Efek Penuaan pada Sistem Reproduksi Pria

OlehMasaya Jimbo, MD, PhD, Thomas Jefferson University Hospital
Ditinjau OlehLeonard G. Gomella, MD, Sidney Kimmel Medical College at Thomas Jefferson University
Ditinjau/Direvisi Dimodifikasi Feb 2025
v800268_id

Tidak jelas apakah penuaan itu sendiri atau gangguan yang terkait dengan penuaan yang menyebabkan terjadinya perubahan bertahap dalam fungsi seksual pria. Frekuensi, durasi, dan ketegangan ereksi secara bertahap menurun seiring bertambahnya usia pria (lihat Disfungsi Ereksi). Kadar hormon seks pria (testosteron) cenderung menurun, sehingga mengurangi dorongan seks (libido). Aliran darah ke penis menurun. Perubahan lainnya meliputi

  • Penurunan sensitivitas penis

  • Penurunan volume cairan yang dilepaskan selama ejakulasi

  • Berkurangnya tanda-tanda awal ejakulasi

  • Orgasme tanpa ejakulasi

  • Setelah orgasme, penis menjadi lembek (detumesensi) lebih cepat

  • Setelah orgasme, memerlukan waktu lebih lama sebelum ereksi dapat terjadi (periode refraktori)

Produksi testosteron (hormon seks pria utama) pada pria dimulai pada usia sekitar 20 tahun, dan biasanya mulai menurun rata-rata 1 sampai 2% per tahun. Di kemudian hari, ketika produksi testosteron mengalami penurunan yang cukup besar hingga menimbulkan gejala yang signifikan, terkadang kondisi ini disebut sebagai menopause pria, atau andropause. Namun, penurunan hormon bertahap pada pria sangat berbeda dari apa yang dialami wanita pada menopause, di mana hormon wanita hampir selalu menurun dengan cepat hanya dalam beberapa tahun. Tingkat penurunan testosteron sangat bervariasi di antara pria, meskipun sebagian besar pria berusia 70-an cenderung memiliki setengah atau kurang dari testosteron serum seperti pria berusia 20-an.

Baik muda maupun tua, pria dengan kadar testosteron rendah dapat mengalami karakteristik tertentu yang berkaitan dengan penuaan, antara lain penurunan libido, penurunan massa otot, peningkatan lemak perut, penipisan tulang yang membuatnya mudah patah (osteoporosis), penurunan tingkat energi, melambatnya daya pikir, dan rendahnya jumlah darah (anemia). Kadar testosteron yang rendah juga meningkatkan risiko penyakit arteri koroner.

Terapi Penggantian Testosteron

Banyak pria dengan kadar testosteron normal tertarik untuk meminum testosteron untuk memperlambat atau membalikkan perkembangan karakteristik penurunan testosteron. Meski demikian, terapi penggantian testosteron (TRT) saat ini hanya direkomendasikan untuk pria dengan gejala testosteron rendah dan hipogonadisme, kondisi di mana kadar testosteron dalam darah terlalu rendah. Penelitian terbaru menemukan bukti bertentangan yang menunjukkan kemungkinan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke pada pria yang menggunakan TRT.

Efek samping terapi penggantian testosteron

Pengobatan dengan testosteron walaupun jarang namun dapat menimbulkan efek samping tertentu, seperti mendengkur, peningkatan gejala penyumbatan saluran kemih (biasanya disebabkan oleh hiperplasia prostat jinak), perubahan suasana hati, jerawat, pembekuan darah, dan pembesaran payudara. Testosteron terkadang menyebabkan tubuh membuat terlalu banyak sel darah merah, yang kemungkinan meningkatkan risiko berbagai gangguan, seperti pembekuan darah dan stroke.

Saat ini, pengobatan dengan testosteron dianggap tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan atau perkembangan kanker prostat. Namun demikian, hal ini tidak sepenuhnya dipahami, dan pria harus berbicara dengan dokter mereka tentang risiko terkena kanker prostat.

Tindak lanjut terapi penggantian testosteron

Pria yang meminum testosteron perlu diperiksa setiap beberapa bulan untuk melihat adanya perubahan dalam jumlah darah mereka dan untuk mengetahui adanya kanker prostat. Pengujian tersebut dapat mendeteksi kanker sejak dini, saat kanker cenderung lebih mudah disembuhkan. Beberapa pria yang menderita kanker prostat dapat menjalani pengobatan dengan testosteron, tetapi mereka harus lebih sering diperiksa oleh dokter mereka.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!