Pemberian Obat

OlehJennifer Le, PharmD, MAS, BCPS-ID, FIDSA, FCCP, FCSHP, Skaggs School of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, University of California San Diego
Ditinjau OlehEva M. Vivian, PharmD, MS, PhD, University of Wisconsin School of Pharmacy
Ditinjau/Direvisi Dimodifikasi Nov 2024
v715379_id

Obat-obatan dimasukkan ke dalam tubuh melalui sejumlah rute. Antara lain dengan cara

  • Diberikan secara oral (melalui mulut)

  • Diberikan melalui injeksi ke pembuluh vena (secara intravena, IV), ke otot (secara intramuskuler, IM), ke dalam ruang di sekitar sumsum tulang belakang (secara intratekal), atau di bawah kulit (secara subkutan, sk)

  • Ditempatkan di bawah lidah (secara sublingual) atau di antara gusi dan pipi (secara bukal)

  • Dimasukkan dalam anus (secara rektal) atau vagina (secara vaginal)

  • Diberikan di mata (melalui rute okular) atau di telinga (melalui rute otik)

  • Disemprotkan ke dalam hidung dan diserap melalui membran hidung (secara nasal)

  • Dihirup ke paru-paru, biasanya melalui mulut (secara inhalasi) atau mulut dan hidung (secara nebulisasi)

  • Diaplikasikan pada kulit (secara kutan) untuk efek lokal (topikal) atau seluruh tubuh (sistemik)

  • Dihantarkan melalui kulit dengan menggunakan koyok (secara transdermal) untuk efek sistemik

Setiap rute memiliki tujuan, kelebihan, dan kekurangan tertentu.

(Lihat juga Pengantar Pemberian dan Kinetika Obat.)

Rute oral

Banyak obat yang dapat diberikan secara oral sebagai cairan, kapsul, tablet, atau tablet kunyah. Karena rute oral adalah yang paling nyaman dan biasanya paling aman dan paling murah, maka rute ini merupakan yang paling sering digunakan. Meskipun demikian, metode ini memiliki keterbatasan karena obat biasanya bergerak melewati saluran pencernaan. Untuk obat yang diberikan secara oral, penyerapan dapat dimulai di mulut dan lambung. Namun demikian, sebagian besar obat biasanya diserap dari usus halus. Obat melewati dinding usus dan berjalan ke hati sebelum dibawa melalui aliran darah ke lokasi targetnya. Dinding usus dan hati secara kimia mengubah (memetabolisme) banyak obat, sehingga menurunkan jumlah obat yang mencapai aliran darah. Akibatnya, obat-obatan ini sering diberikan dalam dosis yang lebih kecil jika disuntikkan secara intravena untuk menghasilkan efek yang sama.

Ketika obat diminum secara oral, makanan dan obat-obatan lain dalam saluran pencernaan dapat memengaruhi seberapa banyak dan seberapa cepat obat tersebut diserap. Dengan demikian, beberapa obat harus diminum saat perut kosong, sebagian obat lainnya harus diminum bersama makanan, obat lain tidak boleh diminum bersama obat lain atau makanan tertentu, sedangkan sejumlah obat lainnya sama sekali tidak dapat diberikan secara oral.

Beberapa obat yang diberikan secara oral dapat mengiritasi saluran pencernaan. Sebagai contoh, aspirin dan sebagian besar obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) lainnya dapat membahayakan lapisan lambung dan usus halus sehingga berpotensi menyebabkan atau memperparah ulkus yang sudah ada sebelumnya. Obat-obatan lain diserap dengan buruk atau tidak menentu dalam saluran pencernaan atau dihancurkan oleh asam dan enzim pencernaan dalam lambung.

Rute pemberian lainnya diperlukan jika rute oral tidak dapat digunakan, misalnya:

  • Ketika seseorang tidak dapat mengonsumsi apa pun melalui mulut

  • Ketika obat harus diberikan dengan cepat atau dalam dosis yang tepat atau sangat tinggi

  • Ketika obat diserap dengan buruk atau tidak menentu dari saluran pencernaan

Rute injeksi

Pemberian secara injeksi (pemberian parenteral) mencakup rute-rute berikut:

  • Subkutan (di bawah kulit)

  • Intramuskular (ke dalam otot)

  • Intravena (ke dalam pembuluh vena)

  • Intratekal (melalui sumsum tulang belakang)

Produk obat dapat dibuat atau diproduksi dengan cara yang memperpanjang penyerapan obat dari lokasi injeksi selama berjam-jam, berhari-hari, atau lebih lama. Produk tersebut tidak perlu diberikan sesering produk obat dengan penyerapan yang lebih cepat.

Untuk rute subkutan, jarum disuntikkan ke dalam jaringan lemak tepat di bawah kulit. Setelah obat disuntikkan, obat tersebut kemudian akan bergerak ke dalam pembuluh darah kecil (kapiler) dan dibawa oleh aliran darah. Sebagai alternatif, obat mencapai aliran darah melalui pembuluh limfatik (lihat gambar Sistem Limfatik: Membantu Bertahan Terhadap Infeksi). Obat protein yang berukuran besar, seperti insulin, biasanya mencapai aliran darah melalui pembuluh limfatik karena obat-obatan ini bergerak perlahan dari jaringan menuju ke kapiler. Rute subkutan digunakan untuk banyak obat protein karena obat-obatan tersebut akan hancur di saluran pencernaan jika diminum secara oral.

Obat-obatan tertentu (seperti progestin yang digunakan untuk pil kontrasepsi hormonal) dapat diberikan dengan menyisipkan kapsul plastik di bawah kulit (implantasi). Rute pemberian ini memiliki keuntungan utama dalam memberikan efek terapeutik jangka panjang (misalnya, etonogestrel yang diimplan untuk kontrasepsi dapat bertahan hingga 3 tahun).

Rute intramuskular lebih disukai daripada rute subkutan ketika dibutuhkan volume produk obat yang lebih besar. Karena otot terletak di bawah kulit dan jaringan lemak, maka digunakan jarum yang lebih panjang. Obat-obatan biasanya disuntikkan ke otot lengan atas, paha, atau bokong. Seberapa cepat obat diserap ke dalam aliran darah sebagian bergantung pada pasokan darah ke otot: Semakin sedikit pasokan darah, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menyerap obat.

Untuk rute intravena, jarum disuntikkan langsung ke dalam pembuluh vena. Larutan yang mengandung obat dapat diberikan dalam dosis tunggal atau melalui infus secara terus-menerus. Untuk infus, larutan digerakkan oleh gaya gravitasi (dari kantong plastik yang dapat dilipat) atau, lebih umum, dengan pompa infus melalui slang fleksibel tipis ke tabung (kateter) yang dimasukkan ke dalam pembuluh vena, biasanya di lengan bawah. Pemberian secara intravena adalah cara terbaik untuk memberikan dosis yang tepat dengan cepat dan terkendali dengan baik di seluruh tubuh. Metode pemberian obat ini juga digunakan untuk larutan yang mengiritasi, yang akan menyebabkan nyeri dan kerusakan jaringan jika diberikan melalui injeksi subkutan atau intramuskular. Injeksi intravena dapat lebih sulit diberikan daripada injeksi subkutan atau intramuskular karena menyisipkan jarum atau kateter ke dalam pembuluh vena mungkin sulit dilakukan, terutama jika orang tersebut mengalami obesitas.

Jika diberikan secara intravena, obat segera dihantarkan ke aliran darah dan cenderung lebih cepat memberikan efek daripada jika diberikan melalui rute lain. Akibatnya, tenaga kesehatan profesional harus memantau secara ketat mereka yang menerima injeksi intravena untuk melihat adanya tanda-tanda bahwa obat bekerja atau menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Selain itu, efek dari obat yang diberikan melalui rute ini cenderung berlangsung untuk waktu yang lebih singkat. Oleh karena itu, beberapa obat harus diberikan melalui infus secara terus-menerus agar memberikan efek yang konstan.

Untuk rute intratekal, jarum disisipkan di antara dua tulang belakang bawah dan ke dalam ruang di sekitar sumsum tulang belakang. Obat tersebut kemudian disuntikkan ke kanal tulang belakang. Sejumlah kecil anestesi lokal sering digunakan untuk mengebaskan lokasi injeksi. Rute ini digunakan ketika obat diperlukan untuk menghasilkan efek cepat atau lokal pada otak, sumsum tulang belakang, atau lapisan jaringan yang menutupinya (meninges)—misalnya, untuk mengobati infeksi pada struktur ini. Anestesi dan analgesik (seperti morfin) terkadang diberikan dengan cara ini.

Melalui Kulit

Terkadang obat diberikan melalui kulit—dengan menggunakan jarum (rute subkutan, intramuskular, atau intravena), dengan koyok (rute transdermal), atau dengan implantasi.

Rute sublingual dan bukal

Beberapa obat ditempatkan di bawah lidah (diberikan secara sublingual) atau antara gusi dan gigi (secara bukal) sehingga dapat larut dan diserap langsung ke dalam pembuluh darah kecil yang berada di bawah lidah. Obat-obatan ini tidak ditelan. Rute sublingual sangat baik untuk nitrogliserin, yang digunakan untuk meredakan angina, karena penyerapan cepat dan obat segera memasuki aliran darah tanpa terlebih dahulu melewati dinding usus dan hati. Meskipun demikian, sebagian besar obat tidak dapat diberikan dengan cara ini karena bisa saja diserap secara tidak sempurna atau tidak menentu.

Rute rektal

Banyak obat yang diberikan secara oral juga dapat diberikan secara rektal sebagai supositoria. Dalam bentuk ini, obat dicampur dengan zat lilin yang larut atau mencair setelah dimasukkan ke dalam anus. Karena dinding anus tipis dan kaya akan pasokan darah, sehingga obat ini mudah diserap. Supositoria diresepkan untuk orang-orang yang tidak dapat meminum obat secara oral karena mereka mual, tidak dapat menelan, atau memiliki pembatasan makan, sebagaimana diwajibkan sebelum dan sesudah banyak tindakan pembedahan. Obat yang dapat diberikan secara rektal meliputi asetaminofen (untuk demam), diazepam (untuk kejang), dan laksatif (untuk konstipasi). Obat-obatan yang mengiritasi dalam bentuk supositoria mungkin harus diberikan melalui injeksi.

Rute vaginal

Beberapa obat dapat diberikan secara vaginal kepada wanita dalam bentuk larutan, tablet, krim, gel, supositoria, atau cincin. Obat ini diserap secara perlahan melalui dinding vagina. Rute ini sering digunakan untuk memberikan estrogen kepada wanita selama menopause untuk meredakan gejala vagina seperti rasa kering, nyeri, dan kemerahan.

Rute okular

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan mata (seperti glaukoma, konjungtivitis, dan cedera) dapat dicampur dengan zat tidak aktif untuk menghasilkan cairan, gel, atau salep sehingga dapat diaplikasikan pada mata. Tetes mata cair relatif mudah digunakan tetapi dapat terlalu cepat keluar dari mata sehingga tidak terserap dengan baik. Formulasi gel dan salep menjaga obat tetap bersinggungan lebih lama dengan permukaan mata, tetapi dapat menyebabkan penglihatan kabur. Tersedia pula sisipan padat, yang melepaskan obat secara terus-menerus dan perlahan, tetapi mungkin sulit untuk diberikan dan dipertahankan pada tempatnya.

Obat okular hampir selalu digunakan untuk memberikan efek lokal. Misalnya, air mata buatan digunakan untuk meredakan mata kering. Obat-obatan lain (misalnya, yang digunakan untuk mengobati glaukoma, seperti asetazolamid dan betaksolol, dan obat-obatan yang digunakan untuk melebarkan pupil, seperti fenilefrin dan tropikamid) menghasilkan efek lokal (bekerja langsung pada mata) setelah diserap melalui kornea dan konjungtiva. Sebagian obat ini kemudian memasuki aliran darah dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan pada bagian tubuh lainnya.

Rute otik

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati peradangan dan infeksi telinga dapat digunakan langsung pada telinga yang bermasalah. Obat tetes telinga yang mengandung larutan atau suspensi umumnya hanya diaplikasikan pada saluran telinga bagian luar. Sebelum menggunakan obat tetes telinga, orang harus membersihkan telinga secara menyeluruh dengan kain lembab dan mengeringkannya. Kecuali jika obat digunakan dalam waktu lama atau digunakan terlalu banyak, hanya sedikit obat yang masuk ke aliran darah, sehingga tidak menimbulkan efek samping atau memberikan efek samping minimal ke seluruh tubuh. Obat-obatan yang dapat diberikan melalui rute otik meliputi hidrokortison (untuk meredakan peradangan), siprofloksasin (untuk mengobati infeksi), dan benzokain (untuk mengebaskan telinga).

Rute nasal

Jika obat akan dihirup dan diserap melalui membran mukosa tipis yang melapisi saluran hidung, obat harus diubah menjadi tetesan kecil di udara (diatomisasi). Setelah terserap, obat akan masuk ke dalam aliran darah. Obat-obatan yang diberikan melalui rute ini umumnya bekerja dengan cepat. Beberapa di antaranya mengiritasi saluran hidung. Obat-obatan yang dapat diberikan melalui rute nasal meliputi nalokson (untuk membalik overdosis opioid), nikotin (untuk berhenti merokok), kalsitonin (untuk osteoporosis), sumatriptan (untuk migrain), dan kortikosteroid (untuk alergi). Beberapa obat yang diberikan melalui rute nasal memberikan efek langsung pada lapisan hidung seperti dekongestan hidung dan kortikosteroid (untuk alergi).

Rute inhalasi

Obat-obatan yang diberikan secara inhalasi melalui mulut harus diatomisasi menjadi tetesan berukuran lebih kecil dibandingkan yang diberikan melalui rute nasal, sehingga obat-obatan tersebut dapat melewati pipa trakea dan masuk ke dalam paru-paru. Seberapa dalam masuknya ke paru-paru bergantung pada ukuran tetesan. Semakin kecil tetesan maka akan masuk semakin dalam, sehingga meningkatkan jumlah obat yang diserap. Di dalam paru-paru, obat akan diserap ke dalam aliran darah.

Obat yang diberikan dengan cara ini relatif sedikit karena inhalasi harus dipantau dengan cermat untuk memastikan bahwa seseorang menerima jumlah obat yang tepat dalam waktu tertentu. Selain itu, mungkin diperlukan peralatan khusus untuk memberikan obat melalui rute ini. Biasanya, metode ini digunakan untuk memberikan obat yang bekerja secara khusus pada paru-paru, seperti obat antiasma aerosol dalam wadah dosis terukur (disebut inhaler), dan untuk memberikan gas yang digunakan untuk anestesi umum.

Rute nebulisasi

Sama dengan rute inhalasi, obat-obatan yang diberikan melalui nebulisasi harus diaerosolkan menjadi partikel kecil agar mencapai paru-paru. Nebulisasi membutuhkan penggunaan perangkat khusus, yang paling umum adalah sistem nebulizer ultrasonik atau jet. Menggunakan perangkat dengan benar akan membantu memaksimalkan jumlah obat yang dihantarkan ke paru-paru. Obat yang dinebulisasi meliputi tobromisin (untuk fibrosis kistik), pentamidin (untuk pneumonia yang disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii), dan albuterol (untuk serangan asma).

Efek samping dapat mencakup efek samping yang terjadi ketika obat disimpan langsung di paru-paru (seperti batuk, mengi, sesak napas, dan iritasi paru), penyebaran obat ke sekitarnya (kemungkinan mengenai orang selain mereka yang meminum obat), dan kontaminasi perangkat yang digunakan untuk nebulisasi (terutama ketika perangkat digunakan kembali dan tidak dibersihkan dengan memadai). Menggunakan perangkat dengan benar akan membantu mencegah efek samping.

Rute kutan

Obat-obatan yang digunakan pada kulit biasanya digunakan untuk mendapatkan efek lokalnya dan dengan demikian paling umum digunakan untuk mengobati gangguan kulit yang dangkal, seperti psoriasis, eksim, infeksi kulit (virus, bakteri, dan jamur), gatal-gatal, dan kulit kering. Obat dicampur dengan zat tidak aktif. Bergantung pada konsistensi zat tidak aktif, formulasi dapat berupa salep, krim, losion, larutan, serbuk, atau gel (lihat Sediaan Topikal).

Rute transdermal

Beberapa obat dihantarkan ke seluruh tubuh dengan menempelkan koyok pada kulit. Obat-obatan ini terkadang dicampur dengan bahan kimia (seperti alkohol) yang meningkatkan penetrasi melalui kulit ke dalam aliran darah tanpa suntikan apa pun. Dengan menggunakan koyo, obat dapat diberikan secara perlahan dan terus-menerus selama berjam-jam atau berhari-hari atau bahkan lebih lama. Akibatnya, kadar obat dalam darah dapat dipertahankan relatif konstan. Koyo sangat berguna untuk obat-obatan yang dengan cepat dieliminasi dari tubuh karena obat-obatan tersebut, apabila digunakan dalam bentuk lain, harus diberikan dengan frekuensi yang sering. Namun, koyo dapat mengiritasi kulit sebagian orang. Selain itu, koyo dibatasi oleh seberapa cepat obat dapat menembus kulit. Hanya obat-obatan yang diberikan dalam dosis harian yang relatif kecil yang dapat diberikan dengan menggunakan koyo. Contoh obat-obatan tersebut antara lain nitrogliserin (untuk nyeri dada), skopolamin (untuk mabuk perjalanan), nikotin (untuk berhenti merokok), klonidin (untuk tekanan darah tinggi), dan fentanil (untuk meredakan nyeri).

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!