Gangguan telinga yang disebabkan oleh obat-obatan

(Ototoksisitas)

OlehMickie Hamiter, MD, Tampa Bay Hearing and Balance Center
Ditinjau OlehLawrence R. Lustig, MD, Columbia University Medical Center and New York Presbyterian Hospital
Ditinjau/Direvisi Dimodifikasi May 2023
v1526005_id

Banyak obat-obatan dapat merusak telinga. Obat-obatan ini disebut obat ototoksik. Termasuk antibiotik streptomisin, tobramisin, gentamisin, neomisin, dan vankomisin, serta obat kemoterapi tertentu (misalnya sisplatin), furosemid, dan aspirin.

Apakah orang mengalami ototoksisitas obat tergantung pada banyak faktor, termasuk

  • Berapa banyak obat yang diminum orang tersebut (dosisnya)

  • Berapa lama orang itu meminum obat tersebut

  • Apakah seseorang mengalami penurunan fungsi ginjal, sehingga lebih sulit untuk mengeluarkan obat dari tubuhnya

  • Apakah orang tersebut memiliki riwayat gangguan telinga di keluarganya yang disebabkan oleh obat-obatan

  • Apakah susunan genetik orang tersebut membuatnya lebih rentan terhadap efek obat ototoksik

  • Apakah orang tersebut meminum lebih dari satu obat ototoksik secara bersamaan

Selain bertanggung jawab untuk pendengaran, telinga bagian dalam juga bertanggung jawab untuk keseimbangan (lihat juga Gambaran Umum Tentang Telinga Dalam).

Gejala Gangguan Telinga Terkait Obat

Ketika orang memiliki gangguan telinga yang disebabkan oleh obat-obatan, gejalanya meliputi satu atau lebih dari yang berikut ini:

Vertigo (sensasi palsu bergerak atau berputar) dapat terjadi untuk sementara. Gejala lain dapat bersifat sementara tetapi terkadang permanen.

Pengobatan Untuk Gangguan Telinga Terkait Obat-obatan

Ketika dokter mendeteksi ototoksisitas, mereka akan menghentikan pemberian obat tersebut (kecuali jika gangguan yang sedang diobati mengancam jiwa dan tidak ada alternatif lain). Tidak ada pengobatan untuk membalikkan ototoksisitas, tetapi terkadang pendengaran atau kehilangan keseimbangan dapat pulih sebagian dengan sendirinya.

Pencegahan Untuk Gangguan Telinga Terkait Obat-obatan

Orang harus meminum dosis obat efektif terendah yang dapat merusak telinga, dan dosisnya harus dipantau secara ketat (misalnya, dengan mengukur kadar obat dalam aliran darah jika memungkinkan). Jika mungkin sebelum memulai pengobatan dengan obat ototoksik, pendengaran seseorang harus diukur dan kemudian dipantau selama pengobatan karena gejalanya merupakan tanda peringatan terlambat bahwa obat tersebut telah menyebabkan kerusakan.

Untuk mencegah bahaya terhadap janin, ibu hamil harus menghindari pemberian antibiotik ototoksik.

Orang yang lebih tua dan orang-orang dengan gangguan pendengaran yang sudah ada sebelumnya tidak boleh diobati dengan obat-obatan ototoksik jika tersedia obat-obatan efektif lainnya.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!