Transplantasi Usus Halus

OlehMartin Hertl, MD, PhD, Rush University Medical Center
Ditinjau OlehBrian F. Mandell, MD, PhD, Cleveland Clinic Lerner College of Medicine at Case Western Reserve University
Ditinjau/Direvisi Aug 2022 | Dimodifikasi Sept 2022
v8573921_id

Transplantasi usus halus adalah tindakan pengangkatan usus halus dari orang yang baru saja meninggal diikuti dengan pemindahan usus halus tersebut, terkadang bersama organ lain, ke orang yang tidak dapat memperoleh cukup zat gizi akibat gangguan pada usus halusnya.

(Lihat juga Gambaran Umum Transplantasi.)

Transplantasi usus halus dapat dilakukan apabila seseorang tidak mendapatkan cukup zat gizi karena

  • Mereka memiliki gangguan parah yang menghalangi penyerapan zat gizi oleh usus.

  • Usus harus diangkat karena adanya gangguan atau cedera.

  • Mereka memiliki beberapa tumor, abses kronis, atau masalah lain yang menyumbat usus.

  • Mereka perlu diberi makan secara intravena (nutrisi parenteral total) tetapi tidak lagi dapat dilakukan karena adanya masalah, seperti gagal hati atau infeksi berulang.

Transplantasi usus halus lebih jarang dilakukan karena ada pengobatan dan teknik yang membuat transplantasi menjadi kurang diperlukan.

Setelah 3 tahun, lebih dari 50% transplantasi usus halus masih berfungsi, dan sekitar 65% orang yang telah menjalani transplantasi usus masih hidup.

Baik donor maupun penerima menjalani skrining pratransplantasi. Skrining ini dilakukan untuk memastikan bahwa organ tersebut cukup sehat untuk ditransplantasikan dan penerima tidak memiliki kondisi medis yang akan menghalangi transplantasi.

Prosedur

Usus halus dapat ditransplantasikan sendiri atau bersama dengan organ lain—hati, lambung, dan/atau pankreas. Prosedur ini bisa sangat rumit.

Seorang dokter bedah mengangkat bagian usus halus yang berpenyakit dari tubuh penerima dan menggantinya dengan usus halus yang sehat dari donor. Pembuluh darah penerima dan organ yang ditransplantasikan dihubungkan, dan usus donor dihubungkan ke saluran pencernaan penerima.

Bagian dari usus halus yang ditransplantasikan dihubungkan ke sebuah lubang melalui dinding abdomen ke kulit—disebut ileostomi. Melalui lubang ini dokter dapat memantau seberapa baik organ yang ditransplantasikan dapat berfungsi dan memeriksa adanya masalah. Biasanya, lubang tersebut dapat ditutup setelah jangka waktu tertentu. Selama ileostomi masih ada, kotoran tubuh dikeluarkan melalui lubang tersebut dan ditampung dalam sebuah kantong.

Komplikasi

Transplantasi dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Transplantasi usus sangat rentan terhadap infeksi dan penolakan.

Penolakan

Meskipun jenis jaringan sangat cocok, organ yang ditransplantasikan, tidak seperti halnya darah yang ditransfusikan, biasanya ditolak kecuali dilakukan tindakan untuk mencegah penolakan. Penolakan diakibatkan oleh serangan oleh sistem imun penerima pada organ yang ditransplantasikan, yang dikenali oleh sistem imun sebagai benda asing. Penolakan dapat bersifat ringan dan mudah dikendalikan atau berat, yang menyebabkan kerusakan organ yang ditransplantasikan.

Penolakan terjadi setidaknya sekali pada sekitar 30 hingga 50% orang dalam satu tahun setelah transplantasi usus halus. Gejalanya meliputi diare, demam, dan kram perut.

Setelah transplantasi, dokter menggunakan tabung pengamatan (endoskop) untuk memeriksa adanya tanda-tanda penolakan pada usus. Tes ini sering dilakukan, terkadang sekali seminggu, pada awalnya. Kemudian tes dilakukan setiap beberapa minggu, kemudian setiap beberapa bulan.

Penyakit cangkok-versus-host

Karena usus halus mengandung sejumlah besar jaringan limfatik, jaringan usus baru dapat menghasilkan sel yang menyerang sel penerima sehingga menyebabkan penyakit cangkok-versus-host.

Komplikasi lainnya

Terkadang jaringan usus baru mengalami masalah dengan pembuluh darah sehingga kekurangan pasokan darah yang cukup. Jaringan perlu diangkat melalui pembedahan. Orang-orang juga pada akhirnya dapat menderita kanker darah yang disebut limfoma.

Uji Pengetahuan Anda
Uji Pengetahuan AndaTake a Quiz!