Sindrom Syok Toksik

OlehLarry M. Bush, MD, FACP, Charles E. Schmidt College of Medicine, Florida Atlantic University;
Maria T. Vazquez-Pertejo, MD, FACP, Wellington Regional Medical Center
Ditinjau OlehBrenda L. Tesini, MD, University of Rochester School of Medicine and Dentistry
Ditinjau/Direvisi Dimodifikasi Mar 2023
v784383_id

Sindrom syok toksik adalah sekelompok gejala progresif cepat dan parah yang meliputi demam, ruam, tekanan darah rendah yang berbahaya, dan kegagalan beberapa organ. Hal ini disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureusgram positif atau streptokokus kelompok A.

  • Menggunakan tampon superabsorben atau mengalami infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau streptokokus kelompok A meningkatkan risiko sindrom syok toksik.

  • Sindrom ini dapat berakibat fatal, terutama jika disebabkan oleh streptokokus.

  • Dokter mendiagnosis sindrom syok toksik dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mengultur serta mengidentifikasi bakteri.

  • Perawatan meliputi pembersihan area yang terinfeksi, pembersihan jaringan yang terinfeksi, dan penggunaan antibiotik.

  • Mengganti tampon sesering mungkin dan tidak menggunakan tampon superabsorben dapat membantu mengurangi risiko sindrom.

(Lihat juga Gambaran Umum Bakteri.)

Penyebab Sindrom Syok Toksik

Sindrom syok toksik disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh dua jenis bakteri:

Sindrom ini dapat terjadi ketika Staphylococcus aureus menginfeksi jaringan (misalnya, dalam luka) atau hanya berkembang pada tampon (terutama jenis superabsorbent) dalam vagina. Alasan tepat mengapa tampon superabsorben meningkatkan risiko sindrom ini masih belum diketahui. Membiarkan diafragma dalam vagina selama lebih dari 24 jam akan sedikit meningkatkan risiko.

Sindrom syok toksik yang disebabkan oleh streptokokus kelompok A biasanya terjadi pada orang yang mengalami infeksi kulit atau jaringan di bawah kulit. Sekitar setengah dari orang-orang dengan sindrom ini mengalami infeksi aliran darah (bakteremia), dan sekitar setengahnya mengalami fasciitis nekrotikan (infeksi streptokokus yang sangat serius).

Sindrom syok toksik juga dapat terjadi dalam situasi berikut:

  • Ketika sayatan bedah terinfeksi, meskipun infeksinya tampak kecil

  • Ketika rahim terinfeksi setelah melahirkan bayi

  • Setelah operasi hidung jika menggunakan perban untuk menyumbat hidung

  • Pada orang sehat yang memiliki infeksi jaringan streptokokus kelompok A, biasanya pada kulit

Gejala Sindrom Syok Toksik

Gejala dan prognosis sindrom syok toksik berbeda-beda bergantung pada apakah stafilokokus atau streptokokus merupakan penyebabnya.

Pada salah satu organisme, gejala berkembang secara tiba-tiba dan memburuk dengan cepat selama beberapa hari. Tekanan darah turun ke tingkat yang sangat rendah, dan beberapa organ (seperti ginjal, hati, jantung, dan paru-paru) mengalami malafungsi atau berhenti berfungsi (disebut kegagalan organ). Seseorang mungkin mengalami demam tinggi, tenggorokan memerah dan nyeri, mata merah, diare, dan nyeri otot. Sebagian orang menjadi mengigau. Ruam yang menyerupai luka bakar matahari menutupi seluruh tubuh, termasuk telapak tangan dan telapak kaki. Kemudian, kulit terkadang mengelupas. Cairan terakumulasi dalam jaringan, sehingga menyebabkan pembengkakan (edema). Darah tidak membeku secara normal, sehingga perdarahan menjadi lebih cenderung terjadi dan lebih berat.

Pada sindrom syok toksik streptokokus, luka yang terinfeksi, jika ada, akan terasa nyeri. Gangren dapat terbentuk di sekitar luka. Sindrom ini cenderung menyebabkan demam, umumnya merasa kurang sehat (malaise), dan nyeri parah di tempat infeksi. Kesulitan bernapas karena gagal napas (sindrom gangguan pernapasan akut) banyak terjadi. Bahkan kematian tetap terjadi pada 20% hingga 60% kendati diberikan pengobatan.

Sindrom syok toksik stafilokokus sering kali tidak terlalu serius. Kurang dari 3% orang meninggal dunia. Pengelupasan kulit, terutama pada telapak tangan dan telapak kaki, lebih umum terjadi. Kulit biasanya mulai mengelupas 3 hingga 7 hari setelah gejala mulai muncul. Jika seseorang bertahan hidup, biasanya pulih dengan sempurna.

Jika sumbernya adalah tampon yang terinfeksi stafilokokus, sindrom syok toksik umumnya berulang, biasanya dalam 4 bulan sejak episode pertama, jika perempuan tersebut terus menggunakan tampon. Kadang-kadang, sindrom ini kambuh lebih dari satu kali. Setiap episode cenderung lebih ringan. Untuk mengurangi risiko kekambuhan, perempuan yang mengalami sindrom tidak boleh menggunakan tampon atau diafragma.

Diagnosis Sindrom Syok Toksik

  • Evaluasi dokter

  • Kultur sampel darah dan jaringan yang terinfeksi

Diagnosis sindrom syok toksik biasanya didasarkan pada gejala dan hasil pemeriksaan fisik dan tes darah rutin.

Sampel darah dan jaringan yang terinfeksi juga dikirim ke laboratorium sehingga bakteri dapat dibiakkan (dikultur).

Pencitraan resonansi magnetik (MRI) atau tomografi terkomputasi (CT) dapat dilakukan untuk menemukan lokasi infeksi.

Tes darah dilakukan secara teratur untuk memantau seberapa baik organ berfungsi.

Pengobatan Sindrom Syok Toksik

  • Cairan yang diberikan lewat infus

  • Sering kali diberikan obat-obatan untuk meningkatkan tekanan darah

  • Pembersihan area yang terinfeksi (vagina atau luka) dan pengangkatan jaringan yang terinfeksi

  • Antibiotik

Jika diduga terjadi sindrom syok toksik, orang tersebut harus dirawat di rumah sakit, biasanya di unit perawatan intensif (ICU).

Cairan yang mengandung garam dan sering kali obat-obatan untuk meningkatkan tekanan darah hingga tingkat normal diberikan secara intravena. Banyak orang membutuhkan bantuan untuk bernapas, biasanya dengan ventilator mekanis. Tampon, diafragma, dan benda asing lainnya segera dikeluarkan dari vagina.

Antibiotik dan, untuk kasus yang parah, globulin imun (yang dapat menetralkan toksin) diberikan secara intravena. Globulin imun mengandung antibodi yang diperoleh dari darah orang dengan sistem imun normal. Pemberian antibiotik segera dimulai, sebelum bakteri teridentifikasi. Setelah bakteri teridentifikasi, antibiotik diatur sesuai kebutuhan.

Area yang dapat mengandung bakteri, seperti luka bedah dan vagina, dibilas dengan air (diirigasi).

Jika luka terinfeksi, pembedahan mungkin diperlukan untuk membersihkannya lebih lanjut, untuk mengangkat jaringan yang terinfeksi, atau terkadang, jika gangren telah berkembang, untuk mengamputasi anggota gerak.

Pencegahan Sindrom Syok Toksik

Perempuan yang menggunakan tampon dapat melakukan beberapa tindakan untuk mencegah infeksi:

  • Tidak menggunakan tampon superabsorben

  • Menggunakan tampon yang paling tidak menyerap

  • Menggunakan tampon dan pembalut biasa secara bergantian

  • Mengganti tampon setiap 4 hingga 8 jam

Perempuan yang mengalami sindrom syok toksik karena stafilokokus mungkin tidak boleh menggunakan tampon dan sungkup, sumbat, atau diafragma serviks.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!