Difteri

OlehLarry M. Bush, MD, FACP, Charles E. Schmidt College of Medicine, Florida Atlantic University;
Maria T. Vazquez-Pertejo, MD, FACP, Wellington Regional Medical Center
Ditinjau OlehBrenda L. Tesini, MD, University of Rochester School of Medicine and Dentistry
Ditinjau/Direvisi Mar 2023 | Dimodifikasi Apr 2025
v15639027_id

Difteri adalah infeksi menular yang terkadang berakibat fatal pada saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh bakteri gram positif berbentuk batang (lihat gambar Beragam Bentuk Bakteri) Corynebacterium diphtheriae. Beberapa jenis Corynebacterium diphtheriae melepaskan toksin kuat yang dapat merusak jantung, ginjal, dan sistem saraf.

  • Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri yang sekarang jarang terjadi di negara-negara yang telah melakukan imunisasi secara luas.

  • Gejala umumnya meliputi nyeri tenggorokan, umumnya merasa kurang sehat, dan demam, terkadang pembengkakan kelenjar getah bening, dan pseudomembran abu-abu dan liat yang terbentuk di dalam tenggorokan.

  • Diagnosis didasarkan pada gejala, terutama nyeri tenggorokan dan pseudomembran, serta hasil kultur.

  • Seseorang biasanya dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik untuk membantu menghilangkan infeksi.

  • Vaksinasi dapat membantu mencegah infeksi ini.

(Lihat juga Gambaran Umum Bakteri.)

Bertahun-tahun yang lalu, difteri adalah salah satu penyebab utama kematian di kalangan anak-anak. Saat ini, difteri jarang terjadi di negara-negara dengan sumber daya tinggi, terutama karena vaksinasi anak telah dilakukan secara luas. Kurang dari lima kasus terjadi di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi bakteri difteri masih ada di dunia dan dapat menyebabkan wabah jika vaksinasi tidak memadai.

Difteri umum terjadi di banyak negara di Asia, Pasifik Selatan, Timur Tengah, Eropa Timur, Venezuela, Haiti, dan Republik Dominika. Wabah di Indonesia, Thailand, Vietnam, Laos, Afrika Selatan, Sudan, dan Pakistan telah terjadi sejak tahun 2011 (informasi perjalanan tentang difteri tersedia di situs web Centers for Disease Control and Prevention [CDC]).

Tahukah Anda...

  • Vaksinasi rutin telah membuat difteri jarang terjadi di negara-negara dengan sumber daya tinggi.

Bakteri yang menyebabkan difteri biasanya menyebar dalam droplet yang dibatukkan ke udara. Biasanya, bakteri memperbanyak diri pada atau di dekat permukaan membran mukosa mulut atau tenggorokan, yang menyebabkan peradangan. Bentuk difteri ini disebut difteri pernapasan.

Beberapa jenis Corynebacterium diphtheriae melepaskan toksin kuat yang dapat merusak jantung, ginjal, dan sistem saraf.

Bentuk difteri yang lebih ringan hanya memengaruhi kulit dan terjadi terutama pada orang dewasa. Bentuk ini umumnya terjadi di kalangan orang-orang dengan kebersihan yang buruk (misalnya, mereka yang tunawisma). Penyakit ini menyebar melalui kontak dengan borok kulit yang terinfeksi.

Gejala Difteri

Penyakit ini biasanya dimulai beberapa hari (rata-rata 5 hari) setelah terpapar bakteri. Gejala difteri kemudian mulai muncul setelah beberapa hari, berupa nyeri tenggorokan, rasa sakit saat menelan, suara serak, umumnya merasa kurang sehat (malaise), demam ringan (sekitar 38 hingga 38,9 °C), dan detak jantung yang cepat. Anak-anak juga dapat mengalami mual, muntah, menggigil, dan sakit kepala.

Kelenjar getah bening di leher dapat membengkak (disebut leher banteng). Peradangan dapat membuat tenggorokan membengkak, mempersempit jalan napas, dan membuat pernapasan menjadi sangat sulit.

Pseudomembran terbentuk di dekat tonsil atau bagian lain dari tenggorokan. Membran ini adalah lembaran bahan abu-abu yang liat yang dibuat oleh bakteri yang melapisi permukaan, dalam hal ini, tenggorokan. Terdiri dari sel darah putih mati, bakteri, dan zat lainnya. Pseudomembran mempersempit jalan napas. Langit-langit mulut dapat lumpuh. Saat menghirup udara, pseudomembran dapat menyebabkan seseorang mengeluarkan suara terengah-engah yang berisik. Selain itu, pseudomembran dapat memanjang ke dalam batang tenggorokan atau jalan napas atau tiba-tiba menjadi terlepas dan menyumbat jalan napas sepenuhnya. Akibatnya, orang tersebut mungkin tidak dapat bernapas.

Toksin yang dihasilkan oleh jenis bakteri difteri tertentu terkadang memengaruhi saraf tertentu, terutama saraf ke otot wajah, tenggorokan, lengan, dan tungkai, yang menyebabkan gejala seperti kesulitan menelan atau menggerakkan mata, lengan, atau tungkai. Diafragma (otot paling penting yang digunakan untuk menghirup) dapat menjadi lumpuh, kadang-kadang menyebabkan gagal napas. Penyembuhan gejala-gejala ini memakan waktu beberapa minggu. Efek toksin pada saraf dapat menyebabkan detak jantung cepat, irama jantung abnormal, dan tekanan darah rendah. Toksin bakteri juga dapat menyebabkan peradangan otot jantung (miokarditis), terkadang menyebabkan irama jantung abnormal, gagal jantung, dan kematian.

Infeksi berat juga dapat merusak ginjal.

Jika hanya memengaruhi kulit, difteri akan menyebabkan kulit terlihat mengalami luka lecet (abrasi) dan borok yang berbeda-beda tampilannya. Borok ini muncul pada lengan dan kaki serta menyerupai gangguan kulit lainnya, seperti eksem, psoriasis, dan impetigo. Sebagian orang mengalami borok terbuka yang tidak kunjung sembuh. Borok mungkin terasa nyeri dan memerah serta mengeluarkan cairan.

Gambar Difteri
Pseudomembrane Akibat Difteri
Pseudomembrane Akibat Difteri

Gambar ini menunjukkan pseudomembran (lembaran bahan yang terdiri dari sel darah putih mati, bakteri, dan zat lainnya). Pseudomembran dapat terbentuk di dekat tonsil atau bagian lain dari tenggorokan. Pseudomembran mempersempit jalan napas dan dapat menyulitkan pernapasan.

Gambar ini menunjukkan pseudomembran (lembaran bahan yang terdiri dari sel darah putih mati, bakteri, dan zat lainnya).

... baca selengkapnya

Gambar milik Centers for Disease Control and Prevention.

Pembengkakan Leher Karena Difteri
Pembengkakan Leher Karena Difteri

Gambar ini menunjukkan pembengkakan kelenjar getah bening di leher (disebut leher banteng) anak laki-laki yang menderita difteri.

Gambar ini menunjukkan pembengkakan kelenjar getah bening di leher (disebut leher banteng) anak laki-laki yang menderit

... baca selengkapnya

Gambar milik Pustaka Gambar Kesehatan Masyarakat dari Centers for Disease Control and Prevention.

Difteri yang Memengaruhi Kulit
Difteri yang Memengaruhi Kulit

Infeksi difteri pada kulit dapat terlihat seperti area dengan luka lecet yang memerah, seperti pada leher orang ini.

Infeksi difteri pada kulit dapat terlihat seperti area dengan luka lecet yang memerah, seperti pada leher orang ini.

Gambar milik Pustaka Gambar Kesehatan Masyarakat dari Centers for Disease Control and Prevention.

Borok Terbuka Karena Difteri
Borok Terbuka Karena Difteri

Infeksi difteri pada kulit dapat terlihat seperti borok terbuka (ulkus), seperti pada kaki orang ini.

Infeksi difteri pada kulit dapat terlihat seperti borok terbuka (ulkus), seperti pada kaki orang ini.

Gambar milik Pustaka Gambar Kesehatan Masyarakat dari Centers for Disease Control and Prevention.

Secara keseluruhan, sekitar 3% penderita difteri meninggal dunia. Risiko kematian meningkat jika

  • Seseorang menunda pergi ke dokter.

  • Difteri memengaruhi jantung atau ginjal.

  • Difteri terjadi pada anak-anak di bawah 15 tahun atau pada orang di atas 40 tahun.

Diagnosis Difteri

  • Kultur sampel bahan yang terinfeksi

  • Jika dokter mencurigai bahwa jantung terdampak, dilakukan elektrokardiografi

Seorang dokter mencurigai adanya difteri pada orang sakit yang menderita nyeri tenggorokan disertai pseudomembran, terutama jika langit-langit mulutnya lumpuh dan jika orang tersebut belum pernah divaksin. Diagnosis ditegakkan dengan mengirimkan sampel bahan dari tenggorokan orang tersebut ke laboratorium tempat bakteri dapat dibiakkan (dikultur).

Jika dokter mencurigai bahwa jantung terdampak, elektrokardiografi (EKG) biasanya dilakukan.

Dokter mencurigai adanya difteri kulit ketika seseorang mengalami borok selama wabah difteri pernapasan. Untuk menegakkan diagnosis, dokter mengambil sampel dari borok dan mengirimkannya ke laboratorium untuk dikultur.

Pengobatan Difteri

  • Antitoksin difteri

  • Antibiotik

Orang yang memiliki gejala difteri pernapasan biasanya dirawat di rumah sakit di unit perawatan intensif (ICU) dan diberi antibodi (antitoksin) melalui injeksi untuk menetralkan toksin difteri.

Dokter juga memberikan antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin, untuk mematikan bakteri difteri. Antibiotik diberikan selama 14 hari. Orang yang terinfeksi harus tetap diisolasi (untuk mencegah agar orang lain tidak terpapar sekresi yang terinfeksi) hingga hasil dua kultur, yang diambil setelah antibiotik dihentikan, mengonfirmasi bahwa bakteri telah mati.

Untuk difteri kulit, dokter membersihkan borok secara menyeluruh dengan sabun dan air, dan pasien diberi antibiotik selama 10 hari.

Orang yang telah pulih dari difteri harus divaksin karena infeksi tidak menjamin imunitas. Seseorang dapat terjangkit infeksi ini lebih dari sekali.

Orang yang mengalami infeksi parah mengalami penyembuhan yang lambat. Mereka disarankan untuk tidak kembali beraktivitas normal terlalu cepat. Jika jantung terdampak, bahkan pengerahan fisik secara normal pun dapat berbahaya.

Pencegahan Difteri

Vaksinasi

Untuk informasi lebih lanjut, lihat juga Vaksin Difteri-Tetanus-Pertusis dan jadwal vaksin untuk anak-anak dan dewasa dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Vaksin difteri hanya melindungi dari efek toksin difteri; vaksin ini tidak mencegah infeksi bakteri difteri. Vaksin diberikan dalam kombinasi dengan vaksin lain. Jenis vaksin yang diberikan bergantung pada usia seseorang:

  • Anak-anak di bawah usia 7 tahun: Vaksin kombinasi DTaP (difteri-tetanus-pertusis) adalah bagian dari vaksinasi rutin pada anak-anak.

  • Remaja dan dewasa: Vaksin kombinasi Tdap (tetanus-difteri-pertusis) diberikan sebagai suntikan booster pada usia 11 atau 12 tahun dan kepada orang berusia 13 tahun ke atas yang belum pernah menerima Tdap atau yang tidak yakin apakah mereka menerimanya. Booster Td diberikan setiap 10 tahun setelahnya.

Setelah terpapar difteri

Jika seseorang melakukan kontak erat dengan orang yang menderita difteri, mereka akan dites untuk infeksi dan diberi antibiotik selama 7 hari.

Sampel dari tenggorokan dan hidung mereka dikirim ke laboratorium untuk dikultur. Jika bakteri difteri teridentifikasi dalam sampel, orang tersebut harus meminum antibiotik selama 10 hari lagi (dengan total 17 hari). Program pengobatan paparan ini dilakukan terlepas dari status vaksin seseorang yang telah divaksin atau belum karena orang yang telah divaksin masih dapat terinfeksi difteri lagi.

Informasi Lebih Lanjut

Sumber daya berbahasa Inggris berikut ini mungkin berguna. Harap diperhatikan bahwa MANUAL ini tidak bertanggung jawab atas konten sumber daya ini.

  1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC): Jadwal vaksin yang direkomendasikan untuk anak-anak

  2. CDC: Jadwal vaksin yang direkomendasikan untuk orang dewasa

  3. CDC: Difteri: Tautan informasi tentang difteri, termasuk penularan, gejala, dan vaksin

  4. CDC:Kesehatan Pelaku Perjalanan: Difteri: Informasi tentang difteri yang spesifik bagi pelaku perjalanan, seperti cara mencegahnya dan siapa yang berisiko terinfeksi

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!