Hiperparatiroidisme

OlehJames L. Lewis III, MD, Brookwood Baptist Health and Saint Vincent’s Ascension Health, Birmingham
Ditinjau OlehGlenn D. Braunstein, MD, Cedars-Sinai Medical Center
Ditinjau/Direvisi Dimodifikasi Oct 2024
v54430457_id

Hiperparatiroidisme terjadi ketika kelenjar paratiroid yang terlalu aktif menyebabkan peningkatan kadar hormon paratiroid (PTH) dalam darah. Peningkatan kadar PTH kemudian menyebabkan tingginya kadar kalsium dalam darah (hiperkalsemia).

  • Gejala-gejalanya diakibatkan oleh tingginya kadar kalsium dalam darah yang meliputi perlemahan dan kelelahan, konstipasi, hilangnya nafsu makan, hilangnya memori, konsentrasi buruk, kebingungan, dan meningkatnya buang air kecil.

  • Diagnosisnya dilakukan dengan mengukur kadar hormon paratiroid dan kalsium dalam darah.

  • Pembedahan dapat dilakukan untuk menghilangkan satu atau lebih kelenjar yang terlalu aktif.

Kelenjar paratiroid terletak di dekat kelenjar tiroid. Lokasi pastinya, dan bahkan jumlah total kelenjar, cukup bervariasi. Kelenjar ini mengeluarkan hormon paratiroid (PTH), yang mengatur kadar kalsium dalam darah dan jaringan yang memberikan efek pada tulang, ginjal, dan usus. (Lihat juga Gambaran Umum Tentang Fungsi Paratiroid.)

Hiperparatiroidisme paling sering disebabkan oleh adenoma paratiroid (jenis tumor nonkanker). Adenoma paratiroid biasanya terisolasi dan soliter. Meski demikian, adenoma paratiroid dapat menjadi bagian dari gangguan keturunan tertentu di mana seseorang memiliki tumor dari beberapa kelenjar endokrin (sindrom neoplasia endokrin multipel).

Hiperparatiroidisme juga dapat terjadi akibat hiperplasia kelenjar paratiroid. Hiperplasia adalah kondisi di mana organ atau jaringan mengalami peningkatan ukuran secara keseluruhan. Pada hiperplasia paratiroid, setiap kelenjar paratiroid mengalami pembesaran. Sel-sel kelenjar tampak normal ketika diperiksa di bawah mikroskop, sehingga tidak dianggap sebagai suatu kanker, tetapi pengobatan medis atau pembedahan diperlukan untuk mengurangi jumlah jaringan paratiroid dan memulihkan paratiroid yang terlalu aktif ke kondisi normal.

Kelenjar Paratiroid

Ada 3 jenis hiperparatiroidisme:

  • Hiperparatiroidisme primer, karena gangguan satu atau lebih kelenjar paratiroid

  • Hiperparatiroidisme sekunder, karena gangguan di bagian lain dalam tubuh yang menurunkan kadar kalsium dalam darah (yang membuat kelenjar paratiroid meningkatkan sekresi PTH untuk meningkatkan kadar kalsium)

  • Hiperparatiroidisme tersier, karena sekresi berlebihan PTH yang tidak terkait dengan kadar kalsium dalam darah dan tidak disebabkan oleh adenoma paratiroid

Hiperparatiroidisme primer

Hiperparatiroidisme primer disebabkan oleh sekresi PTH yang berlebihan karena gangguan satu atau lebih kelenjar paratiroid. Sekitar 85% orang dengan hiperparatiroidisme primer memiliki adenoma paratiroid (tumor nonkanker) yang melibatkan hanya satu kelenjar paratiroid. Sekitar 15% kasus disebabkan oleh hiperplasia atau pembesaran seluruh kelenjar paratiroid. Kanker paratiroid, yang biasanya hanya melibatkan satu kelenjar paratiroid, terjadi pada kurang dari 1% kasus.

Kejadian hiperparatiroidisme primer meningkat sejalan dengan usia dan lebih tinggi pada wanita pascamenopause. Terkadang juga terjadi 3 dekade atau lebih setelah seseorang menerima radiasi ke leher.

Hiperparatiroidisme primer menyebabkan hiperkalsemia (kadar kalsium tinggi dalam darah), hipofosfatemia (kadar fosfat rendah dalam darah), dan resorpsi tulang yang berlebihan (transfer kalsium dari jaringan tulang ke darah). Resorpsi tulang yang berlebihan, pada gilirannya, menyebabkan osteoporosis.

Hiperparatiroidisme sekunder

Hiperparatiroidisme sekunder terjadi ketika hipokalsemia (kadar kalsium rendah dalam darah) yang disebabkan oleh gangguan di luar kelenjar paratiroid menyebabkan sekresi PTH yang berlebihan dan kronis. Hiperparatiroidisme sekunder paling sering terjadi pada orang-orang dengan penyakit ginjal kronis stadium lanjut ketika menurunnya pembentukan vitamin D aktif di ginjal dan faktor-faktor lain yang menyebabkan hipokalsemia dan stimulasi kronis sekresi PTH. Hiperfosfatemia (kelebihan fosfat dalam darah) yang berkembang sebagai respons terhadap penyakit ginjal kronis juga berkontribusi.

Hiperparatiroidisme tersier

Hiperparatiroidisme tersier terjadi ketika PTH disekresikan terlepas dari berapa pun kadar kalsium dalam darah. Hiperparatiroidisme tersier umumnya terjadi pada orang-orang yang sudah lama menderita hiperparatiroidisme sekunder dan pada mereka yang telah menderita penyakit ginjal kronis selama beberapa tahun.

Gejala Hiperparatiroidisme

Hiperparatiroidisme sering kali tidak menunjukkan gejala apa pun. Ketika gejala-gejala yang disebabkan oleh hiperkalsemia muncul, gejala tersebut dapat mengakibatkan perlemahan dan kelelahan, konstipasi, hilangnya nafsu makan, konsentrasi buruk, hilangnya memori, kebingungan, dan meningkatnya buang air kecil.

Komplikasi

Hiperkalsemia sering menyebabkan tingginya kadar kalsium dalam urine (hiperkalsium), yang dapat menyebabkan batu ginjal. Hiperkalsemia kronis juga dapat menyebabkan perlemahan dan penyusutan otot.

Kelebihan PTH merangsang aktivitas pada sel tulang (osteoklas), yang dapat mengakibatkan tulang melemah karena hilangnya kalsium dari waktu ke waktu.

Diagnosis Hiperparatiroidisme

  • Tes darah

  • Tes pencitraan

Orang yang memiliki hiperparatiroidisme tidak menunjukkan gejala apa pun. Sering kali dokter menyadari hiperparatiroidisme dapat menjadi masalah pertama kali ketika melakukan tes darah, yang biasanya dilakukan karena alasan lain, menunjukkan peningkatan kadar kalsium dalam darah (hiperkalsemia). Ketika gejalanya muncul, sering kali tidak jelas dan tidak spesifik.

Setelah hiperkalsemia dikonfirmasi, dokter biasanya memeriksa kadar PTH dalam darah. Tes ini perlu diulang beberapa kali. Temuan kadar PTH yang tetap tinggi pada seseorang dengan hiperkalsemia menegaskan adanya hiperparatiroidisme. Biasanya, PTH mengatur kalsium dalam darah. Jika kalsium rendah, kelenjar paratiroid mengeluarkan lebih banyak PTH untuk meningkatkan kalsium dalam darah. Ketika kalsium dalam darah tinggi, kelenjar paratiroid memperlambat sekresi PTH. Dengan demikian, memiliki kadar PTH normal atau bahkan tinggi di saat yang sama dengan tingginya kadar kalsium, tidaklah normal.

Terkadang tes pencitraan leher (misalnya, ultrasonografi, pencitraan resonansi magnetik, atau tomografi terkomputasi) dilakukan untuk menentukan lokasi kelainan kelenjar paratiroid.

Pengobatan Hiperparatiroidisme

  • Sering kali pembedahan

  • Langkah-langkah untuk menurunkan kadar kalsium dalam darah

Tindakan bedah

Pembedahan untuk mengangkat kelenjar paratiroid (paratiroidektomi) disarankan bagi orang-orang yang memiliki gejala peningkatan kadar kalsium dalam darah dan mereka yang mengalami atau sedang mengalami komplikasi tulang dan ginjal. Belum jelas apakah orang dengan hiperparatiroidisme primer yang mengalami sedikit peningkatan kadar kalsium dalam darah dan tidak memiliki gejala perlu menjalani pembedahan.

Banyak ahli merekomendasikan pembedahan jika

  • Nilai laboratorium dalam darah dan urine (misalnya, kelainan dalam kalsium dan kreatinin) mencapai kadar tertentu.

  • Kerapatan tulang pada tulang belakang panggul dan/atau lumbar rendah.

  • Orang tersebut memiliki riwayat batu ginjal.

  • Orang tersebut berusia kurang dari 50 tahun.

  • Orang tersebut mungkin tidak menindaklanjuti pengobatan yang diresepkan secara tepat.

Selama pembedahan, kelenjar paratiroid yang memiliki adenoma akan dihilangkan. Kadar hormon paratiroid (PTH) dalam darah diukur sebelum dan setelah mengangkat kelenjar(-kelenjar) yang mengalami kelainan. Jika kadar PTH turun sebesar 50% atau lebih setelah 10 menit adenoma dihilangkan, pengobatan dapat dianggap berhasil.

Pada penderita hiperplasia dari semua kelenjar paratiroid, pembedahan melibatkan pengangkatan masing-masing kelenjar. Sebagian kecil dari kelenjar paratiroid yang tampak normal ditanam kembali pada salah satu otot sternokleidomastoid di salah satu sisi leher atau di bawah kulit di lengan bawah. Penanaman kembali dilakukan untuk mencegah hipoparatiroidisme, defisiensi PTH. Terkadang, jaringan paratiroid dikeluarkan dan dibekukan (disebut kriopreservasi) untuk memungkinkan transplantasi di kemudian hari pada orang yang sama jika terjadi hipoparatiroidisme persisten.

Jika hiperparatiroidisme ringan, kadar kalsium darah akan turun sedikit di bawah normal dalam 24 hingga 48 jam setelah pembedahan. Pada hiperparatiroidisme sedang dan berat, kadar kalsium harus dipantau secara ketat selama beberapa hari pertama setelah pembedahan untuk memastikan kalsium tidak terlalu rendah.

Pada orang-orang dengan hiperparatiroidisme primer yang mengalami peningkatan ringan kadar kalsium dalam darah dan tidak ada gejala atau komplikasi, dan pada mereka yang tidak dapat atau memilih untuk tidak menjalani operasi, hiperkalsemia yang menjadi penyebabnya dapat diobati dengan tindakan yang dirancang untuk menurunkan kadar kalsium dalam darah.

Dokter mendorong orang untuk tetap aktif karena tubuh yang tidak aktif dapat memperburuk hiperkalsemia. Dokter juga dapat merekomendasikan agar orang-orang menjalani diet rendah kalori, meminum banyak cairan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya batu ginjal, dan menghindari obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kalsium darah (misalnya diuretik thiazide, yang dapat digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi atau gagal jantung).

Untuk orang-orang dengan hiperkalsemia lebih parah yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme primer yang tidak dapat menjalani operasi, dokter terkadang meresepkan obat-obatan yang menurunkan kadar PTH dan kalsium, seperti cinacalcet atau etelcalcetide.

Hiperparatiroidisme pada gagal ginjal

Hiperparatiroidisme pada penderita gagal ginjal disebabkan oleh serangkaian masalah kompleks yang melibatkan vitamin D, kalsium, fosfat, dan hormon paratiroid. Gagal ginjal menyebabkan kadar kalsium rendah dan kadar fosfat tinggi dalam darah serta menurunkan kadar vitamin D aktif yang diperlukan untuk menyerap kalsium di usus. Sebagai respons, kadar hormon paratiroid meningkat sebagai upaya untuk mengatasi perubahan tersebut.

Hiperfosfatemia (kelebihan fosfat di dalam darah) harus dicegah atau diobati jika terjadi pada orang-orang yang mengalami gagal ginjal. Dokter membatasi jumlah fosfat dalam makanan orang tersebut dan meresepkan zat pengikat fosfat, seperti kalsium karbonat, kalsium asetat, lantanum, atau sevelamer untuk dikonsumsi bersama dengan makanan. Kedua pendekatan ini biasanya diperlukan, terutama pada pasien gagal ginjal yang sedang menjalani dialisis.

Penderita gagal ginjal sering membutuhkan suplemen vitamin D untuk meningkatkan penyerapan kalsium, tetapi peningkatan penyerapan kalsium juga dapat meningkatkan penyerapan fosfat yang berkontribusi terhadap hiperparatiroidisme. Orang-orang dengan penyakit ginjal stadium lanjut, terutama mereka yang mengalami gagal ginjal, memerlukan pemantauan ketat terhadap kadar kalsium dan fosfat dan penyesuaian dosis obat-obatan yang mereka minum.

Dokter juga dapat memberikan cinacalcet atau etelcalcetide kepada orang yang menjalani dialisis untuk menurunkan kadar PTH ketika vitamin D, pembatasan fosfat, atau pengikat fosfat tidak efektif atau tidak dapat digunakan dengan aman.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!