Leptospirosis adalah infeksi yang berpotensi serius yang disebabkan oleh Leptospira, yang merupakan bakteri berbentuk spiral yang disebut spiroket.
Sebagian besar orang terinfeksi melalui kontak dengan tanah atau air yang terkontaminasi selama aktivitas luar ruangan.
Demam, sakit kepala, dan gejala lainnya terjadi dalam 2 fase, yang dipisahkan beberapa hari.
Bentuk yang parah dan berpotensi fatal merusak banyak organ, termasuk hati dan ginjal.
Mendeteksi antibodi terhadap bakteri dalam darah atau mengidentifikasi bakteri dalam sampel yang diambil dari jaringan yang terinfeksi dapat membantu menegakkan diagnosis.
Infeksi diobati dengan antibiotik dan, jika parah, kadang-kadang dengan cairan yang diberikan secara intravena dan dialisis.
(Lihat juga Gambaran Umum Bakteri.)
Leptospirosis terjadi pada banyak hewan liar dan domestik, termasuk tikus, mencit, dan anjing, dan hewan ternak seperti sapi, kuda, domba, kambing, dan babi. Beberapa hewan bertindak sebagai pembawa dan mengeluarkan bakteri dalam urinenya. Sebagian hewan lain jatuh sakit dan meninggal. Orang-orang terjangkit infeksi ini secara langsung melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi atau secara tidak langsung melalui tanah atau air yang terkontaminasi oleh urine dari hewan yang terinfeksi.
Leptospirosis adalah penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan petani dan pekerja selokan dan rumah penyembelihan. Namun demikian, di Amerika Serikat, sebagian besar orang terinfeksi selama aktivitas luar ruangan saat mereka bersentuhan dengan tanah atau air bersih yang terkontaminasi, terutama saat berenang atau mendayung. Di luar Amerika Serikat, telah terjadi wabah setelah curah hujan tinggi atau banjir air tawar. Leptospira dapat bertahan selama beberapa minggu hingga bulan di sumber air tawar (seperti danau dan kolam). Namun, mereka dapat bertahan hanya selama beberapa jam dalam air garam.
Sekitar 100 hingga 200 infeksi yang dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat terjadi terutama pada akhir musim panas dan awal musim gugur. Karena leptospirosis ringan biasanya menyebabkan gejala mirip flu yang tidak spesifik dan hilang dengan sendirinya, banyak infeksi yang mungkin tidak dilaporkan.
Gejala Leptospirosis
Pada sebagian besar orang yang terinfeksi, gejala leptospirosis tidak serius. Sisanya, gangguan melibatkan banyak organ. Bentuk leptospirosis yang berpotensi fatal ini disebut sindrom Weil.
Leptospirosis biasanya terjadi dalam 2 fase:
Fase pertama (fase septikemik): Sekitar 5 hingga 14 hari setelah terinfeksi, demam, sakit kepala, nyeri tenggorokan, nyeri otot parah di betis dan punggung, dan menggigil terjadi secara tiba-tiba. Mata biasanya menjadi sangat merah pada hari ketiga atau keempat. Sebagian orang batuk, kadang-kadang mengeluarkan darah, dan mengalami nyeri dada. Sebagian besar orang akan pulih dalam waktu sekitar 1 minggu.
Fase kedua (fase kekebalan tubuh): Pada sebagian orang, gejalanya kembali beberapa hari kemudian. Penyakit ini diakibatkan oleh peradangan yang disebabkan oleh sistem imun karena menghilangkan bakteri dari tubuh. Demam kembali terjadi, dan jaringan yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang (meninges) dapat mengalami peradangan. Peradangan ini (meningitis) menyebabkan leher kaku dan sakit kepala. Paru-paru dapat rusak parah.
Jika leptospirosis terjadi selama kehamilan, risiko keguguran akan meningkat.
Sindrom Weil
Sindrom Weil dapat terjadi selama fase kedua. Penyakit ini menyebabkan demam, penyakit kuning (perubahan warna kulit dan bagian putih mata menjadi kekunginan yang disebabkan oleh kerusakan hati), gagal ginjal, dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan. Seseorang mungkin mengalami mimisan atau batuk darah, atau perdarahan dapat terjadi di dalam jaringan kulit, paru-paru, dan, yang jarang terjadi, saluran pencernaan. Anemia dapat berkembang. Meskipun hati dan ginjal adalah organ yang paling sering terkena, paru-paru dan jantung juga dapat terkena dampak yang parah.
Orang yang tidak mengalami penyakit kuning akan pulih kembali. Sekitar 5% hingga 15% penderita penyakit kuning meninggal, dan persentase ini lebih tinggi pada mereka yang berusia di atas 60 tahun. Risiko kematian lebih tinggi jika terjadi perubahan fungsi mental, gagal ginjal, gagal napas, dan perdarahan internal.
Diagnosis Leptospirosis
Kultur sampel darah dan urine atau terkadang sampel cairan serebrospinal (diperoleh dengan pungsi lumbal)
Tes darah untuk antibodi leptospirosis atau materi genetik
Dokter mencurigai adanya leptospirosis ketika gejala yang khas terjadi pada orang yang bepergian ke daerah tempat wabah terjadi.
Untuk menegakkan diagnosis leptospirosis, dokter mengambil sampel darah dan urine. Sampel ini dianalisis.
Jika seseorang mengalami gejala meningitis, dokter akan melakukan pungsi lumbal untuk mengambil sampel cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (cairan serebrospinal).
Biasanya, beberapa sampel diambil selama beberapa minggu. Sampel dikirim ke laboratorium untuk membiakkan (membuat kultur) bakteri.
Mengidentifikasi bakteri dalam kultur atau, yang lebih umum, mendeteksi antibodi terhadap bakteri dalam darah dapat membantu menegakkan diagnosis. Teknik reaksi berantai polimerase (PCR), yang menghasilkan banyak salinan gen, dapat digunakan. Membantu dokter mendiagnosis leptospirosis dengan cepat.
Pengobatan Leptospirosis
Antibiotik
Untuk sindrom Weil, kemungkinan dilakukan transfusi darah dan hemodialisis
Infeksi ringan diobati dengan antibiotik, seperti amoksisilin, ampisilin, dan doksisiklin, yang diberikan secara oral.
Untuk infeksi parah, antibiotik seperti penisilin, ampisilin, atau seftriakson diberikan melalui pembuluh vena (secara intravena). Cairan yang mengandung garam juga dapat diberikan.
Orang dengan infeksi parah (sindrom Weil) mungkin perlu menerima transfusi darah dan, jika mereka gagal ginjal, mereka mungkin perlu menjalani hemodialisis.
Orang yang terinfeksi tidak harus diisolasi, tetapi harus berhati-hati saat memegang dan membuang urine mereka.
Dalam waktu 2 jam setelah dosis pertama antibiotik, reaksi yang tidak nyaman yang disebut reaksi Jarisch-Herxheimer dapat terjadi, yang dapat menyebabkan keringat, menggigil, demam, dan penurunan tekanan darah. Untuk mengurangi keparahan reaksi ini, dokter dapat memberikan asetaminofen kepada seseorang sebelum dan sesudah dosis pertama antibiotik. Reaksi ini bukan reaksi alergi terhadap antibiotik.
Pencegahan Leptospirosis
Antibiotik doksisiklin dapat mencegah leptospirosis. Obat ini diberikan secara oral seminggu sekali kepada orang-orang yang kemungkinan terpapar bakteri—misalnya, orang-orang yang tinggal di dalam atau bepergian ke daerah tempat wabah leptospirosis terjadi.
Informasi Lebih Lanjut
Referensi berbahasa Inggris berikut ini mungkin akan berguna. Harap diperhatikan bahwa Manual ini tidak bertanggung jawab atas konten sumber daya ini.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit: Leptospirosis: Informasi komprehensif tentang leptospirosis, termasuk hubungan untuk risiko, pencegahan pada manusia, dan pencegahan pada hewan peliharaan
