginannya untuk pemeriksaan lanjutan.

Dosis radiasi yang digunakan dalam mamografi sangat rendah dan dianggap aman.

Mamografi dapat menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi ketidaknyamanan itu hanya berlangsung beberapa detik. Mamografi harus dijadwalkan pada satu waktu selama periode menstruasi ketika payudara cenderung tidak sakit.

Deodoran dan bedak tidak boleh digunakan pada hari dilakukannya prosedur karena dapat mengganggu gambar yang diperoleh. Seluruh prosedur ini memakan waktu sekitar 15 menit.

Mamografi: Skrining untuk Kanker Payudara

Tahukah Anda...

  • Hanya sekitar 10 hingga 15% dari kelainan yang terdeteksi selama pemeriksaan rutin dengan mamografi yang ternyata adalah kanker.

Kanker Payudara: Kapan Memulai Mamografi Skrining?

Para ahli terkadang tidak setuju tentang kapan pemeriksaan rutin dengan mamografi harus dimulai. Skrining mengidentifikasi kanker dan kanker dapat berakibat fatal, akibatnya orang mungkin berpikir bahwa skrining harus dimulai lebih cepat (pada usia 40 tahun) daripada lebih lambat (pada usia 50 tahun). Namun demikian, skrining memiliki beberapa kelemahan, dan manfaatnya bagi wanita yang lebih muda tidak sejelas pada wanita yang lebih tua.

Berikut adalah beberapa alasan kontroversi:

  • Skrining, terutama pada wanita muda, mendeteksi kelainan yang mungkin bukan kanker. Menemukan kelainan sering kali berujung pada biopsi untuk menentukan apa jenis kelainan tersebut. Dengan demikian, skrining menghasilkan lebih banyak biopsi payudara, terkadang menyebabkan kecemasan dan pengeluaran yang tidak perlu bagi wanita, serta kemungkinan mengakibatkan jaringan parut di payudara.

  • Beberapa kanker payudara, seperti kanker payudara in situ (kanker yang belum menyebar), tidak bersifat fatal. Beberapa kanker payudara tumbuh perlahan dan tidak akan menyebabkan kematian selama masa hidup wanita. Namun demikian, kanker payudara lainnya terus tumbuh dan menyerang jaringan lain. Berapa banyak kanker yang terdeteksi melalui skrining yang pada akhirnya berakibat fatal masih belum jelas. Meskipun demikian, semua kanker diobati karena saat ini, tenaga kesehatan profesional tidak memiliki cukup bukti untuk menentukan mana yang harus diobati dan mana yang tidak harus diobati.

  • Mamografi kurang akurat pada wanita muda. Dengan demikian, skrining bisa melewatkan kanker, termasuk mungkin kanker yang berakibat fatal. Mamografi lebih akurat pada wanita di atas usia 50 tahun, sebagian karena, seiring dengan penuaan, jaringan fibroglandular (terdiri dari jaringan ikat fibrosa dan kelenjar) pada payudara cenderung digantikan dengan jaringan lemak. Kelainan di sebelah jaringan lemak lebih mudah dideteksi dengan mamogram.

  • Banyak wanita harus diperiksa untuk menyelamatkan satu nyawa. Ketika wanita berusia lebih tua, lebih sedikit wanita yang perlu diperiksa untuk menyelamatkan nyawa. Untuk wanita berusia 50 tahun ke atas, skrining dapat menyelamatkan jiwa dan direkomendasikan.

Kesadaran diri terhadap payudara

Wanita harus terbiasa dengan bagaimana payudara mereka secara normal terlihat dan teraba. Mengingat kanker payudara juga menyerang pria, maka pria harus menyadari adanya perubahan di dalam atau di sekitar puting mereka. Jika seorang wanita melihat perubahan, dia mungkin ingin melakukan pemeriksaan payudara mandiri. Wanita harus segera memberi tahu perubahan apa pun pada tenaga kesehatan profesional. Di masa lalu, sebagian besar dokter merekomendasikan agar wanita memeriksa benjolan pada payudara mereka setiap bulan. Sebagian besar organisasi kesehatan tidak lagi menganjurkan orang untuk melakukan pemeriksaan payudara mandiri setiap bulan atau minggu sebagai cara rutin untuk memeriksa kanker. Melakukan pemeriksaan ini saat tidak ada benjolan atau perubahan lain tidak membantu mendeteksi kanker payudara sejak dini pada wanita yang menjalani mamogram skrining.

Pemeriksaan payudara oleh tenaga kesehatan profesional

Pemeriksaan payudara dapat menjadi bagian dari pemeriksaan fisik rutin. Namun demikian, seperti halnya pemeriksaan payudara mandiri, pemeriksaan oleh dokter mungkin juga dapat melewatkan kanker. Jika wanita membutuhkan atau ingin melakukan skrining, tes yang lebih sensitif, seperti mamografi, harus dilakukan, meskipun pemeriksaan dokter tidak mendeteksi adanya kelainan. Banyak dokter dan organisasi kesehatan tidak lagi mensyaratkan pemeriksaan payudara tahunan oleh dokter.

Selama pemeriksaan, dokter memeriksa payudara apakah ada kejanggalan, cekungan, kulit kencang, benjolan, dan cairan yang keluar. Dokter meraba (palpasi) setiap payudara dengan tangan yang rata dan memeriksa adanya pembesaran kelenjar getah bening di ketiak—area yang paling sering diserang kanker payudara—dan di atas tulang selangka. Kelenjar getah bening yang normal tidak dapat diraba melalui kulit, sehingga kelenjar yang dapat teraba dianggap membengkak. Meskipun demikian, kondisi nonkanker juga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening yang dapat teraba akan dibiopsi untuk melihat apakah kelenjar tersebut bersifat abnormal.

Pencitraan resonansi magnetik

Pencitraan resonansi magnetik atau disebut juga MRI biasanya digunakan untuk memeriksa wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara, seperti mereka yang mengalami mutasi BRCA. Untuk para wanita ini, pemeriksaan juga harus mencakup mamografi dan pemeriksaan payudara oleh tenaga kesehatan profesional. MRI dapat direkomendasikan untuk wanita yang memiliki jaringan payudara padat sebagai bagian dari penilaian keseluruhan yang mencakup evaluasi risiko.

Pencegahan Kanker Payudara

Mengonsumsi obat-obatan yang menurunkan risiko kanker payudara (chemoprevention) mungkin dianjurkan untuk wanita dengan kondisi berikut:

  • Mereka yang berusia di atas 35 tahun dan sebelumnya pernah mengalami karsinoma lobular in situ atau struktur jaringan abnormal (hiperplasia atipikal) pada saluran susu atau kelenjar penghasil susu

  • Mereka yang mengalami mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 atau mutasi gen berisiko tinggi lainnya

  • Mereka yang berusia antara 35 dan 59 tahun dan memiliki risiko tinggi terkena kanker payudara berdasarkan usia saat ini, usia saat mulai menstruasi (menarche), usia saat pertama kali melahirkan anak, jumlah kerabat tingkat pertama yang menderita kanker payudara, dan hasil biopsi payudara sebelumnya

Obat-obatan yang dapat menghalangi reseptor estrogen pada jaringan payudara dapat digunakan untuk mencegah kanker payudara. Ini meliputi

  • Tamoksifen

  • Raloksifen

Wanita harus bertanya kepada dokter tentang kemungkinan efek samping sebelum meminum obat-obatan ini.

Risiko tamoksifen meliputi

Risiko ini lebih tinggi pada wanita yang berusia lebih tua.

Raloksifen tampak sama efektifnya dengan tamoksifen pada wanita pascamenopause dan memiliki risiko lebih rendah terkena kanker endometrium, bekuan darah, dan katarak.

Kedua obat tersebut juga dapat meningkatkan kepadatan tulang sehingga bermanfaat bagi wanita yang menderita osteoporosis.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!