Pneumonia Aspirasi dan Pneumonitis Kimiawi

OlehSanjay Sethi, MD, University at Buffalo, Jacobs School of Medicine and Biomedical Sciences
Ditinjau OlehRichard K. Albert, MD, Department of Medicine, University of Colorado Denver - Anschutz Medical
Ditinjau/Direvisi Feb 2024 | Dimodifikasi Mar 2024
v724720_id

Pneumonia aspirasi adalah infeksi paru yang disebabkan oleh terhirupnya sekresi mulut, isi perut, atau keduanya. Pneumonitis kimiawi adalah iritasi paru-paru yang disebabkan oleh terhirupnya zat yang mengiritasi atau beracun bagi paru-paru.

  • Gejalanya meliputi batuk dan sesak napas.

  • Dokter melakukan diagnosis berdasarkan gejala dan foto rontgen dada.

  • Pengobatan dan prognosisnya berbeda, tergantung pada zat yang diaspirasi.

Pneumonia aspirasi dan pneumonitis kimiawi sering dianggap bersama karena keduanya melibatkan peradangan paru-paru yang disebabkan oleh terhirupnya zat yang mengganggu paru-paru. Peradangan membuat paru-paru lebih rentan terhadap infeksi bakteri. Tenggelam juga dapat menyebabkan peradangan paru-paru dan dibahas di tempat lain.

(Lihat juga Gambaran Umum tentang Pneumonia.)

Pneumonia Aspirasi

Partikel kecil dari mulut sering kali menetes atau terhirup (teraspirasi) ke saluran pernapasan. Biasanya gejala ini diatasi dengan mekanisme pertahanan normal (seperti batuk) sebelum masuk ke paru-paru dan menyebabkan inflamasi atau infeksi. Jika partikel tersebut tidak dibersihkan (karena mekanisme pertahanan yang terganggu dan/atau karena volume bahan yang diaspirasi besar), pneumonia aspirasi dapat terjadi.

Materi yang diaspirasi dari mulut dan tenggorokan cenderung mengandung bakteri, yang dapat menyebabkan pneumonia bakteri. Materi yang diaspirasi dari lambung biasanya sangat asam dan dapat merusak paru-paru bahkan sebelum infeksi terjadi.

Mereka yang sangat berisiko terkena pneumonia aspirasi adalah orang-orang yang

  • Lanjut usia

  • Lemah

  • Mengalami kesulitan menelan (sebagaimana yang mungkin terjadi akibat stroke)

  • Teracuni oleh alkohol atau zat lainnya.

  • Tidak sadar karena anestesi, obat penenang, atau kondisi medis

  • Muntah

  • Telah menjalani prosedur gigi, pernapasan, atau pencernaan

  • Mengalami penyakit refluks gastroesofagus

Gejala pneumonia aspirasi baru muncul setidaknya sehari atau dua hari setelahnya. Gejala yang paling umum adalah

  • Batuk

Batuk menghasilkan dahak (mukus kental atau berubah warna). Dahak terkadang berbau busuk.

Gejala pneumonia aspirasi lainnya meliputi

  • Demam

  • Sesak napas (dispnea)

  • Rasa tak nyaman di dada

Dokter biasanya melakukan diagnosis pneumonia aspirasi berdasarkan penemuan tanda atau gejala pada orang-orang yang memiliki salah satu faktor risiko yang dijelaskan di atas.

Rontgen dada mengonfirmasi diagnosis pneumonia. Jika sinar-x menunjukkan abnormalitas di bagian paru-paru tertentu, seperti bagian bawah paru-paru (lokasi umum untuk bahan yang diaspirasi), aspirasi cenderung menjadi penyebabnya.

Pengobatan pneumonia aspirasi membutuhkan antibiotik. Banyak antibiotik, termasuk klindamisin, amoksisilin/klavulanat, ampisilin/sulbactam, dan imipenem, dapat digunakan. Orang mungkin juga memerlukan perawatan penunjang, seperti terapi oksigen atau bantuan sementara dari mesin pernapasan.

Untuk orang dengan kondisi yang meningkatkan risiko aspirasi, dokter mungkin akan menghentikan atau mengurangi dosis obat-obatan yang dapat menyebabkan rasa kantuk. Meninggikan sedikit kepala tempat tidur dapat membantu mencegah makanan, cairan, atau asam dari lambung bergerak naik ke tenggorokan dan kemudian turun ke paru-paru. Mengonsumsi makanan dengan tekstur tertentu atau cairan yang kental juga dapat mengurangi risiko aspirasi. Seorang ahli patologi wicara mungkin akan mengajarkan teknik menelan tertentu (misalnya, menelan dengan menundukkan dagu ke dada) untuk lebih mengurangi risiko aspirasi.

Pneumonitis Kimiawi

Pneumonitis kimiawi terjadi ketika seseorang menghirup (mengaspirasi) materi yang beracun bagi paru-paru. Masalah ini lebih disebabkan oleh iritasi daripada infeksi. Bahan beracun yang umumnya terhirup adalah asam lambung sehingga pneumonitis kimiawi dapat terjadi setiap kali seseorang menghirup apa yang telah dimuntahkan. Menghirup muntahan bisa terjadi ketika seseorang yang muntah tidak sepenuhnya sadar, seperti yang dapat terjadi setelah kejang, overdosis obat atau alkohol, atau ketika seseorang bangun dari anestesi.

Pneumonitis kimiawi juga bisa disebabkan karena menghirup minyak pencahar (seperti minyak mineral, minyak jarak, dan parafin) serta hidrokarbon (seperti bensin, kerosene, dan produk petroleum).

Gejala pneumonitis kimiawi meliputi sesak napas tiba-tiba dan batuk yang terjadi dalam beberapa menit atau jam. Gejala lainnya bisa mencakup demam dan dahak berbusa merah muda. Dalam kasus yang kurang parah, gejala pneumonia aspirasi dapat terjadi satu atau dua hari setelah menghirup toksin.

Diagnosis pneumonitis kimiawi biasanya jelas bagi dokter dari urutan kejadian jika informasi ini tersedia. Foto rontgen dada dan pengukuran konsentrasi oksigen dalam sampel darah dapat membantu.

Pengobatan pneumonitis kimiawi terdiri dari terapi oksigen dan, jika perlu, bantuan sementara dari mesin pernapasan melalui selang yang ditempatkan di tenggorokan. Saluran pernapasan (trakea) mungkin disedot untuk membersihkan sekresi dan partikel makanan yang teraspirasi dari saluran pernapasan. Bronkoskopi (pemeriksaan visual saluran pernapasan melalui selang pemantau fleksibel) dapat digunakan untuk tujuan ini.

Walaupun antibiotik umumnya tidak efektif untuk kondisi ini, obat tersebut sering diberikan karena dokter sulit membedakan pneumonitis kimiawi dengan pneumonia aspirasi bakteri, dan pneumonia bakteri seringkali dapat berkembang sebagai komplikasi dari pneumonitis kimiawi.

Dokter dapat merekomendasikan berbagai strategi untuk membantu mencegah pneumonitis kimiawi pada orang yang berisiko. Hal ini termasuk menghentikan atau mengurangi dosis obat-obatan yang menyebabkan rasa kantuk. Mereka juga dapat menyarankan meninggikan sedikit kepala tempat tidur dapat membantu mencegah makanan, cairan, atau asam dari lambung bergerak naik ke tenggorokan dan kemudian turun ke paru-paru. Orang mungkin perlu mengonsumsi makanan dengan tekstur tertentu atau meminum cairan kental untuk membantu mengurangi risiko aspirasi. Seorang ahli patologi wicara mungkin akan mengajarkan teknik menelan tertentu (misalnya, menelan dengan menundukkan dagu ke dada) untuk mengurangi risiko makanan dan cairan masuk ke dalam paru-paru.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!