Kontrasepsi Permanen

(Sterilisasi)

OlehFrances E. Casey, MD, MPH, NYU Grossman Long Island School of Medicine
Ditinjau OlehOluwatosin Goje, MD, MSCR, Cleveland Clinic, Lerner College of Medicine of Case Western Reserve University
Ditinjau/Direvisi Aug 2023 | Dimodifikasi Apr 2024
v808166_id

Kontrasepsi permanen berarti membuat seseorang tidak bisa bereproduksi.

  • Memutuskan saluran yang membawa sperma atau sel telur akan menghentikan kemampuan untuk bereproduksi.

  • Bentuk kontrasepsi ini harus selalu dianggap permanen, meskipun prosedurnya terkadang dapat dibatalkan.

  • Vasektomi adalah prosedur singkat untuk pria, yang dilakukan di rumah sakit.

  • Prosedur untuk wanita (sering disebut sterilisasi tuba) lebih rumit dan dapat dilakukan dengan memasukkan slang tipis melalui sayatan kecil di perut atau melalui sayatan yang lebih besar di perut.

Di Amerika Serikat, sekitar satu dari tiga pasangan yang menikah memilih kontrasepsi permanen, khususnya jika wanita tersebut sudah berusia di atas 30 tahun. Untuk pria, prosedurnya adalah vasektomi. Untuk wanita, prosedur kontrasepsi permanen dapat dilakukan menggunakan slang tipis yang dimasukkan melalui sayatan kecil di perut (laparoskopi) atau melalui sayatan di perut (minilaparotomi—lihat di bawah). Kontrasepsi permanen untuk wanita sering disebut sterilisasi tuba, yang mengacu pada prosedur tertentu, yaitu pengikatan tuba.

Prosedur sterilisasi sangat efektif. Persentase wanita yang hamil setelah 1 tahun adalah

  • Untuk vasektomi: 0,15%

  • Untuk prosedur yang melibatkan tuba falopi: 0,6%

Satu tahun setelah pasangan mereka menjalani vasektomi, tingkat kehamilan kurang dari 0,2%. Sekitar 1,1% wanita mengalami kehamilan dalam kurun waktu 5 tahun setelah pasangannya menjalani vasektomi.

Bentuk kontrasepsi ini harus selalu dianggap sebagai kontrasepsi permanen. Namun, jika ternyata pasangan berubah pikiran, operasi untuk menyambung kembali atau membuka tuba (disebut reanastomosis) dapat dilakukan untuk memulihkan kesuburan. Keberhasilannya bergantung pada prosedur yang digunakan. Reanastomosis cenderung tidak efektif pada pria dibandingkan wanita. Bagi pasangan, persentase terjadinya kehamilan sekitar 26% setelah reanastomosis pada pria.

Untuk wanita, kemungkinan untuk membatalkan prosedur kontrasepsi permanen bergantung pada hal-hal berikut ini:

  • Prosedur apa yang digunakan

  • Berapa usia wanita tersebut

  • Berapa banyak bagian tuba yang tersisa

  • Berapa banyak jaringan parut yang terbentuk

  • Apa hasil tes kesuburan pada wanita dan pasangannya

Jika reanastomosis tidak berhasil, pembuahan dapat dilakukan dengan fertilisasi in vitro (bayi tabung).

Vasektomi

Vasektomi merupakan metode kontrasepsi permanen untuk pria. Tindakan ini melibatkan pemotongan dan penutupan vas deferens (saluran yang membawa sperma dari testis). Vasektomi harus dilakukan oleh dokter spesialis urologi di rumah sakit, membutuhkan waktu sekitar 20 menit dan hanya memerlukan anestesi lokal. Melalui sayatan kecil di setiap sisi skrotum, bagian dari setiap vas deferens diangkat dan ujung saluran akan ditutup.

Setelah vasektomi, metode kontrasepsi cadangan harus digunakan sampai sterilitas dapat dikonfirmasi. Biasanya, pria tidak langsung menjadi steril sampai mereka mengalami sekitar 20 kali ejakulasi setelah operasi karena banyak sperma yang tersisa di dalam vesikula seminalis. Sterilitas dikonfirmasi saat tes laboratorium menunjukkan bahwa air mani dari dua ejakulasi, biasanya diperoleh 3 bulan setelah prosedur, tidak mengandung sperma.

Komplikasi vasektomi meliputi

  • Bekuan darah dalam skrotum (dalam 5% atau kurang)

  • Respons peradangan terhadap kebocoran sperma

  • Reanastomosis spontan (dalam kurang dari 1%)

Pada reanastomosis spontan, saluran yang terpotong akan tersambung kembali atau terbuka dengan sendirinya, sehingga mengembalikan kesuburan. Biasanya reanastomosis terjadi tidak lama setelah prosedur.

Aktivitas seksual, dengan kontrasepsi sampai sterilitas dikonfirmasi, dapat dilakukan segera setelah prosedur, tetapi ejakulasi harus dihindari selama beberapa hari pertama karena dapat menyebabkan nyeri.

Tahukah Anda...

  • Kontrasepsi lain harus digunakan untuk sementara waktu setelah vasektomi, sampai tes memastikan bahwa tidak ada sperma di air mani.

Sterilisasi Tuba

Kontrasepsi permanen untuk wanita melibatkan prosedur pembedahan untuk memutus tuba falopi, yaitu saluran yang membawa sel telur dari ovarium ke rahim. Atau, tuba falopi bisa saja diangkat seluruhnya.

Jika tuba falopi diangkat seluruhnya, kehamilan tidak mungkin terjadi. Setelah prosedur yang tidak melibatkan pengangkatan tuba falopi, sekitar 2% wanita mengalami kehamilan selama 10 tahun pertama setelah prosedur kontrasepsi permanen dilakukan. Sekitar sepertiga dari kehamilan ini adalah kehamilan di luar kandungan (ektopik) yang berkembang di tuba falopi.

Kontrasepsi permanen dapat direncanakan terlebih dahulu dan dilakukan sebagai pembedahan elektif, atau dapat dilakukan saat persalinan caesar atau 1 hingga 2 hari setelah persalinan normal.

Operasi pengangkatan rahim (histerektomi) juga menyebabkan sterilitas. Prosedur ini biasanya dilakukan untuk mengobati suatu penyakit, bukan sebagai prosedur kontrasepsi.

Kontrasepsi permanen dengan laparoskopi

Sterilisasi tuba melalui laparoskopik banyak dilakukan. Prosedur ini dilakukan di ruang operasi. Setelah wanita diberikan bius total, dokter membuat sayatan kecil tepat di bawah pusar. Dokter kemudian memasukkan slang tipis berkamera (laparoskop) melalui sayatan dan melakukan tindakan melalui laparoskop untuk mengangkat, memutus, dan/atau menutup tuba falopi dengan melakukan salah satu hal berikut:

  • Menggunakan elektrokauter (alat yang mengeluarkan arus listrik untuk memotong jaringan) untuk mengangkat tuba sepenuhnya atau menutup sekitar 1 inci dari setiap tuba

  • Menggunakan alat, seperti karet gelang atau klip logam, untuk menyumbat tuba atau menjepit dan menutupnya

Setelah prosedur ini, wanita biasanya diperbolehkan pulang pada hari yang sama. Hingga 6% wanita mengalami komplikasi ringan, seperti infeksi kulit atau nyeri di area sayatan atau sembelit. Kurang dari 1% wanita mengalami komplikasi parah, seperti perdarahan atau kebocoran kandung kemih atau usus.

Sterilisasi Tuba

Kedua tuba falopi (yang membawa sel telur dari ovarium ke rahim) dipotong, ditutup, atau disumbat sehingga sperma tidak dapat membuahi sel telur.

Minilaparotomi

Minilaparotomi terkadang digunakan sebagai alternatif dari sterilisasi tuba dengan laparoskopi, terutama bila wanita ingin melakukan kontrasepsi permanen segera setelah melahirkan.

Tindakan ini dilakukan dengan bius total, regional, atau lokal. Wanita tidak perlu dirawat di rumah sakit lebih lama daripada setelah melahirkan. Dokter akan membuat sayatan kecil (sekitar 1 hingga 3 inci) di perut. Kemudian, mereka biasanya mengangkat satu bagian dari setiap tuba falopi. Dibandingkan dengan laparoskopi, minilaparotomi terasa lebih menyakitkan dan pemulihannya memakan waktu lebih lama.

Kontrasepsi permanen dengan histeroskopi

Sejak 31 Desember 2018, perangkat khusus yang diperlukan untuk prosedur ini tidak lagi tersedia di Amerika Serikat.

Untuk prosedur ini, sayatan tidak diperlukan. Anestesi lokal digunakan, dengan atau tanpa obat untuk membuat wanita mengantuk (sedatif).

Dokter memasukkan slang berkamera yang fleksibel (histeroskop) melalui vagina, ke rahim dan masuk ke tuba falopi. Kumparan (microinserts) kemudian dimasukkan ke dalam tuba falopi untuk menyumbatnya. Kumparan ini mengiritasi jaringan di dalam tuba, menyebabkan terbentuknya jaringan parut. Jaringan parut akan menyumbat tuba. Jaringan parut membutuhkan waktu hingga 3 bulan untuk terbentuk, sehingga wanita harus menggunakan metode kontrasepsi lain sampai dokter bisa memastikan tuba telah tersumbat. Wanita biasanya dapat pulang pada hari yang sama setelah prosedur selesai.

Sekitar 3 bulan kemudian, dokter akan memastikan bahwa tuba telah tersumbat dengan melakukan rontgen setelah zat warna radiopak diinjeksikan melalui vagina ke dalam rahim dan tuba falopi (disebut histerosalpingografi). Jika pewarna tidak keluar dari ujung tuba falopi, dokter dapat memastikan bahwa tuba telah tersumbat.

Biasanya, jenis sterilisasi ini tidak dapat dibatalkan.

Persentase terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan hampir sama antara histeroskopi maupun laparoskopi sebagai kontrasepsi permanen. Namun, setelah histeroskopi, wanita lebih cenderung memerlukan operasi kedua.

Masalah yang mungkin terjadi

Prosedur kontrasepsi permanen pada wanita bisa menimbulkan beberapa masalah. Masalahnya meliputi

  • Kematian: 1 hingga 2/100.000 wanita

  • Perdarahan (hemoragi) atau cedera pada usus: Sekitar 0,5% wanita

  • Kegagalan untuk menyumbat tuba, nyeri, dan komplikasi lainnya: Hingga sekitar 5% wanita

  • Kehamilan di luar kandungan (ektopik): Sekitar 30% kehamilan yang terjadi setelah sterilisasi tuba

Jika seorang wanita mengalami nyeri atau perdarahan vagina yang berkelanjutan, microinsert kemungkinan harus diangkat. Biasanya, microinsert diangkat dengan histeroskopi, namun laparoskopi mungkin diperlukan jika ada bagian dari microinsert di luar tuba falopi.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!