Tetanus

(Rahang Terkunci)

OlehLarry M. Bush, MD, FACP, Charles E. Schmidt College of Medicine, Florida Atlantic University;
Maria T. Vazquez-Pertejo, MD, FACP, Wellington Regional Medical Center
Ditinjau OlehBrenda L. Tesini, MD, University of Rochester School of Medicine and Dentistry
Ditinjau/Direvisi Jun 2023 | Dimodifikasi Jul 2025
v39247564_id

Tetanus dihasilkan dari toksin yang dihasilkan oleh bakteri anaerob Clostridium tetani. Toksin membuat otot berkontraksi tanpa disadari dan menjadi kaku.

  • Tetanus biasanya terjadi setelah luka atau cedera yang menembus kulit menjadi terkontaminasi.

  • Diagnosis didasarkan pada gejala.

  • Pengobatan meliputi pemberian globulin imun tetanus untuk menetralkan toksin dan mengobati gejala hingga mereda.

  • Vaksinasi dan perawatan luka yang tepat dapat mencegah tetanus.

(Lihat juga Gambaran Umum Infeksi Clostridia.)

Clostridium tetani tidak membutuhkan oksigen untuk hidup. Artinya, bakteri ini bersifat anaerob.

Tetanus jarang terjadi di Amerika Serikat, tetapi banyak terjadi di wilayah dunia dengan cakupan imunisasi rendah. Kondisi ini dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia, bahkan bayi.

Clostridium tetani ada di dalam tanah dan kotoran hewan dan dapat menetap di sana selama bertahun-tahun. Bakteri tetanus dapat masuk ke dalam tubuh melalui

  • Luka yang terkontaminasi dengan tanah atau feses (terutama jika luka tidak dibersihkan secara memadai)

  • Kulit tertusuk oleh jarum yang terkontaminasi (seperti yang digunakan untuk menyuntikkan obat-obatan terlarang atau untuk membuat tato atau melakukan tindik tubuh)

Terkadang cederanya begitu kecil sehingga orang-orang bahkan tidak pergi ke dokter. Cedera yang melibatkan benda asing (seperti serpihan, kotoran, atau pecahan peluru) dan jaringan mati (seperti luka bakar, radang dingin, gangren, atau cedera remuk) lebih mungkin menyebabkan tetanus.

Kadang-kadang, tetanus dapat terjadi ketika rahim rusak selama aborsi atau kelahiran yang diinduksi. Kontaminasi tanah pada ujung tali pusat, yang dapat terjadi di belahan dunia dengan sanitasi yang tidak memadai, dapat menyebabkan tetanus pada bayi baru lahir.

Bakteri tetanus menghasilkan spora. Spora adalah bentuk bakteri yang tidak aktif (dorman). Spora memungkinkan bakteri bertahan hidup ketika kondisi lingkungan sulit. Ketika kondisinya menguntungkan, spora akan berkecambah menjadi bakteri aktif.

Bakteri Clostridium tetani menghasilkan toksin tetanus. Toksin ini menyebar ke seluruh tubuh dan mencegah saraf tertentu mengirimkan sinyal ke saraf lain. Akibatnya, otot dapat berkontraksi tanpa sadar, menyebabkan kekakuan dan spasme otot yang terasa nyeri.

Vaksinasi selama masa kanak-kanak ditambah dosis booster setiap 10 tahun selama masa dewasa dapat mencegah tetanus. Dengan demikian, tetanus terutama terjadi pada orang-orang yang belum divaksin atau tidak memutakhirkan vaksinasi mereka. Di Amerika Serikat, risiko terjadinya tetanus tergolong tinggi untuk hal-hal berikut:

  • Orang yang mengalami luka bakar atau luka bedah atau yang menyuntikkan obat

  • Orang berusia di atas 60 tahun karena imunitas menurun seiring waktu

  • Orang yang tidak pernah diberi rangkaian utama vaksin tetanus, yang merupakan bagian dari vaksinasi rutin pada anak-anak

Orang yang menderita diabetes atau yang meminum obat yang melemahkan sistem imun mereka mungkin berisiko terkena tetanus.

Gejala Tetanus

Gejala tetanus biasanya dimulai sekitar 5 hingga 10 hari setelah cedera tetapi dapat dimulai hingga sekitar 50 hari kemudian.

Spasme otot adalah ciri khas tetanus. Otot berkontraksi secara tidak sadar (spasme) dan menjadi kaku. Tetanus sering disebut "lockjaw" (rahang terkunci) karena spasme menyebabkan otot rahang dan leher mengencangkan dan mengunci, sehingga sulit untuk membuka mulut atau menelan. Spasme juga memengaruhi bahu, wajah, perut, dan anggota gerak. Spasme tersebut dapat mengganggu pernapasan, terkadang hingga seseorang membiru. Wajah mungkin membeku dengan tersenyum dan alis terangkat. Otot punggung berkontraksi, membuat punggung, leher, dan tungkai melengkung ke belakang. Spasme otot sfingter dapat menyebabkan konstipasi dan kesulitan buang air kecil. Gangguan ringan—seperti kebisingan, udara, atau tempat tidur terguncang—dapat memicu spasme otot yang menyakitkan di seluruh tubuh.

Meskipun jarang terjadi, spasme otot dapat terbatas pada kelompok otot di dekat luka. Tetanus terlokalisasi tersebut dapat menetap selama berminggu-minggu.

Gejala lain terjadi karena tetanus memengaruhi sistem saraf, termasuk bagian yang mengatur proses tubuh internal, seperti seberapa cepat jantung berdetak. Orang dengan tetanus dapat mengalami denyut jantung cepat dan demam ringan. Mereka mungkin banyak berkeringat. Tekanan darah dapat naik dan turun. Orang dapat menghirup (mengaspirasi) isi mulut mereka ke dalam paru-paru, sehingga menyebabkan pneumonia.

Seseorang dapat menjadi gelisah dan mudah marah. Namun, meskipun penyakitnya parah, seseorang biasanya tetap sadar sepenuhnya.

Pada bayi baru lahir, tetanus biasanya memengaruhi seluruh tubuh dan sering kali berakibat fatal. Dalam 2 minggu pertama kehidupannya, bayi mengalami spasme dan makan dengan buruk.

Anak-anak yang bertahan hidup mungkin mengalami ketulian.

Tahukah Anda...

  • Segera membersihkan luka yang kotor secara menyeluruh dapat membantu mencegah tetanus.

Diagnosis Tetanus

  • Evaluasi dokter

Dokter mencurigai adanya tetanus jika otot-otot tertentu (umumnya, rahang dan otot punggung) menjadi kaku atau mengalami spasme, terutama pada orang-orang yang memiliki luka.

Terkadang bakteri dapat dibiakkan (dibuat kultur) dari sampel yang diambil dari luka. Namun demikian, hasil kultur terkadang menunjukkan adanya tetanus meskipun sebenarnya tidak ada (hasil positif palsu), dan tetanus mungkin ada sekalipun tidak ada bakteri yang terdeteksi (hasil negatif palsu). Dengan demikian, dokter tidak mengandalkan kultur untuk mendiagnosis tetanus.

Pengobatan Tetanus

  • Pembersihan luka dan pengangkatan jaringan mati dan benda asing

  • Globulin imun tetanus manusia (antitoksin)

  • Pengobatan terhadap gejala, terkadang mencakup pemasangan ventilator mekanis

  • Antibiotik

Sering kali penderita tetanus dirawat di unit perawatan intensif. Ruangan dijaga agar tetap tenang untuk mencegah gangguan yang dapat memicu spasme otot. Luka dibersihkan secara menyeluruh, dan jaringan mati serta benda asing disingkirkan.

Dosis globulin imun tetanus manusia (antitoksin) biasanya disuntikkan ke dalam otot untuk menetralkan toksin. Jika antitoksin tidak tersedia, dokter dapat memberikan globulin imun yang mengandung banyak antibodi berbeda, termasuk antibodi yang melindungi dari tetanus.

Antibiotik diberikan secara intravena untuk membunuh bakteri di dalam luka sehingga menghentikan produksi toksin. Namun demikian, antibiotik tidak berdampak terhadap toksin yang telah diproduksi. Toksin tersebut terus menyebabkan spasme otot.

Orang tidak mengembangkan imunitas terhadap tetanus setelah mereka menderita tetanus. Artinya, mereka tetap dapat terkena tetanus lagi. Oleh karena itu, setelah orang-orang yang menderita tetanus pulih dari infeksi, mereka akan diberi vaksin tetanus kecuali vaksinasi mereka diketahui mutakhir.

Penatalaksanaan gejala

Untuk spasme otot dan kekakuan, obat penenang, seperti diazepam atau midazolam, dapat diberikan. Obat-obatan ini juga membantu meredakan kecemasan.

Jika kekakuan otot mengganggu pernapasan, slang dapat ditempatkan di batang tenggorokan (disebut intubasi endotrakea), dan orang tersebut diberi obat untuk melumpuhkan otot dan dengan demikian menghentikan spasme. Kemudian slang dipasang ke ventilator mekanis yang melakukan pernapasan untuk penderita.

Jika tekanan darah dan detak jantung tidak stabil, dokter dapat memberikan morfin melalui pembuluh vena, magnesium, pemblokir beta aksi cepat, atau obat-obatan lainnya.

Jika sulit menelan, nutrisi dan cairan diberikan secara intravena atau, lebih jarang, melalui slang yang dimasukkan melalui hidung dan masuk ke dalam perut.

Jika terjadi konstipasi, pelunak feses biasanya diberikan, dan slang dapat dimasukkan ke dalam rektum untuk membantu mengelola produksi gas.

Prognosis Tetanus

Dengan pengobatan, sebagian besar orang akan pulih kembali.

Orang-orang yang menyuntikkan narkoba, masih sangat kecil, dan mereka yang lansia cenderung meninggal karena tetanus. Prospeknya menjadi buruk jika gejala berkembang dengan cepat dan memburuk secara drastis atau jika pengobatan tertunda.

Pencegahan Tetanus

Mencegah tetanus jauh lebih baik daripada mengobati tetanus.

Vaksinasi

Vaksin tetanus merangsang tubuh untuk menghasilkan antibodi yang menetralkan toksin. Namun, mungkin diperlukan beberapa minggu setelah vaksinasi untuk mengembangkan antibodi ini. (Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem imun untuk membantu melindungi tubuh dari infeksi.)

Tidak ada vaksin terpisah hanya untuk tetanus. Vaksin difteri/toksoid tetanus/pertusis (vaksin DTaP) adalah vaksin kombinasi yang melindungi dari difteri, tetanus, dan pertusis (batuk rejan). Vaksin DTaP adalah salah satu imunisasi rutin pada anak-anak.

Lima dosis vaksin DTaP secara rutin direkomendasikan sebagai rangkaian vaksin primer untuk anak-anak. Vaksin diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 hingga 18 bulan, dan 4 hingga 6 tahun.

DTaP diikuti dengan satu dosis booster vaksin tetanus, difteri, dan vaksin pertusis aseluler (Tdap) seumur hidup yang diberikan pada usia 11 hingga 12 tahun dan kepada orang-orang yang berusia 13 tahun ke atas yang belum pernah menerima Tdap atau yang tidak yakin apakah mereka menerimanya. Dosis booster yang hanya mengandung tetanus dan difteri (Td) atau Tdap diberikan kepada semua orang setiap 10 tahun setelahnya.

Perempuan hamil diberi booster Tdap selama setiap kehamilan (sebaiknya pada usia kehamilan 27 hingga 36 minggu). Tindakan ini bertujuan untuk mencegah perempuan dan bayi baru lahir terkena tetanus. Ketika perempuan hamil divaksin, antibodi terhadap tetanus ditransfer dari ibu ke janin selama kehamilan, dan bayi baru lahir memiliki antibodi terhadap tetanus pada saat lahir.

Tetanus jarang terjadi pada orang-orang yang telah menyelesaikan rangkaian primer vaksin tetanus dan mendapatkan vaksinasi booster setiap 10 tahun, sesuai rekomendasi.

Setelah terjadi luka

Ketika seseorang cedera, mereka dapat membantu mencegah tetanus dengan segera membersihkan luka secara menyeluruh.

Orang yang telah diimunisasi terhadap tetanus di masa lalu dan mengalami luka dapat diberi satu dosis vaksin tetanus untuk mencegah berkembangnya tetanus jika mereka belum mendapatkan dosis vaksin dalam 10 tahun terakhir (atau dalam 5 tahun terakhir jika lukanya dalam atau kotor).

Jika seseorang belum divaksin sebelumnya, mereka akan segera diberi satu dosis vaksin dan dua dosis lainnya satu dan dua bulan kemudian. Selain itu, karena vaksin membutuhkan waktu berminggu-minggu agar efektif, globulin imun tetanus manusia terkadang diberikan jika lukanya dalam atau sangat kotor. Globulin imun ini diperoleh dari donor manusia yang memiliki kadar antibodi yang tinggi terhadap toksin tetanus. Antibodi ini menetralkan toksin dengan segera.

Informasi Lebih Lanjut

Referensi berbahasa Inggris berikut ini mungkin akan berguna. Harap diperhatikan bahwa MANUAL ini tidak bertanggung jawab atas konten referensi ini.

  1. Centers for Disease Control and Prevention: Tetanus: Sumber daya yang menyediakan informasi umum tentang penyebab, pengobatan, dan vaksinasi tetanus

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!