Reumatik Polimialgia

OlehAlexandra Villa-Forte, MD, MPH, Cleveland Clinic
Ditinjau OlehBrian F. Mandell, MD, PhD, Cleveland Clinic Lerner College of Medicine at Case Western Reserve University
Ditinjau/Direvisi Dec 2024 | Dimodifikasi Jan 2025
v8496904_id

Reumatik polimialgia melibatkan peradangan pada lapisan sendi sehingga menyebabkan nyeri yang parah dan kaku pada otot-otot leher, punggung, bahu, dan pinggul.

  • Penyebabnya tidak diketahui.

  • Leher, punggung, bahu, dan pinggul terasa kaku dan nyeri.

  • Diagnosis gangguan ini biasanya didasarkan pada gejala dan hasil tes darah.

  • Sebagian besar kondisi penderita meningkat secara drastis setelah mereka menggunakan kortikosteroid prednison.

(Lihat juga Gambaran Umum entang Vaskulitis.)

Reumatik polimialgia terjadi pada individu berusia di atas 50 tahun. Wanita lebih sering mengalami gangguan ini daripada pria. Penyebab reumatik polimialgia masih belum diketahui. Reumatik polimialgia dapat terjadi sebelum, sesudah, atau secara bersamaan dengan arteritis sel raksasa. Sebagian ahli berpendapat bahwa 2 gangguan tersebut merupakan variasi dari proses abnormal yang sama. Reumatik polimialgia tampaknya lebih umum terjadi.

Gejala Reumatik Polimialgia

Gejala reumatik polimialgia dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap. Rasa nyeri dan kaku yang parah terjadi di leher, bahu, punggung atas dan bawah, serta pinggul. Kekakuan dan rasa tidak nyaman akan memburuk di pagi hari dan setelah periode tidak aktif dan terkadang cukup parah sehingga menyulitkan penderita untuk bangun dari tempat tidur dan melakukan aktivitas sederhana. Penderita gangguan ini mungkin merasa lemah, tetapi ototnya tidak rusak atau lemah. Penderita juga dapat mengalami demam, umumnya mengalami tidak enak badan atau depresi, serta penurunan berat badan tanpa disengaja.

Sebagian penderita reumatik polimialgia juga memiliki gejala arteritis sel raksasa yang dapat menyebabkan kebutaan. Sebagian penderita gangguan ini mengalami artritis ringan, tetapi jika artritis tersebut cukup parah atau merupakan gejala utama, kemungkinan besar diagnosisnya adalah artritis reumatoid.

Diagnosis Reumatik Polimialgia

  • Pemeriksaan fisik

  • Tes darah

  • Respons terhadap kortikosteroid

Dokter mendiagnosis reumatik polimialgia berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dokter juga melakukan tes lain seperti tes darah untuk membedakan reumatik polimialgia dari gangguan lain. Tes darah biasanya mencakup:

  • Laju endap darah (LED), kadar protein C-reactive, atau keduanya: Pada penderita reumatik polimialgia, hasil kedua tes tersebut biasanya sangat tinggi, dan hal ini menandakan peradangan aktif.

  • Hitung darah lengkap: Tes ini dilakukan untuk memeriksa anemia dan jumlah trombosit yang tinggi, yang biasanya terjadi pada penderita reumatik polimialgia.

  • Hormon penstimulasi tiroid (TSH): Tes ini dilakukan untuk mengesampingkan hipotiroidisme yang dapat menyebabkan pelemahan dan terkadang nyeri pada bahu dan otot pinggul.

  • Kreatin kinase: Tes ini dilakukan untuk memeriksa kerusakan jaringan otot (miopati) yang dapat menyebabkan pelemahan dan nyeri pada bahu dan otot pinggul. Jika kadar kreatin kinase dalam darah meningkat, kemungkinan besar akan terjadi kerusakan otot. Pada penderita reumatik polimialgia, tidak terjadi kerusakan otot sehingga kadar kreatin kinase normal.

  • Pengetesan antibodi faktor rheumatoid dan anti-cyclic citrullinated peptide: Antibodi ini terdapat pada hingga 80% penderita artritis reumatoid, tetapi tidak pada penderita reumatik polimialgia. Tes ini membantu dokter membedakan gangguan tersebut.

Diagnosis tersebut juga didukung oleh respons penderita terhadap kortikosteroid karena kebanyakan penderita reumatik polimialgia merasa jauh lebih baik dalam waktu singkat jika diobati dengan kortikosteroid dalam dosis rendah.

Pengobatan untuk Reumatik Polimialgia

  • Prednison

  • Terkadang sarilumab

Menggunakan kortikosteroid prednison dalam dosis rendah biasanya menyebabkan kondisi penderita reumatik polimialgia membaik secara drastis. Jika penderita reumatik polimialgia juga menderita arteritis sel raksasa, dosis yang lebih tinggi diresepkan untuk mengurangi risiko kebutaan. Ketika gejalanya mereda, dosisnya akan dikurangi (diturunkan) secara bertahap ke dosis efektif terendah. Banyak penderita yang sudah boleh menghentikan penggunaan prednisone dalam waktu sekitar 2 tahun. Namun, sebagian penderita gangguan ini perlu menggunakan obat ini dalam dosis rendah selama beberapa tahun. Sarilumab adalah obat imunosupresan yang dapat digunakan oleh penderita yang memiliki respons tidak lengkap terhadap kortikosteroid atau tidak dapat diberi kortikosteroid dengan dosis lebih rendah tanpa kambuhnya gejala.

Kortikosteroid umumnya menyebabkan efek samping pada lansia (lihat Sorotan tentang Penuaan: Arteritis Sel Raksasa dan Reumatik Polimialgia).

Arteritis sel raksasa dapat terjadi pada awal munculnya reumatik polimialgia atau jauh setelahnya, terkadang bahkan setelah penderitanya terlihat sembuh dari gangguan tersebut. Oleh karena itu, semua penderita harus segera memberi tahu dokter jika mereka mengalami sakit kepala, nyeri otot ketika mengunyah, kram yang tidak biasa, atau kelelahan pada lengan atau tungkai saat berolahraga, atau masalah penglihatan.

Informasi Lebih Lanjut

Referensi berbahasa Inggris berikut ini mungkin akan berguna. Harap diperhatikan bahwa Manual ini tidak bertanggung jawab atas konten sumber daya ini.

  1. Vasculitis Foundation: Tentang Reumatik Polimialgia: Menyediakan informasi bagi penderita reumatik polimialgia, termasuk cara menemukan dokter, mempelajari hasil penelitian, dan bergabung dengan kelompok advokasi pasien

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!